Sunday, December 31, 2006

di sini

aku tak tahu musti berkata apa
saat diriku berdiri di simpang jalan
dia bilang ke sana, dirimu bilang ke sananya sana

sementara tali temali mengikat dirimu
aku berjalan seperti memiliki sayap
padahal kaki pun aku tak punya
apalagi pisau untuk membantumu

selalu ada yang mengingatkanku
untuk kembali
namun aku terus berdiri
seperti keabadian telah ada di sini

saat kuterjaga
mungkin masa telah berganti
semua telah berubah
namun aku masih berdiri di sini

Saturday, December 30, 2006

natalankah?

malam tadi diadakan natal Oikumene sekodya Makassar di Balai Prajurit M. Yusuf. kebetulan kepanitiaan natal tahun ini diserahkan kepada gereja katolik. dan ajaib, tempat perayaan natal sama sekali tanpa hiasan natal, yakni pohon terang maupun kandang natal, selain panggung yang ditulis: "bangkit dan bergeraklah" (bangkit untuk apa? bergerak untuk apa? terus ngapain? binun juga membaca tema sepotong-sepotong gitu), dan tulisan "Natal 2006".

umat yang hadir memenuhi seluruh gedung. pembawa acaranya yakni Bapak Hendrono dari Malang. orang karismatik tentu mengenal Bapak ini, ia terkenal lugas dalam bernyanyi dan membawakan acara, serta tak ketinggalan celutukan khas Jawa Timurannya.

Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Bpk. Amin Syam yang turut hadir juga tak luput dari celutukannya. setelah mendengar Bpk. Amin bernyanyi lagu daerah, kemudian Hendrono mengundang Ibu Apiaty Amin Syam juga bernyanyi. lagu yang dinyanyikan adalah lagu cengeng tempo dulu (jadi ingat pada istilah Harmoko waktu masih jadi Menpen), dan habis-habisan dipuji sama Hendrono. kalo Bapak (Amin Syam) dapat 6,5 maka Ibu dapat nilai 9,5.

kemudian Bapak Gubernur menyerahkan sumbangan kepada beberapa panti asuhan. seorang anak panti asuhan mengajukan dua pertanyaan yang langsung dijawab beliau:
"sekarang Bapak menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan. apa sebenarnya cita-cita Bapak waktu kecil?"
Pak Amin tangkas menjawab: "cita-cita saya sebetulnya menjadi presiden"
langsung disambut tawa hadirin.

"kami yang hidup di Panti Asuhan seringkali merasa kekurangan. apakah Bapak merasakan berkekurangan saat ini?"
Pak Amin langsung bercerita mengenai pengalamannya: "saat ini tentu saya tidak merasa kekurangan. namun waktu masih kecil dulu saya juga mengalami kemiskinan, sehingga badan saya kecil seperti ini... karena itu kalian harus bersemangat memperbaiki hidup"
hadirin bertepuk tangan.

dalam kata sambutan (pidato tanpa teks), Gubernur secara berani mengatakan bahwa ia tidak suka menggunakan istilah mayoritas-minoritas dalam hal kuantitas (jumlah). mayoritas-minoritas lebih tepat digunakan dalam hal kualitas, peran serta dalam membangun negara ini lebih penting. "keliru bila ada yang membanggakan diri sebagai mayoritas dalam hal jumlah, namun secara kualitas sangat sedikit peran sertanya bagi negara ini atau malah justru jadi pengacau..."

hadirin bergemuruh memberikan tepuk tangan. jika saja semua pejabat berani mengatakan hal ini... teman di sampingku berbisik: ini mungkin karena menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah) sehingga gubernur berani bicara seperti itu supaya terpilih kembali?
husssh... jangan berprasangka buruk, tidak baik. apalagi ini perayaan natal, kata teman lain mengingatkan.

iya iya, perayaan natal.
tapi suasana natalnya di mana ya?

seperti ada yang hilang di malam perayaan hingar bingar itu.

hilang di antara hiruk pikuk rutinitas tahunan.

catatan: tanggal 2 Januari 2007 di harian lokal ada tulisan menarik mengenai acara natalan ini berjudul: "Gubernur Kalahkan Kristus di Acara Natal" ditulis oleh dosen UIN Bpk. Qasim Mathar. heran saja, saudara kita dari agama lain justru juga dapat merasakan suasana Natal yang hilang dalam perayaan natal tsb...

Thursday, December 28, 2006

suatu masa di ujung tahun

keabadian, bisikmu, adalah kemewahan mimpi manusia yang begitu singkat mampir di dunia ini

taklah, jawabku
di bibir pantai itu kita memandang akhir tahun yang hampir terbenam

kubingkai senja itu dalam benakku
dan tak pernah kubiarkan terhapus

sedetik pun

Wednesday, December 27, 2006

balik kampung 9: gambar dari bangkok lagi


patung budha emas di salah satu ruangan sembahyang di Wat Po. para turis harus melepaskan alas kaki untuk masuk ruangan berkarpet di dalam. semuanya duduk di lantai, pemandu wisata menjelaskan mengenai lukisan yang terdapat di seluruh dinding.

waktu dan waktu

"Waktu sering disebut dimensi keempat dalam sains dan kedudukannya amat penting untuk observasi ilmiah karena peristiwa yang coba diukur dan dijelaskan oleh ilmuwan berlangsung dalam satu kerangka waktu. Namun, dari Teori Relativitas Umum Einstein kita juga mengetahui bahwa tidak ada kerangka waktu standar atau absolut karena waktu dapat didefinisikan hanya melalui pengukuran.

Pengukuran waktu didasarkan pada berulangnya fenomena alam. Misalnya, satu tahun didefinisikan sebagai jumlah waktu yang diperlukan oleh Bumi untuk melakukan satu putaran lengkap mengelilingi Matahari. Satu hari didefinisikan sebagai jumlah waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk melakukan satu putaran lengkap pada sumbunya. Tahun dan bulan kemudian dirinci menjadi unit-unit lain, seperti hari, jam, dan detik.
" Kompas, 27 Desember 2006

apa yang bisa dikatakan mengenai waktu? sementara hidup kita diikat oleh penjara waktu? waktu tiada lain suatu kesepakatan besar yang pernah dibuat manusia. contohnya: pernah daerah Bali masuk di wilayah waktu Indonesia bagian Barat, kemudian dipindahkan ke daerah waktu Indonesia bagian Timur (mundur 1 jam). suatu saat nanti, mungkin Indonesia akan memakai satu wilayah waktu yang sama. supaya masyarakat di Timur tidak usah berbeda waktu dengan yang di Barat. selain itu, hal ini juga menjalin kesatuan wilayah Indonesia.

coba lihat di Malaysia. antara Malaysia sebelah timur (Sabah-Serawak) dan Barat (KL), mereka tak ada perbedaan soal waktu.

hemmh, sekarang bicara soal akhir tahun.
bagaimana tahun ini dimaknai? waw, saya amat mensyukuri tahun 2006 ini. beberapa hal bisa saya buatkan daftar:
1. usahaku berjalan baik, dan beberapa ide usaha baru untuk tahun 2007
2. kredit rumah sudah lunas (no debt anymore!)
3. bisa berjalan-jalan sekitar asia tenggara (sesuai resolusi yang kubuat di awal 2006)
4. kesehatan baik (at least gak sampai dirawat di RS)
5. lobsterku juga sehat-sehat (cuma resolusi tahun 2007: mereka musti digenjot buat aktif bereproduksi, hahaha...)
6. bertemu dengan orang-orang ajaib
7. jatuh cinta lagi (ehm.. ehm..)

jadi, apa yang dapat kukatakan mengenai waktu?
waktu adalah usaha manusia memaknai hidupnya. setiap saat menjadi begitu berarti.

kalaupun saat itu hilang di suatu peredaraan bumi mengelilingi matahari, diriku percaya saat itu akan datang lagi ketika bumi mengedari matahari untuk yang ke sekian kalinya... karena itu, kuat-kuatlah mengatur napas. hahaha...

Carpe diem, quam minimum credula postero - Seize the day, trust as little as possible in tomorrow, kalimat bijak Horace itu bersabda.

dan satu lagi kalimat dari artikel Kompas di atas:
"dalam satu detik, Bumi—tanpa kita rasa—melesat sejauh 30 km dalam revolusinya mengelilingi Matahari.
Iya, banyak orang yang mengabaikan satu detik, padahal banyak hal terjadi dalam satu detik. Joe Boot di Ravi Zacharias International Ministries, misalnya, mencatat bahwa setiap detik 4,5 mobil dibuat di dunia, ada 2.000 meter persegi hutan yang lenyap, ada tiga bayi yang dilahirkan, ada 1,5 orang yang meninggal. Dalam satu detik juga ada 2,4 juta sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang. Sungguh banyak hal yang terjadi dalam satu detik (www.rzim.org)."

selamat merenung di akhir tahun.

