Tuesday, November 14, 2006

denias dan osama


hari nomat (nonton hemat) Senin kemarin kuluangkan waktu menonton film indonesia di teater 21. judulnya: Denias, Senandung di Atas Awan. kesannya mirip judul film romans, ya? keliru. justru kisahnya jauh dari tema percintaan. film ini termasuk unik. lepas dari pakem perfilman indonesia yang sedang marak: percintaan, klenik, dan setting kaum urban Jakarta. ini dia film indonesia yang tidak menggunakan sebutan "elo - gue" dalam dialog.

Denias diangkat dari kisah nyata seorang bernama Janias dari suku pedalaman Papua. maka film ini berusaha jujur dalam bertutur mengenai adat istiadat serta panorama pedalaman Papua. bagaimana seorang guru (Mathias Muchus) yang didatangkan dari pulau Jawa musti terpaksa meninggalkan 'sekolah' di sana dan kembali ke tanah Jawa karena isteri yang sakit. seorang tentara yang dipanggil "Maleo" (karena dia dari kesatuan Maleo, diperankan dengan sangat mengkilap oleh Ari Sihasale) peduli terhadap pendidikan anak-anak desa, teristimewa pada Denias. dan konflik yang dihadapi Denias dalam mengejar pendidikan yang layak.

pemandangan puncak-puncak gunung di Papua, alur sungai, dan hutan disajikan begitu kaya warna. mata takkan terpejam mengantuk, karena suguhan keindahan panorama alam yang berhasil direkam film ini menggunakan lensa lebar. selain itu, penonton musti siap terpingkal-pingkal oleh adegan dan kalimat-kalimat lugu yang terlontar di film ini. sekalipun film ini tidak bermaksud menyajikan pertunjukan komedi. lebih tepat justru ia menyajikan gambaran satiris karikatural. misalnya, saat Maleo berusaha mengajarkan Denias membentuk potongan-potongan karton menjadi peta Indonesia. potongan itu sembarang saja disusun Denias. ditaruh di dinding. lalu ia berdiri tegap dan menghormat, sambil menyanyi: "Indonesaaa... tanah airku... tanah tumpah darahkuuu..."

ahh, rasanya lega menemukan sebuah film Indonesia semacam ini. ibarat oase di padang kering. Denias menunjukkan arah kiblat yang berbeda dan tidak harus menjadi membosankan atau 'tontonan berat' semacam "Pasir Berbisik", "Daun di Atas Bantal" besutan Garin Nugroho.

penonton meninggalkan gedung bioskop dengan sepotong senyuman di bibir, saat layar tertulis istilah khas masyarakat Timur (Papua): "Itu Sudaaah", yang artinya sama dengan: "The End", "That's All", "Habis".