Tuesday, December 26, 2006

capek deehhh...

siang tadi open house di keuskupan. semuanya diundang bersilaturahmi dengan uskup dan seluruh umat. sambil makan-makan tentunya. wadduuuhhh... dua hari ini aku kekenyangan abis dehh. kemarin seharian acara open house natal di rumah teman, pagi hingga malam dengan aneka hidangan: lontong, gudeg, sambel krecek, ayam panggang, pastey (pastel), belum lagi jajanan pasar: lumpia, martabak, black forest, ditambah buah-buahan: lengkeng dan jeruk lokam...

sementara di keuskupan disediakan beberapa meja penuh makanan: jajanan pasar dan buah-buahan, soto ayam komplit, dan prasmanan. saya duduk semeja dengan teman-teman dari paroki: ada romo paroki dan pengurus dewan pastoral. sementara menikmati soto ayam, ada tamu penting datang: bapak wakil gubernur dan rombongan. orang-orang ramai menyalami, saya masih menikmati soto. hahaha...

bapak wagub ini maju dalam pencalonan kepala daerah di tempat kami. aneh atau koinsidens, hari ini koran lokal memuat berita utama soal pertarungannya dalam konvensi mendatang. bacalah komentar pembaca mengenai hal tersebut, beberapa menyatakan dukungan, namun beberapa yang menolak dengan alasan track record beliau di masa lalu cukup menjadi batu sandungan.

namun apapun, Bapak Syahrul Yasin Limpo siang tadi telah datang bersilaturahmi, berpelukan dengan Bapa Uskup dan menikmati jamuan dengan penuh keakraban.

beberapa lagu dialunkan oleh kelompok pemusik untuk menghidupkan suasana.

pukul 14.00 aku harus meneruskan kegiatan hari ini di tempat lain. di tempat parkir bertemu dengan teman: "heh, Ton. kamu gak mau ikutan nyanyi di dalam?"

langsung kujawab: capeeekkk deeehhhh...
sambil menirukan gaya yang sedang terkenal saat ini, mengucapkan: capeek deehhh... dan menaruh punggung tangan di jidat.

hahaha... capek makan, maksudnya.

Monday, December 25, 2006

do you have joy?

When a man has lost all happiness, he's not alive.
Call him a breathing corpse. ~ Sophocles

seasons greetings 2006

malam natal

seperti biasa malam ini tiba dengan sekereta kenangan masa lalu dengan denting lonceng dan kelap-kelip lampu warna-warni "ting, tang, ting, tang..." dan engkau mengatakan "mengapa belum tidur jua?" sepertinya siang tak akan pernah datang ketika kita bermain-main petak umpet dengan anak domba dan pithik di depan kandang kumuh karena katamu ada bintang di atas kita yang bersinar terang sekali laksana terang lilin yang kaunyalakan saat ketakutan itu datang mengepungmu waktu kemarin kulihat perutmu membesar dan tiada malaikat yang datang membawakan kabar bagimu melainkan penyiar di televisi yang mengatakan harga beras dan semua kebutuhan pokok sekarang sedang terbang tinggi menggapai surga lalu apakah kita masih bisa bersuka

seperti biasa malam ini tiba dengan sekereta kenangan masa lalu

denting lonceng

dan dirimu

Saturday, December 23, 2006

balik kampung 8: gambar dari Bangkok


could you see the colorful ring on the clouds? halo light? it's really strange... soalnya terlihat jelas dengan mata telanjang dan sesaat saja munculnya.


Suwarnabhumi airport, the new airport of Bangkok pictured from the bus.


The King and I, in front of Siam Paragon. Ini kawasan perbelanjaan elit anyar di Bangkok. di lantai paling dasar terdapat Water World.


keluar dari BTS Skytrain Saphan Thaksin, turun ke bawah. di sana ada dermaga perahu yang mengantar turis menyusuri sungai Chao Praya. one day pass THB100.


nah ini dia mbak-mbak yang bertugas menarik karcis penumpang perahu. kebetulan saya duduk di bangku paling depan, sehingga mereka pun minta difoto dengan senum manis... jadinya kebablasan, seharusnya kami turun di gate 8, malah sampai di gate 24!


pemandangan sepanjang perjalanan menyusuri sungai Chao Praya. yang ini Wat Arun: the temple of dawn. sayang kami gak sempat mampir di sana, selain mengambil gambarnya doang.


palm reading di dalam kawasan Wat Po... waduh, banyak pesaing saya nih.


seribu patung budha di Wat Po...


beberapa turis India tersenyum-senyum melihat saya memotret benda ini. mereka dengan yakin mengatakan bahwa patung ini adalah tradisi Hindu (India) yang masuk ke Thailand. patung Yoni di bawah pohon Bodhi di kawasan Wat Po.


ini dia patung raksasa The Reclining or The Sleeping Budha di Wat Po.

balik kampung 7: gambar dari seputar KL


lokasi punggah memunggah? jangan tanyakan pada orang jawa timur (surabaya)... bisa salah paham mereka. soalnya ini adanya di kuala lumpur.


kawasan petaling alias chinatown di KL, ramai dan banyak pedagang... ada yang jualan minuman air mata kucing, kembang tahu (tahu hwa) cuma 1 ringgit, chestnut panggang, aneka suvenir dan makanan.


masjid kesohor di KL, Masjid Jamek, di tengah kesenyapan beberapa hari setelah lebaran.


perayaan deepavali (diwali) dimeriahkan dengan hiasan bergambar lotus yang terbuat dari beras berwarna-warni ditaburkan di hall Berjaya Times Square. rancak nian!


borders KL, the nice and cozy place for hiding with books...

trans~aksi

sekarang
kujual diriku
pada dunia

berapa
harga?

Friday, December 22, 2006

balik kampung 6: gambar dari Singapore


di tepi River Quay, Singapore, with twilite sky [makanya gelap niih...]


Chinatown, Singapore. banyak suvenir murah dan bagus dijual di sini... selain itu juga obat-obat China, ukiran, patung dan karya seni lainnya.


iiih...setan di Orchard Road. hehehe... yang benar Isetan, itu nama gerai toko. bukan nama setan!


no comment, no comment. kalo ini sih adanya di Lucky Plaza, Orchard Road. tertulis di depan toko: anak di bawah 18th dilarang masuk dan dilarang motret. trus, di dalam kebanyakan orang pada cekikikan melihat benda yang lucu-lucu, misalnya: kondom yang melindungi seluruh tubuh bentuknya mirip jas hujan, dijamin aman melindungi seluruh tubuh. ini mah dagelan. (eh, tadi katanya 'no comment' yaaa...)


pameran instalasi di gedung durian Esplanade. kawat-kawat yang dibentuk menjadi sosok-sosok hidup... sangat impresif!


can you hear the voice comes out from this wired woman?
"save me..."


tempat mojok (pacaran) muda-mudi di atas gedung Esplanade. ehm... ehm... wartawan kami berhasil mengambil gambar sepasang muda-mudi ini.


Merlion is not so far from Esplanade. this creature still get sick (seasick?), look how he vomiting the water, hahaha...

Thursday, December 21, 2006

pohon terang


minggu pertama di bulan desember saya sempat mengikuti doa rukun (lingkungan), maklum dapat tugas mimpin doa. di rumah tersebut sudah berdiri pohon terang... dalam hati saya bertanya, gak salah nih? natal kok tiba begitu cepat tahun ini?

soalnya di mana-mana gereja masih merayakan masa Adven minggu pertama (masa Adven terdiri dari 4 pekan sebelum Natal). ahhh... mungkin karena di keluarga ini ada anak kecilnya, sehingga boleh saja kalau dia meminta pohon terang dipasang lebih segera.


kebiasaan membuat lingkaran (korona) Adven memang tidak lazim di sini. jarang bahkan tidak ada keluarga yang pernah saya jumpai memasang korona Adven di rumah. korona adven biasanya dibuat dari kursi bundar dengan empat kakinya berbentuk bulat. nah kursi tersebut dibalik lalu dihiasi dedaunan cemara, diikat dengan pita, dan setiap minggu sebatang lilin dinyalakan di atasnya (pada kaki kursi). tradisi itu pernah kami buat sewaktu di Malang dulu.

sekarang mengenai pohon terang, saya punya nostalgia khusus dengan pohon terang. biasanya setelah pulang misa malam natal, saya suka memandangi pohon terang beserta kandang natal di bawahnya. itu terjadi puluhan tahun silam, sewaktu masih kecil. damai rasanya memandangi kelap-kelip lampu serta hiasan pohon terang dan membayangkan bayi Yesus yang lahir di kandang di bawah pohon raksasa ajaib itu.

sekarang setelah memiliki pohon terang sendiri, rasanya malas memasangnya lekas. saya baru memasangnya kemarin. lampunya lebih imut dan indah dibandingkan lampu natal puluhan tahun lalu yang tajam-tajam sudutnya. hiasannya memang tidaklah ramai. namun setiap kali melihat lampunya berpendar-pendar, seolah-olah dia memanggilku untuk kembali ke masa silam.

pohon terang itu kubiarkan menyala terus.
dan tahukah, pada Natal tahun lalu pohon terang di rumah baru kubereskan (pak ke dalam kardus) ketika sudah masuk bulan Februari?
hahaha... sungguh, lho.

hujan deras siang tadi

pagi cuaca masih cerah.
naik motor, nekat melalui jalan pinggir kanal... sudah tahu kalau tanahnya berlumpur sehabis hujan, masih juga nekat... jadilah, offroad. brrrm, brrrm... brrrmmmmmmm... berkali-kali gas kutarik supaya bisa melewati lumpur.
yak astaga, maunya jalan pintas, tapi justru lebih lama dan lebih kotor. hahaha... lumpur memenuhi ban dan kap motor, belum lagi celana jins yang kupakai.

siang ke kampus, ada ujian akhir semester mahasiswa.
tibanya pas juga tepat waktu. ibu bagian administrasi sudah membunyikan telepon mencariku. padahal memang aku suka datang tepat waktu. tadi mampir sebentar ke tempat bisnis.

"mahasiswa sudah menunggu, pak" kata ibu itu.
"iyaiya... ini juga sedang menuju kelas", kataku setengah berlari, dan masih sempat melihat si ibu berdiri di sana masih memegang handphone di telinga.

"apa kubilang, tepat waktu kan?" kataku sambil nyengir.

ujian berjalan dengan baik.
ketika pulang, hujan turun dengan derasnya... untunglah jas hujanku setia melindungi. nah, masalah muncul ketika saya sudah berdiri di depan pagar rumah. kantong kurogoh mencari kunci pagar...
dingin baru terasa saat menyadari bahwa tak ada kunci di saku mana pun. ya ampun, ketinggalan atau tercecer di mana gerangan kunci-kunci itu?

daripada berdiri di depan pagar di tengah hujan, saya kembali mengendarai motor. mau balik ke kampus? amit-amit deh, jauhnya lumayan dari sini, lagipula mau mencari ke mana? ke tempat parkir kampus? ruang kelas? atau sepanjang koridor yang kulewati?

mendingan ke tempat bisnisku tadi.
waduh, ternyata memang kunciku jatuh di sana. seingatku tadi sempat menghitung stok barang dan celana panjang sempat kugantung. pasti kunci tsb meluncur sewaktu di gantungan. dan benar, kunciku ada di sana. lega deh...

sekarang saatnya pulang ke rumah...
di tengah jalan, mesin motor mati mendadak. ya ampuuun...
hujan belum juga reda. motor kudorong ke tempat pompa bensin terdekat. mungkin karena bensin di tangki yang sisa sedikit sehingga dia ngadat, pikirku.

setelah diisi penuh, tetap tidak mau hidup.
yaaah... terpaksa didorong kembali ke tempat semula. ingin sebetulnya langsung kubawa ke bengkel kawasaki terdekat, karena jamku menunjukkan pukul 16.30. bengkel biasanya tutup jam 17. namun, melihat jalanan penuh genangan air, niat itu kuurungkan.

motor kutaruh di jalan bungur, lalu saya meminjam payung... dan berjalan kaki ke perhentian mikrolet. [tante di sana beritahu sekarang sudah jam 18. alamaaak... berarti batere jamku sudah soak, telat satu jam!]

walaaah... baru kali ini saya dapat menikmati acara jalan kaki di tengah hujan. ketemu mikrolet, saya duduk di kursi paling depan, samping pak sopir. walaaahh... baru kali ini saya dapat menikmati pemandangan sepanjang jalan di tengah hujan. hahaha...

sungguh, selama ini bila mengendarai motor saya tidak dapat tolah-toleh buat menikmati perjalanan. ntar rawan kecelakaan. nah bila sekarang kesempatan itu ada, betapa saya menikmatinya.

pengalaman di tengah hujan deras hari ini sungguh berkesan.
hujan di bulan desember.

Tuesday, December 05, 2006

filosofi lobster


ada teman yang pernah mengingatkanku pada filosofi lobster. ceritanya begini, dia datang ke rumahku dan melihat-lihat kolam lobster di belakang rumah. kami lalu bercerita mengenai lobster. nggak panjang-lebar, soalnya lobster sulit diukur panjang dan lebarnya, lobster suka mencapit sihhh... hahaha.

kukatakan begini: aku mempelajari banyak dari sifat lobster. keliatannya saja lobster mahluk ganas dengan dua capit yang siap mencapit mangsanya. keliatannya dia mahluk yang paling lincah karena mudah melesat mundur menghindar. namun, dia justru sangat lemah pada saat sedang moulting.

secara berkala lobster mengalami moulting alias ganti kulit cangkang.

pada saat itulah dia menjadi mangsa empuk bagi teman-temannya sesama lobster. sifat kanibalisme muncul. hukum alam berlaku: struggle for the fittest. lobster yang selamat dari proses ini mungkin karena berlindung di tempat persembunyian, kalo nggak capitnya mungkin yang kena tebas teman-temannya, dan yang paling sial: tewas sebagai korban kanibalistik.

tapi tunggu dulu. cerita belum berakhir di sini.
lewat proses moulting justru badan lobster menjadi bertambah besar dan gagah. warnanya makin mengkilap. inilah yang akan membedakannya dari lobster lain di kolam.

sehingga kalimat justru dalam kelemahanlah, aku menjadi kuat bukanlah kata-kata kosong. saya mempelajarinya dari lobster-lobster itu.

dan ketika kawan itu baru saja mengingatkanku pada filosofi lobster, aku sempat terhenyak. mungkin karena sudah lama aku tidak memberi perhatian pada lobster-lobsterku... atau karena proses moulting kehidupan yang sedang kualami.

dan dalam lubang persembunyianku,
aku menantikan saat itu
ketika musuh-musuh datang menyerbu
engkau tetap menemaniku

Wednesday, November 29, 2006

langit jingga


kanvas yang kubentangkan masih kuingat kusiram dengan warna jingga lembayung sehingga dirimu bertanya: mengapa warna itu bukan warna lain saja

ini warna langit, jawabku sambil menggosok jari jemariku di atasnya meliuk-liuk seperti penari dombret yang kesetanan

kuingin melihat langit yang sejingga ini dalam mimpiku yang selalu gelap tanpa warna kalaupun ada hanya hitam putih seperti kotak-kotak norak yang menyebalkan yang sering kaukenakan

lihatlah, langit ini menjadi horison tanpa batas lazuardi tempat burung-burung senja menemukan kebebasannya. tempat pasangan mahluk hidup mengucapkan salam perpisahan kepada hari. dan warna jingganya selalu tak kan pernah sama

lukisan langit jingga kutaruh di halaman rumah. malam hari kupandangi dia. dan memang, warnanya selalu takkan pernah sama...

Tuesday, November 28, 2006

nyanyian hujan


rindu yang berlari melewati halte saat penumpang telah pergi menjejak di langit malam yang bergemintang dan hujan yang enggan turun sejak kemarin-kemarin menyisakan sepotong tanya: mengapa awan tak kunjung tiba

dan engkau terpaku berdiri di bibir pantai menyaksikan mentari tua yang tergeletak di ufuk cakrawala

bukakan jalan baginya, teriak ombak putus asa lalu ikan-ikan berkumpul di kakimu dan semua mahluk lautan yang tak pernah engkau kenal menari-nari di pelupuk mata

turunlah hujan, teriak mereka
turunlah hujan, sabda semesta
turunlah hujan, bisik mentari tua yang sekarat

pasir padang angin kering menimbus lukaku saat dirimu memandangku sebuah oase kering kerontang menganga di matamu air tak lagi mengalir di sana

turunlah hujan, desahku
merapalkan mantera yang pernah diajarkan bunda

bibirku kelu kata-kataku meranggas
demi tuhan, t-u-r-u-n-l-a-h h-u-j-a-n!

setitik air mengalir dari matamu
setitik lagi turun ke bumi
dan titik-titik lain berkejaran
tanah mendesah, langit bernyanyi, kehidupan bersemi

katak menggeliat dari lumpur kematian yang mengutuknya sebagai benda mati semenjak alam diciptakan sang Pencipta menggunakan tanah merah untuk membangunkan adam dan hawa mereka bernyanyi lagu indah yang baru pertama kali kudengar: namamu mereka sebut berulang-ulang...

berulang-ulang
menetes-netes
berulang-ulang
menetes-netes

Saturday, November 25, 2006

balik kampung 5 : gambar dari Petronas, KL


menara petronas tampak dari bawah (alias perlu telentang untuk motretnya, hahaha...) wuiihh... tinggi banget!


suria mall tepat di bawah petronas. a time for shopping.


menuju ke atas menara Petronas. "this way, please..." untung ada anak muda Malaysia yang baik hati ngantar kami sampai ke loket.


on the 41st floor of Petronas twin tower. untuk sampai ke atas sini pakai eskalator dengan kecepatan satu lantai per detik, jadi cuma butuh waktu 41 detik! nice view around KL looking from here... inilah jembatan yang menghubungkan kedua menara. jadi ingat nih sama film "the entrapment".


pemandangan dari atas menara Petronas. wuihhh... KL jadi seperti mainan monopoli. kecil-kecil dan rapi...


patung terakota yang dipajang di sebuah toko benda antik di Suria KLCC mirip dengan terakota dari the forbidden city? melihat-lihat isi toko rasanya balik ke zaman lampau deh... beda lagi dengan Galeri Petronas (tak jauh dari toko antik) yang waktu itu sedang pameran "BMW Art Cars". sejarah BMW dan kreasi warna-warninya dipamerkan di sana.

Friday, November 24, 2006

balik kampung 4: anjung kl

beberapa hari ini kepala lagi pusinggg... tidak bisa menulis dan berkonsentrasi penuh. pikiran terus berkontraksi. kontra-aksi. hehehe...
jadi sekarang mau nulis lagi? he-eh.

lanjut kisah balik kampung... kami terbang ke KL dengan penuh guncangan. awan hitam kelabu menutupi KL. kebun kelapa sawit tidak nampak di sana. syukurlah, roda pesawat menyentuh landasan LCCT (low cost carrier terminal). hujan berderai saat kami tiba di KL. naik bus AirAsia dari LCCT ke KL Sentral (terminal pusat kota KL) cuma 9RM/orang.
KL Sentral, hujan makin deras. taksi sulit ditemukan, kalaupun ada pasang harga minta ampun. masak kali ini minta RM35? padahal kemarin dengan rute yang sama saya cuma membayar RM15. kata sopirnya karena hujan deras, daerah sekitar Puduraya tergenang air setinggi lutut sehingga ia harus memutar jauh.
tak ada pilihan, kami menyewa taksi.


tiba di Anjung KL2 di Jl. Tengkat Tongshin.
Jay gadis yang menjaga meja depan segera menyambut dengan senyuman. ia mengenaliku karena sekitar dua bulan lalu aku telah membooking kamar padanya.
"what i said... i will come with my dad. and here is my dad...", ujarku sebagai salam pembuka. Jay menyerahkan kunci kamar setelah saya memberikan paspor untuk keperluan administrasi.

kami menempati kamar di lantai dasar. ini sesuai saran dari Ms. Helena Walker, teman di Anjung KL1 tempo hari. katanya ayah saya sudah berumur, jadi sebaiknya menempati kamar di lantai bawah, repot kalau musti naik tangga. kamarnya cukup nyaman, ranjang double bed, pakai AC... pantas untuk harga RM65/malam. tapi ini yang jadi masalah: ayah saya tidak tahan dengan dinginnya AC malam hari. hahaha...

Tuesday, November 14, 2006

denias dan osama


hari nomat (nonton hemat) Senin kemarin kuluangkan waktu menonton film indonesia di teater 21. judulnya: Denias, Senandung di Atas Awan. kesannya mirip judul film romans, ya? keliru. justru kisahnya jauh dari tema percintaan. film ini termasuk unik. lepas dari pakem perfilman indonesia yang sedang marak: percintaan, klenik, dan setting kaum urban Jakarta. ini dia film indonesia yang tidak menggunakan sebutan "elo - gue" dalam dialog.

Denias diangkat dari kisah nyata seorang bernama Janias dari suku pedalaman Papua. maka film ini berusaha jujur dalam bertutur mengenai adat istiadat serta panorama pedalaman Papua. bagaimana seorang guru (Mathias Muchus) yang didatangkan dari pulau Jawa musti terpaksa meninggalkan 'sekolah' di sana dan kembali ke tanah Jawa karena isteri yang sakit. seorang tentara yang dipanggil "Maleo" (karena dia dari kesatuan Maleo, diperankan dengan sangat mengkilap oleh Ari Sihasale) peduli terhadap pendidikan anak-anak desa, teristimewa pada Denias. dan konflik yang dihadapi Denias dalam mengejar pendidikan yang layak.

pemandangan puncak-puncak gunung di Papua, alur sungai, dan hutan disajikan begitu kaya warna. mata takkan terpejam mengantuk, karena suguhan keindahan panorama alam yang berhasil direkam film ini menggunakan lensa lebar. selain itu, penonton musti siap terpingkal-pingkal oleh adegan dan kalimat-kalimat lugu yang terlontar di film ini. sekalipun film ini tidak bermaksud menyajikan pertunjukan komedi. lebih tepat justru ia menyajikan gambaran satiris karikatural. misalnya, saat Maleo berusaha mengajarkan Denias membentuk potongan-potongan karton menjadi peta Indonesia. potongan itu sembarang saja disusun Denias. ditaruh di dinding. lalu ia berdiri tegap dan menghormat, sambil menyanyi: "Indonesaaa... tanah airku... tanah tumpah darahkuuu..."

ahh, rasanya lega menemukan sebuah film Indonesia semacam ini. ibarat oase di padang kering. Denias menunjukkan arah kiblat yang berbeda dan tidak harus menjadi membosankan atau 'tontonan berat' semacam "Pasir Berbisik", "Daun di Atas Bantal" besutan Garin Nugroho.

penonton meninggalkan gedung bioskop dengan sepotong senyuman di bibir, saat layar tertulis istilah khas masyarakat Timur (Papua): "Itu Sudaaah", yang artinya sama dengan: "The End", "That's All", "Habis".


tema film Denias mengingatkanku pada film "Osama" yang baru saja kunonton DVD-nya hari Minggu kemarin. film Osama lebih serius dan cenderung bertutur datar. seserius dan sedatar kepahitan hidup seorang anak gadis yang berjuang untuk memperoleh pendidikan yang layak di tengah rejim Taliban yang berkuasa. anak gadis itu musti rela dipotong rambutnya dan diubah identitasnya menjadi anak lelaki oleh sang ibu supaya ia tidak perlu mengenakan 'burqa' (cadar yang menutup seluruh wajah).

betapa paranoidnya rejim Taliban terhadap hak-hak kaum perempuan! mereka tidak boleh berjalan sendiri di tempat umum, bahkan tidak boleh menunjukkan identitasnya. satu adegan lucu di film ini: saat pesta upacara pengantin perempuan diadakan di sebuah rumah, mereka menyanyi dengan riangnya. mendadak suasana berubah saat seseorang memberitahukan: Taliban datang! segera mereka mengenakan burqa. rebana dan kecapi disembunyikan di balik kain panjang mereka, lalu duduk berkumpul mengeliling sambil menangis. ketika Taliban bertanya: ada apa ini? dijawab: ada upacara kematian dalam keluarga ini. maka Taliban pun pergi.

bagaimana dengan nasib anak gadis ini?
dia berhasil bersekolah di sekolah pria (perempuan dilarang bersekolah oleh Taliban). hanya seorang yang tahu identitasnya: Espandi. dia anak pengemis yang setiap hari membawa wiruk berasap untuk mengusir kesialan sambil minta uang. Espandi selalu membelanya dan menamai dia "Osama". Osama dicurigai oleh teman-temannya karena sikap dan penampilannya yang halus. meskipun rambutnya sudah dipotong pendek dan memakai topi. Osama berani memanjat pohon yang tinggi, namun selalu ketakutan bila mau turun. sehingga Espandi menjadi penolongnya.

suatu kali seorang guru mengajari para murid bagaimana membersihkan (maaf) kelamin di ruang mandi. Osama hanya dapat mengintip ketakutan di balik dinding. ketika sang guru melihat Osama di sana, dia dipanggil untuk ikut berendam di bak dan melakukan petunjuk pembersihan. guru itu berkata: "he looks like nymph".
"what is nymph?" tanya murid lain.
nymph itu adalah mahluk serupa lelaki tapi berjiwa perempuan yang ada di surga, jawab sang guru. hah?


terjadilah, identitas Osama akhirnya terbongkar. dia dimasukkan ke dalam penjara, menanti eksekusi. eksekusi mati beberapa tahanan ramai dihadiri massa. seorang wartawan asing yang merekam kejadian sehari-hari di sana dihukum tembak mati. seorang perempuan yang berzinah dihukum dikubur hidup-hidup lalu dirajam. dan Osama?

Osama juga harus dihukum mati karena melanggar perintah agama. namun seorang Mullah memohonkan ampun buat Osama dan ingin mengawininya. Osama diampuni. dia dibawa dengan kereta Mullah. dimasukkan ke rumah Mullah dan dikunci gembok. di dalam terdapat beberapa istri Mullah dan anak-anak. Osama didandani cantik.

saat Mullah pulang, gambaran satiris ini ditampilkan. Osama ditawari untuk memilih salah satu gembok aneka bentuk dan ukuran. lalu dia dibawa ke ruang atas. setelah itu, Mullah tampak ke luar dan langsung berendam di bak air hangat. rupanya, Mullah sedang melalukan ritual pembersihan (maaf) kelamin.
penonton dipersilakan menafsirkan bagian terakhir ini.

kesan yang tertinggal pada film Osama adalah ketika Osama bermain lompat tali (skipping) di dalam penjara di tengah-tengah tahanan yang mengenakan burqa. bunyi tali dan lompatannya sungguh terasa menyentak-nyentak. selain itu, ketika Osama dihukum setelah diturunkan dari pohon, ia digantung di dalam sumur di halaman sekolah. ia menangis dan menjerit pilu memanggil-manggil mamanya... dan darah menstruasi membasahi kakinya.

Osama dan Denias. dua potret yang bertutur mengenai anak manusia yang berjuang meraih pendidikan yang layak. Denias tampaknya lebih beruntung. saat ini ia dikabarkan sedang menempuh studi lanjut di Australia (dikisahkan pada credit title akhir film). Osama tak berkabar, selain bahwa film ini meraih penghargaan "2004 Best Foreign Language Film Golden Globe Winner" dan beberapa penghargaan lainnya.

Friday, November 10, 2006

balik kampung 3: airasia back!



selalu terburu-buru. pukul 6.30 terbangun, nyalain hp, langsung masuk sms: Papa saya sudah di bandara Denpasar dan sudah siap berangkat. saya segera berkemas. sebetulnya penerbangan ke KL masih jam 11, namun karena Papa sudah hampir tiba di Surabaya, maka harus bergegas.

pukul 7 lewat beberapa menit, Papa menelpon: sudah tiba di bandara Juanda. Toni di mana?
sabar, dalam perjalanan ke bandara niih...

saya sedang mencoba moda transportasi baru ke bandara: naik Damri dari Jl. Raya Darmo hingga dekat jembatan selepas Alfa dan kantor Polisi (sebelum bis damri belok menuju Bungurasih), trus dilanjutkan dengan taksi...

berhasil. kekuatiran akan dihadang kemacetan lalu lintas seketika sirna saat saya sudah berada dalam taksi memasuki areal bandara. maklum, Surabaya sekarang suka macet saat menjelang siang.

tiba di bandara, terminal keberangkatan luar negeri, segera saya mencari Papa saya. saat tadi di jalan sempat nelpon, katanya beliau kelamaan nunggu di kafe tempat yang kami sepakati, jadi sekarang dia berada di depan kounter AirAsia.

kounter AirAsia? yang di luar apa di dalam terminal? maka saya masuk, kounter check-in penerbangan Airasia belum buka. Papa juga tidak ada di sana. saya ke luar lagi setelah menitip tas-tas bawaan kepada petugas.

berlari-lari beberapa kali mengitari kounter penjualan tiket AirAsia (letaknya ada di keberangkatan domestik!), baru saya temukan beliau. teman perjalananku dalam perjalanan kali ini!

whattt?
yes, my daddy. my travel mate. beliau sudah siap memulai perjalanan ini sejak lima bulan lalu... setiap hari latihan jalan, katanya melalui sms. dan ketika saat ini makin mendekat, makin sibuk pula persiapan yang dilakukannya.
saya sendiri merasa tidak sesiap itu, karena kesibukan yang harus kuhadapi menjelang keberangkatan.

dan sekarang, kami memulai perjalanan panjang...

Thursday, November 09, 2006

balik kampung 2: surabaya


surabaya. kapal akhirnya merapat. dan selalu sesak orang berebutan menuruni tangga kapal. saya bersama Sr. Yerona menunggu setengah jam. dan masih saja penuh sesak orang menuruni tangga kapal.

setelah di darat, kami menunggu jemputan. Sr. Yerona hendak ke Malang. aku hendak menumpang hingga ke Jl. Raya Darmo. mobil jemputan yang ditunggu masih dalam perjalanan dari kota Malang... waduh. hingga jam 12.30, akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum.

surabaya tetap saja panas. saat tiba di tempat tujuan, saya langsung bergeletak setelah menyalakan pendingin ruangan di dalam kamar... sore hari, saya menyempatkan berjalan-jalan ke katedral Surabaya di Jl. Polisi Istimewa. gereja ini bagi saya memang istimewa. ada kantin dan toko buku yang sejuk di sana. jadi saya suka berlama-lama sekedar melihat-lihat, lalu menikmati makanan khas seperti lontong capgomeh, rujak cingur di kantin itu.

ada beberapa perubahan di katedral surabaya. toiletnya sudah direnovasi. menjadi mewah seperti toilet hotel, pakai marmer! wow. juga pendingin udara dipasang di mana-mana, termasuk halaman luar/pendopo gereja yang tidak berdinding! saat menengok ke halaman sekolah Santa Maria, di sana berkumpul masyarakat miskin. mereka sedang berbuka puasa bersama. Tim Seksi Sosial paroki rupanya yang mengadakan acara ini... sangat menyentuh hati! ada sekeluarga yang sedang duduk di lantai sekolah menikmati sepincuk sate ayam... duh, sedapnya.

sudah pukul 18 lewat beberapa menit. di halaman gereja tampak penuh mobil yang di parkir. ada misa apakah gerangan? ternyata sedang misa harian. jadi, saya masuk dan duduk mengikuti misa. sambil berdoa semoga Tuhan memberkahi perjalananku kali ini...

Wednesday, November 08, 2006

balik kampung 1: KM Dobonsolo kembali


tulisan "balik kampung" terinspirasi oleh judul lagu "balik kampung" yang dinyanyikan Sudirman dengan begitu rancaknya! asik sekali mendengar lagu ini saat berlebaran di tanah jiran, Malaysia...

Perjalanan jauh tak kurasa
Kerna hatiku melonjak sama
Ingin berjumpa sanak saudara
Yang selalu bermain di mata

Nun menghijau gunung ladang dan rimba
Langit nan tinggi bertambah birunya
Deru angin turut sama berlagu
Semuanya bagaikan turut gembira

Balik kampung oh oh...( 3X )
Hati girang
Ho ho... Balik kampung (3X)
Hati girang


perjalanan dimulai 18 Oktober 2006 dengan kapal Dobonsolo. Makassar-Surabaya. di tengah sesaknya para penumpang yang hendak mudik ke Jawa. sepanjang dek dan lorong-lorong di dalam kapal penuh manusia... mereka menggelar tikar dan menggeletak begitu saja.

jadi teringat pada tahun 1999 (tujuh tahun silam!), di atas kapal Dobonsolo ini saya, Pak Frans dan mendiang Herry, sobatku di kampus dulu, kami melakukan perjalanan dari Jakarta ke Denpasar, Kupang dan Sorong... dan menumpang di kelas ekonomi dengan lucunya! ya... kami mengantri makanan bergantian. dan tertawa saat melihat juru masaknya menggunakan sekop untuk mengangkat nasi dari kuali besar.

kali ini saya tidur di kelas II. sekamar berisi 4 ranjang susun, lemari loker, dan kamar mandi. setiap kali hendak ke ruang makan harus melewati lorong di depan pintu kamar yang dipenuhi manusia...

KM Dobonsolo. kali ini saya bertemu dengan Sr. Yerona di ruang makan. dia teman baik saya di paroki katedral beberapa tahun silam. uniknya, pernah suster ini ditayangkan di MetroTV (film dokumenter) saat dia menemani seorang anak pengungsi dari Flores yang hendak pulang kampung. maka kusebut dia: "bintang film dari MetroTV".

di ruang makan kami duduk semeja dengan seorang bule. namanya Mr. Roger. dia orang Perancis yang lama menetap di Surabaya. dia bekerja di Pasuruan di bidang perakitan kapal. katanya, ayahnya dan juga anaknya bekerja di bidang yang sama: perkapalan... di Surabaya dia punya tiga anak asuh, mereka sedang kuliah... ada nada bangga tersirat pada kalimatnya saat bercerita mengenai anak-anak asuhnya, maklum dia prihatin pada kondisi sosial ekonomi masyarakat di Indonesia.

alasan mengapa dia menumpang kapal ke Surabaya, tampaknya persis sama dengan kami. kehabisan tiket pesawat menjelang lebaran. kalaupun ada, harganya sudah sangat tidak rasional. jadi, lebih baik menikmati perjalanan dengan kapal laut.

perjalanan makassar ke surabaya memakan waktu 24 jam. berangkat jam 11 wita siang. tiba di pelabuhan tanjung perak jam 10 wib siang.

senja hari, saya ke anjungan kapal. menikmati langit senja dan lautan luas.
sensasi ini sangat menenangkan hati...

mp3 player yang kuputar pas lagunya: "my heart will go on"... hahaha. jadi ingat film klasik Titanic.

ya, perjalanan ini baru saja dimulai.

tips perjalanan:
bila menumpang kapal laut, sebaiknya menyiapkan cukup air botol kemasan yang dibeli di toko sebelum naik kapal. jangan membeli air botol di atas kapal! selain harganya mahal, saya perhatikan segel plastik botol memang ada, namun sambungan penutup botol dan cincin pada leher botol telah pecah, dan botol kelihatan tidak baru lagi. saya menduga, ada yang berusaha meraup untung dengan mengisi botol air bekas dan menjual ulang bermodal plastik segel. kuatirnya bila kualitas air yang diisinya serta botol yang bekas dipakai orang lain tidak higienis.

Thursday, October 12, 2006

kisah cinta lagi

wow, kisah tentang cinta lagi... gak bosan?
hahaha... ibarat makan nasi tiap hari, apa gak bosan? dan ahh, akhirnya aku harus tertunduk dan mengaku: hidup tanpa cinta, bukanlah hidup sebenarnya.
cinta masih mampu membuat keajaiban di tengah dunia yang makin renta ini. gak percaya? bacalah...

THIS IS WHAT LOVE IS ALL ABOUT
Author Unknown

Sekitar jam 8.30 di suatu pagi yang sibuk. Ketika itu seorang bapak agak tua berusia sekitar 80-an tahun, datang untuk melepaskan jahitan-jahitan di ibu jarinya.
Ia bilang ia sedang tergesa-gesa karena ia punya janji jam 9.00. Kumintai semua data-data penting pribadinya dan mempersilakan ia duduk, sebab kutahu bakal paling cepat sejam lagi baru ada seseorang yang bisa melayaninya. Kulihat ia mengamati jam tangannya dan kuputuskan, sebab aku sedang tak sibuk dengan pasien lain, akan aku periksa lukanya. Kesembuhannya baik sekali, jadi aku bicarakan dengan salah seorang dokter, kudapatkan bahan-bahan yang diperlukan untuk melepaskan benang-benang jahitannya dan merawat ulang lukanya lagi.

Selagi merawat lukanya, kami mulai terlibat dalam percakapan. Kutanyai apakah dia ada jadwal janjian dengan dokter pagi ini, sebab kok begitu tergesa-gesa. Bapak itu bilang tidak, cuma dia perlu pergi ke rumah jompo untuk bersarapan dengan isterinya. Lalu kutanyakan hal kesehatan isterinya. Ia menjawab, isterinya sudah agak lama di sana dan ia adalah seorang korban penyakit Alzheimer.

Saat omong-omong itu, dan aku selesai merawat lukanya, kutanya apakah isterinya bakal kuatir sekiranya ia terlambat sedikit. Ia jawab isterinya sudah tidak tahu ia itu siapa, dan malah sudah lima tahun ini dia tidak mengenalinya. Aku jadi terkejut, dan kutanya balik, "Dan bapak setiap pagi masih tetap pergi ke sana, meskipun ia tidak mengenali anda lagi?"
Ia tersenyum sambil menepuk-nepuk tanganku dan berkata: "Dia memang tidak mengenaliku, tetapi saya masih tahu dia siapa."

Aku harus menahan air mataku ketika ia pergi, terasa rambut di tanganku berdiri, kulit merinding, dan kuberpikir, "Itulah jenis cinta kasih yang kuinginkan dalam hidupku."

Cinta sejati bukan yang jasmaniah, bukan pula yang romantis.
Cinta sejati ialah yang bisa menerima segala apa adanya, yang telah terjadi, yang akan, dan tidak akan terjadi.

Orang-orang yang paling berbahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segalanya, mereka hanya membuat yang terbaik dari segala sesuatu yang mereka jumpai dalam jalan hidupnya.

Tuesday, October 10, 2006

tuhan jadikanlah aku pembawa damai


hari minggu kemarin [8/10] masih berkesan di ingatan. ada acara pesta di paroki kami. ya, pesta pelindung paroki kami, St. Fransiskus Assisi. tak terasa usia paroki kami sudah 20 tahun.

saya jadi seksi sibuk. jadi mat kodak, ngurusin foto-foto. ngantar umat ke bangku dalam gereja. sekalian jadi anggota dewan pastoral yang diangkat janjinya hari itu. hihihi... gila aja. setelah beberapa hari sibuk menyiapkan acara ini, masih saja ada hal yang belum beres. aku masih harus berkeliaran pada saat acara berlangsung.

namun satu hal ini yang membuatku terduduk bengong. pada saat paduan suara menyanyikan lagu indah St. Fransiskus Assisi:

Tuhan jadikanlah daku pembawa damai,
kan kunyanyikan lagu penawar badai

Tuhan jadikanlah daku penabur benih,
kan kudamaikan silang selisih

Bila kulihat kawan bermusuh,
kan kusatukan dalam ikatan teguh

Bila ada kudengar salah di tutur,
kan kusampaikan segala kataku yang jujur

dan bahagialah daku selamanya

Bila ada kurasa duka di dada,
kan kubawakan kisah dan lagu gembira

Bila ada kuraba gelap nan hitam,
kan kupancarkan cahayaMu di tengah malam

dan bahagialah daku selamanya


bayangkanlah suara penyanyinya perempuan semua, mereka menyanyikan lagu ini dengan lembut seperti suara para malaikat [teringat pada lagu para suster di film The Sound of Music]. saya benar-benar duduk terpaku mendengarkan lagu ini. completely speechless.

tanah asing


sementara berbelanja sore tadi, ada sms masuk.
rupanya dari bekas muridku. sekarang dia bersekolah di negeri sebrang. namun baru beberapa hari di sana dia mulai merasa homesick, rindu pada mamanya. dan mungkin rindu pada seisi rumahnya di sini. semalam katanya dia sampai menangis mengingat mereka.

di sana dia tinggal di kos-kosan. ada sih teman kamarnya, namun jarang sekali menyapa. jadilah dia merasa terisolir. maklum dia juga orangnya kurang gaul.

kusarankan padanya: coba kamu jalan-jalan naik MRT keliling kota biar tidak sumpek di rumah...

dijawabnya: kalo sendirian nggak asik.

masak sih? pikirku. soalnya justru aku paling suka traveling sendiri. hahaha, masing-masing orang punya selera berbeda yaaa...

dia memintaku kata-kata yang dapat menghibur.

apa ya? aku cuma bilang: saat-saat awal ini tentu berat untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barumu. namun mungkin kelak dirimu akan mengenangnya sambil tersenyum...

karena seingatku hal itu pernah terjadi pada diriku.

Saturday, October 07, 2006

heart

tadi siang saya baru selesai nonton film "heart". vcd pinjaman dari teman. katanya bagus banget tuh film, soundtrack-nya memang asik didengar. puitis dan mengalir. bagaimana dengan film-nya?

penasaran saya coba putar. dari dua plat vcd, satu plat yang saya nonton kemarin rasanya garing banget. alur ceritanya amat disederhanakan. penokohan cerita hanya berputar-putar pada 3 anak muda ini: Farrel-Luna-Rachel. konflik cinta segitiga. triangle love lagi!
beberapa keganjilan di sana-sini. gak usah dipikirkan, siapa keluarga ketiga anak muda ini. mereka diperlihatkan seolah hidup sendiri di rumah besar di kawasan pegunungan. pada akhir cerita, ayah Luna dan ibu Rachel baru dimunculkan.
gak usah dipikirkan, Luna pengarang komik tiba-tiba mau memberikan alamat rumah dan nomor teleponnya kepada fans yang baru dikenalnya, sambil cengar-cengir.
gak usah dipikirkan, kura-kura di danau selalu saja bertengger pada batang kayu saat Luna dan Farrel berperahu. atau si Rachel yang mau menjadi donor hidup buat Luna...

kisah ini memang dimaksudkan sebagai cerita cinta. semacam "Love Story"-nya Eric Seagal. atau "Kuch Kuch Hota Hai" Shahrukh Khan. beberapa teman bilang film Heart secara sederhana mengambil tema film Kuch Kuch Hota Hai. tapi kisah cinta perlu alur dan karakter cerita yang jelas dong.

beruntung film ini terselamatkan oleh soundtrack yang sesekali muncul sebagai background [resep film India?] serta setting pemandangan bukit dan kebun teh [di Bogor?].

maka pada kepingan kedua VCD yang saya putar siang tadi, kisahnya menjadi jelas. potongan-potongan adegan yang tampaknya ganjil itu berujung pada peristiwa tragis: kematian. seorang tokohnya mati demi cinta.

pembuat film Heart ini tentu meyakini adagium kuno ini: kematian mengekalkan cinta. jadi, bila mau menikmati film ini, tak perlu berpikir terlalu rumit. cukup siapkan saja sapu tangan atau tissue...

"If you love somebody could we be this strong
I will fight to win our love will conquer all
Wouldn’t risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heart..."
OST Heart

radha dan krishna



yang tertinggal dari perjalanan di india lima tahun lalu: kisah cinta radha dan krishna. lukisan-lukisan mereka sangat indah. dan saya terkesan melihatnya.
saya bertanya: mengapa tubuh krishna diwarnai biru?
dijawab: sebab krishna lahir pada waktu bulan purnama.

sampai sekarang saya belum tahu apa kaitan bulan purnama dengan birunya kulit krishna.
namun yang jelas saya tahu, bulan purnama selalu membuat biru hatiku... feeling blue.

She looks at her lover
And blushes with a smile.
She murmurs softly
In all the many ways of love
Lost in its bliss.

Her body shudders and trembles.
Her passion blossoms
With sighs and eyes closing.

~ Gitagovinda (circa 12th century)

The Sanskrit classic, Gitagovinda (Songs of Govinda) was written by Jayadeva in the twelfth century AD. Apart from its intrinsic literary merit, which is of an exceptionally high order, the Gitagovinda is of special importance for its path-breaking deification of the love of Radha and Krishna.

Saturday, September 30, 2006

high up in the sky


setiap kali pesawat hendak terbang, saya suka menikmati pemandangan di luar kabin pesawat. jalanan, rumah-rumah, sawah terlihat menjadi seperti mainan monopoli. kecil-kecil...

lalu lautan... hmmmh... warna birunya itu.
pulau-pulau terlihat kecil dan jelas sekali batas daratannya.

lalu aku berpikir: jikalau masalah menghimpitmu, cobalah terbang lebih tinggi. dari atas sana masalah itu terlihat begitu kecil!

Wednesday, September 27, 2006

hadapilah dengan senyum



bila bebanmu terasa berat, hadapilah dengan senyum
bila langkahmu terlalu penat, hadapilah dengan senyum

bila badai ombak menggelora, hadapilah dengan senyum
bila awan gelap kelak menudungi, hadapilah dengan senyum

bila penyakit menyerang dikau, hadapilah dengan senyum
bila harapan tiada lagi, hadapilah dengan senyum

bila manusia mengecewakan, hadapilah dengan senyum
bila hidupmu sangat tertekan, hadapilah dengan senyum

Tuhanlah pembelamu, Tuhan penolongmu
janganlah kaubimbang akan semuanya
hadapilah dengan senyum...

Monday, September 25, 2006

dokter gigi sakit gigi?

sore tadi berangkat ke tempat praktek dokter gigi. hari senin, mumpung aku libur. besok ada beberapa agenda kesibukan, sehingga bila ditunda bisa kelamaan untuk cari kesempatan ke dokter gigi.
cihuuuiii... tidak ada pasien lain yang tampak di sana. berarti kali ini aku dapat giliran nomor satu dong! [padahal biasanya hari senin ramai pasien mengantri] kudekati pintu kamar praktek yang terbuka. ada mbak perawat yang tersenyum melihatku.

"dokter nggak praktek sore ini", sapanya.

"kenapa??"

"dokter sakit"

"dokter sakit gigi ya??"

dia ketawa dan berkata: "masak dokter gigi sakit gigi? dokter Cynthia sakit maag"

"oooh, kirain dokter sakit gigi..."

kupikir-pikir, rasanya ajaib juga bila dokter gigi bisa sakit gigi... hahaha.

Friday, September 22, 2006

kesaksian - sepotong kisah dari peristiwa Tibo



KESAKSIAN - Iwan Fals

aku mendengar suara
jerit makhluk terluka
luka, luka
hidupnya
luka

orang memanah rembulan
burung sirna sarangnya
sirna, sirna
hidup redup
alam semesta
luka


banyak orang
hilang nafkahnya
aku bernyanyi
menjadi saksi

banyak orang
dirampas haknya
aku bernyanyi
menjadi saksi


mereka
dihinakan
tanpa daya
ya, tanpa daya
terbiasa hidup
sangsi

orang-orang
harus dibangunkan
aku bernyanyi
menjadi saksi


kenyataan
harus dikabarkan
aku bernyanyi
menjadi saksi

lagu ini
jeritan jiwa
hidup bersama
harus dijaga
lagu ini
harapan sukma
hidup yang layak
harus dibela


Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu telah dieksekusi mati Jumat, 22 September 2006 di ni hari. Berbagai kontroversi menyertai pelaksanaan hukuman mati ini. Berikut ini adalah kutipan kesaksian yang pernah dinyatakan oleh Fabianus Tibo dan dibenarkan oleh Dominggus Da Silva serta Marinus Riwu. Kutipan ini dibuat sebagai press release dari pihak terhukum dan disampaikan kepada berbagai pihak,
termasuk Komisi Hak Asasi Manusia sebagai pembelaan dan juga informasi bagaimana ketiganya bisa ditahan dan dijadikan tersangka kasus kerusuhan Poso.

Kronologis Terjebaknya FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU dalam kerusuhan Poso III

Menurut Keterangan Fabianus Tibo dan Dibenarkan oleh Dominggus dan Marinus Riwu

Pada pertengahan Mei 2000, kami kedatangan seorang utusan dari Tentena yakni: Sdr.Janis Simangunsong, yang bersangkutan membawa kabar bahwa Gereja Sta. Maria Poso akan dibakar dan umatnya akan dibunuh. Sebagai orang tua/wali murid kami merasa kuatir dan gelisah memikirkan nasib anak-anak panti asuhan, para guru, suster, pastor dan lainnya. Pada saat itu pula kami mengadakan pertemuan sesama orang tua/wali murid. Hadir pada pertemuan itu 23 orang. Kami sepakat untuk secepat mungkin menjemput anak-anak bahkan seluruh penghuni yang berada di Gereja Sta. Theresia, Desa Moengko Baru, Poso.

Tanggal 21 Mei 2000, kami 17 orang berangkat menuju lokasi Gereja Sta. Theresia. Dalam perjalanan itu kami singgah di Tentena bertemu dengan Janis Simangunsong, si pembawa berita. Kami tanyakan kembali perihal beritanya, dan sdr Janis menjawab: "Terserah Om Tibo mau pecaya atau tidak, tapi yang pasti berita itu benar". Sayapun balik menentang Sdr. Janis dengan mengatakan seperti : "Bila berita tersebut hanya issu kamu harus menerima resikonya, kami akan lapor ke kantor polisi sebagai provokator". Hari itu kami dan rombongan bermalam di Tentena.

Keesokan harinya pada tanggal 22 Mei 2000 kami dan rombongan berangkat memakai mobil kijang menuju Gereja St. Theresia Poso. Sekitar jam 3 sore kami tiba dan langsung menanyakan berita tersebut kepada Pastor serta Suster dan para Guru, jawab mereka : "kami belum tahu". Kalau begitu, bagaimana kalau Pastur, Suster, Guru serta lainnya ikut kami saja sekarang kembali ke Beteleme bersama anak-anak, dan mereka katakan "tanggung" karena besok hari ujian akan berakhir, bagaimana kalau habis ujian? Kami semua menyetujui, dan kami bermalam di asrama Gereja karena baru besok akan kembali ke Beteleme.

Tanggal 23 Mei tahun 2000, sekitar jam 04.00 (jam 4 subuh) kami terbangun oleh teriakan histeris minta tolong berlari memasuki halaman gereja langsung naik ke gunung di belakang gereja. Ada yang memanggil nama saya seperti "Om Tibo tolong kami, tolong kami". Saya tidak habis pikir kenapa, sebagian massa ada yang memanggil nama saya.

Saat itu pula saya keluar halaman, tiba-tiba lampu mobil mengena muka saya dan terdengar teriakan "siapa itu" (maksudnya saya), saya jawab "ini saya Om Tibo". Polisi-polisi langsung mendekat kepada saya, salah satunya saya kenal yaitu Bapak Anton. Terjadi perbincangan dengan para polisi. Mereka mengira kamilah yang mengadakan penyerangan semalam, tetapi saya jawab kami semua penghuni yang ada di dalam tidak tahu apa-apa, kami mempersilahkan bapak polisi memeriksa ke dalam.

Sementara berbicara dengan para polisi, masa dari Kelompok Putih sudah mulai memasuki halaman gereja, bahkan sudah mengelilingi saya di hadapan para polisi. Sekali lagi saya mencoba menjelaskan bahwa para Suster, Guru yang ikut keluar asrama mau menjelaskan kepada polisi serta massa dari Kelompok Putih, tetapi penjelasan tersebut sia-sia, massa sudah mulai emosi, sebagian meneriaki seperti "Sudah dia, om Tibo yang melakukan penyerangan dan telah membunuh polisi serta mantan lurah Kaimanya", bahkan ada yang mau memukul dan sudah mengancam dengan parang kepada Suster dan Para Guru yang mau menolong menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Saat itu pula saya menyuruh suster dan para guru untuk masuk ke dalam karena saya berpikir situasi sudah lain. Saya mengenal salah satu Tokoh Islam yang saat itu ada di TKP bernama Abdul Gafar. Saya sempat menyapa sebagai seorang sahabat.

Selang, beberapa saat para polisi mau membawa saya ke kantor polisi dengan alasan perintah langsung Kapolres lewat HT akan tetapi saya tidak mau karena tujuan kami dan para orang tua/wali termasuk Marinus dan Dominggus yang berada di asrama Gereja adalah membawa dan menyelamatkan anak-anak Panti Asuhan. Saat itu pula para polisi mulai meninggalkan saya sendirian di tengah massa Kelompok Putih. Polisi tidak membubarkan massa saat itu dan selang beberapa lama polisi tinggalkan saya, mulailah massa menjadi-jadi bahkan dengan beringasnya mereka merusak bahkan membakar semua asset-asset gereja, bahkan rumah Gereja Katolik itu sendiri.

Di tengah-tengah amukan massa yang sudah tidak terkendali lagi, saya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya berdoa supaya saya dan penghuni yang ada di dalam bisa selamat dan oleh kemurahan Tuhan sajalah saya bisa menerobos di tengah-tengah massa dan kembali ke dalam asrama, saat itu saya sudah tidak melihat lagi seluruh penghuni asrama. Rupanya mereka sudah menyelamatkan diri lewat belakang asrama naik ke gunung, tinggal saya sendirian di dalam asrama, saya tetap hanya berdoa "Tuhan lindungilah kami". Tiba-tiba saya dikejutkan oleh seseorang yang memakai sepati lars, berkaos loreng, juga bercelana loreng seperti seorang tentara yang mengatakan kepada saya "Om cepat lari selamatkan diri", saya jawab terima kasih. Saat itu pula lewat belakang asrama saya menuju gunung menyelamatkan diri.

Tanpa disangka kami bisa bertemu dan berkumpul di atas gunung. Puji Tuhan, teman-teman lain menyangka bahwa saya sudah mati, tetapi Tuhan menyelamatkan saya, berkumpul dengan anak-anak, Pastur, Suster dan Para Guru, kamipun menengok ke bawah, gumpalan-gumpalan asap tebal sudah menghanguskan rumah gereja, asrama tinggal, aula dan lainnya. Selanjutnya kami mulai berjalan bersama dengan anak-anak Panti Asuhan berjumlah 85 (delapan puluh lima) orang anak, tidak terhitung para wali/orangtua, guru, suster, pastur. Akan tetapi Pastur, Suster serta Sopir Pastur sudah terlebih dahulu berpisah di kebun milik Daeng Hulle.

Saya dan rombongan tetap berjalan walaupun belum sempat makan, kami harus selamat. Dalam hati saya berpikir bahwa jebakan-jebakan kepada kami sudah disusun rapi. Rupanya mereka ingin supaya kami terlibat dalam setiap masalah yang terjadi. Saya yakin Sdr. Janis Simangunsong, bahkan petugas-petugas di Tentena terlibat langsung dalam skenario penyerangan semalam! Mereka sengaja mau melibatkan kami padahal kami hanya pendatang yang mau mencari kehidupan buat anak-anak kami. Semakin jauh kami berjalan semakin pula menguras tenaga, hanya buah-buah dan makanan apa adanya yang kami dapati untuk menguatkan tubuh kami disertai Doa kepada Tuhan.

Akhirnya kami tiba di pinggir kali. Sambil melepas lelah kami bertemu dengan seorang masyarakat yang nama: Henry Mangkawa warga desa Tambaru, saya katakan tolong kami, karena kami dikejar oleh Kelompok Putih, mereka menuduh kami yang menyerang di desa Kaimanya semalam bahkan mereka juga mengatakan bahwa kamilah yang membunuh polisi serta mantan lurah Kaimanya. Akibatnya Gereja kami St. Theresia Poso dibakar oleh massa kelompok Putih. Tapi syukurlah anak-anak, serta Pastur, Suster dan Guru dapat diselamatkan. Bapak Herry katakan: "kami akan menolong bersama seluruh warga Desa Tambaru, akan tetapi kami menolong dulu rombongan yang lebih dahulu, yang dipimpin oleh Ir. Lateka, itu orangnya yang lagi duduk di bawah pohon kelapa yang kepalanya diikat dengan handuk". Rupanya Sdr. Lateka sudah terluka parah dan seorang perawat di desa Tambaru merawatnya. Setelah pertolongan warga kepada Sdr. Lateka dan anggotanya selesai, mereka langsung menuju Tentena, karena mobil mereka sudah datang. Sdr. Lateka selalu memegang Radio (HT) untuk komunikasi. Saya yakin benar dialah orangnya yang menyerang semalam bersama anggota-anggotanya.

Sesudah rombongan Lateka pergi barulah saya dan rombongan ditolong oleh Bapak Herry serta seluruh warga desa Tambaru. Saat itu pula seluruh warga, juga Bapak Herry mengatakan bahwa penyerangan di desa Kaimanya dilakukan oleh Saudara Lateka beserta pasukannya, terbukti 1 (satu) pucuk pistol milik anggota polisi yang terbunuh ada di genggaman Sdr. Lateka.

Selanjutnya jam menunjukkan 03.30 wita (subuh) tanggal 24 Mei tahun 2000 kami meninggalkan desa Tambaru menuju Tentena, sampai di Tentena jam 06.00 wita, sebelumnya kami mampir di desa Kuku Umbu menurunkan anak-anak Panti Asuhan yang tinggal di desa Kuku.

Setelah kami tiba di Tentena kami langsung ditahan serta diancam akan dibunuh bila tidak mengikuti semua petunjuk yang dilakukan oleh Sdr. Paulus Tungkanan. Rupanya beliau sangat dihormati oleh Kelompok Merah sebagai Panglima atau Pimpinan Perang yang sangat ditakuti. Kami tidak bisa berbuat apa-apa apalagi kami hanya sebagai warga pendatang yang tujuannya untuk mencari hidup untuk masa depan anak-anak kami. Syukur anak-anak Panti Asuhan yang kami bawa dari Poso diperbolehkan pulang ke
rumah beserta para Guru, Suster, Pastur dan lainnya. Sedangkan kami tetap tinggal di Tentena dengan maksud dan tujuan yang tidak jelas. Saya dan Marinus juga Dominggus saat itu sudah dipisah-pisahkan di Tentena, oleh Saudara Paulus Tungkanan sebagai Panglima Perang Kelompok Merah.

Suatu ketika saya ikut pertemuan di desa Kelei, kurang lebih 4 (empat) km dari Tentena di rumah anaknya Sdr. Herman Parito. Hasil pertemuan tersebut saya diperintahkan untuk menuju Desa Tagolu, saya sempat bertanya, untuk apa saya mau kesana?. "Untuk apa tanya-tanya?" Hardik Sdr. Paulus Tungkanan. Terus terang saya sangat rindu berkumpul dengan keluarga saya, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa, nyawa saya dan keluarga saya sangat terancam. Untuk Marinus dan Dominggus saya sudah tidak tahu lagi keberadaannya. Saya mencoba mengikut Petunjuk Sdr. Paulus Tungkaman apa maunya dia. Sekira jam jam 15.00 wita (jam 3 sore) saya berangkat ke desa Tagolu, saya mampir dulu di desa Sayo, oleh Bapak Lurah serta masyarakat memberi saya makan bahkan sempat didoakan oleh Ibu Pendeta Sayo.

Saya berangkat dari Desa Sayo jam 7 malam dan tiba di desa Tagolu sudah malam. Nanti ketemu Ir. A. Lateka sudah larut malam. Di situ ada Sdr. Erik Rombot, Soni Rumead yang sibuk bicara via HT. Sdr. Lateka berbicara kepada saya yaitu menggantikan dia dalam melaksanakan tugas, tetapi saat itu pula saya tidak menerima tugas tersebut karena tidak ada kejelasan. Saya tetap waspada karena ternyata saat ke Tagolu hanya semata-mata untuk menggantikan tugas dari Sdr. Ir. A. Lateka. Saya tahu setelah saya menolak tawaran mereka yang bertentangan dengan hati nurani, gerak gerik saya selalu dimonitor oleh Sdr. Paulus Tungkanan beserta anak buahnya serta petinggi-tinggi kelompok Merah (Kristiani).

Pada tanggal 28 Mei 2000 sekitar jam 07.30 di rumah Sdr. Bate Lateka di Desa Tagolu, kami kedatangan 5 (lima) orang anggota Polres Poso yang dipimpin oleh Kapten Mandagi dan 4 (empat) anak buahnya membawa perintah langsung dari Bapak Kapolres Poso sekaligus memohon bantuan kelompok Merah (Kristiani) yang ada di Desa Tagolu untuk mengevakuasi seluruh perempuan dan anak-anak yang berada di KM.9, Komp. Wali Songo dan akan diamankan di Asrama Kompi Kawu, sedangkan para lelaki tetap ditempat untuk menjaga lokasi tersebut. Bapak-Bapak Polisi tersebut diterima oleh Saudara Erik Rombot, Bate Lateka, Angke Tungkanan, serta Ventje Angkouw. Perbincangan tetap berlanjut, saya mohon pamit karena mau menuju Desa Sayo atas perintah langsung Panglima Perang, Paulus Tungkanan via telepon yang diterima oleh Sdr. Erik Rombot.

Saya dan kurang lebih 60 (enam puluh) orang berangkat ke Desa Sayo untuk menjemput 9 orang yang sudah tak berdaya akibat gempuran massa dari kelompok putih. Sekembalinya saya dan teman-teman dari Desa Sayo, di ujung kampung kami dihadang oleh sebahagian masyarakat desa Tagolu yang menyampaikan bahwa di Km.9, komp. Wali Songo sudah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok Merah (Kristiani) yang dipimpin oleh Sdr. Erik Rombot, Bate Lateka, Angki Tungkanan, Ventje Angkouw. Saya tidak mengerti mengapa bisa terjadi penyerangkan di Km.9 (komp. Wali Songo)?

Rupanya perintah langsung Bapak Kapolres untung mengevakuasi massa perempuan dan anak-anak di km.9 ternyata merupakan suatu rekayasa dan permainan politik yang rapi, bahkan masyarakat mengatakan bahwa kejadian di km.9 (komp. Wali Songo) adalah pembuatan Kapten Mandagi dan 4 (empat) anggotanya yang telah memprovokasi massa kelompok Merah (Kristiani), yang saat penyerangan dipimpin langsung oleh Sdr. Erik Rombot, Bate Lateka, Angki Tungkanan, dan Ventje Angkouw, bahkan sebelumnya ada salah satu anggota polisi bernama Peter Pasepe yang berteriak-teriak sambil menangis
yang tujuannya mencari simpati massa kelompok Merah (Kristiani) katanya "Rumahnya habis terbakar dibakar Kelompok Putih (Islam) di Poso. Mulai saat itu disertai emosi yang meluap-luap terjadi penyerangan di Km.9 (komp. Wali Songo) mengakibatkan pembunuhan, pembakaran rumah, di Km.9 (komp. Wali Songo) tidak terelakkan lagi, tetapi ada sebahagian masyarakat yang beragama Kristiani di Desa Tagolu tidak mau mengikuti penyerangan tersebut yang saya yakin semata-mata disuluh oleh api provokasi dari Kapten Mandagi dan 4 (empat) anggotanya. Perintah langsung bapak Kapolres kepada Kapten Mandagi, saya bisa artikan yaitu Perintah Penyerangan.

Ada beberapa hal yang bisa saya sampaikan sehubungan dengan peristiwa penyerangan di Km. 9 (komp. Wali Songo), sebagai berikut : 1. Apa betul Bapak Kapolres Poso (Pa Basaopu) memerintahkan Kapten Mandagi untuk mengevakuasi seluruh perempuan dan anak-anak di Km.9 (komp. Wali Songo) serta harus dibawa di asrama Komp. Kawua? Tetapi mengapa bukan di asrama Polres, karena yang evakuasi tersebut adalah Bapak Kapolres? Atau kenapa pihak TNI tidak dilibatkan untuk pelaksanaan evakuasi?
2. Mengapa perintah Bapak Kapolres hanya ditujukan kepada Massa Kelompok Merah (Kristen) sedangkan yang mau dievakuasi adalah kaum perempuan dan seluruh anak-anak yang beragama Islam?


Saya menduga lanjutan pembicaraan Kapten Mandagi dan 4 (empat) anak buahnya bersama pimpinan Kelompok Merah yang bisa saya sebut Sdr. Erik Rombot, Angki Tungkanan, Bate Lateka dan lainnya, setelah saya tinggalkan menuju Desa Sayo, merupakan strategi penyerangan yang akan dilakukan di km. 9 (komp. Wali Songo).

Perlu saya sampaikan juga bahwa untuk diketahui kehidupan antar umat beragama di km. 9 (komp. Wali Songo) sebelumnya sangat damai, rukun dan tidak konflik. Akan tetapi mengapa kehidupan yang damai rukun bisa mengakibatkan kehancuran?. Apalagi mayoritas di km.9 (komp. Wali Songo) adalah warga pendatang. Semua ini terjadi karena ada kepentingan-kepentingan tertentu baik pribadi maupun organisasi/ kelompok.
Begitupun karena api provokasi yang sengaja diciptakan, orang-orang yang tidak mau bertangung jawab karena tidak suka damai, dan hanya mau mementingkan diri sendiri.

Saya sangat berharap apa yang saya sampaikan dapat dipertimbangkan, karena saya yakin jeritan saya ini merupakan jeritan begitu banyak orang-orang yang tertindas, teraniaya, terancam karena tidak bisa bicara tentang kebenaran dan semuanya ditimpahkan dan dituduhkan kepada kami.

Sayapun sangat berterima kasih bila penyampaian saya ini boleh menjadi pertimbangan Bapak guna pengusutan lebih lanjut, dan saya tiap menjadi saksi apapun resiko yang akan saya terima demi keadilan dan kebenaran!!!

Sayapun sempat kecewa karena suara hati kami mulai persidangan tingkat pengadilan negeri, sampai peninjauan kembali ke Mahkamah Agung, belum diperhatikan secara hukum, semoga saatnya sekarang kebohongan publik tidak akan terjadi lagi. Semua yang melanggar hukum harus taat pada hukum dan perundangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Inilah yang dapat saya sampaikan dengan sebenarnya semoga teriakan hati nurani kami dapat didengar sehingga bisa terungkap kebenaran yang sebenarnya.

Terima kasih.

Palu, April. 2005

Yang menyampaikan,
Fabianus Tibo

Dibenarkan oleh
Dominggus da Silva
Marinus Riwu

Sumber : Independent Media Center Jakarta
Keterangan : 21 September 2006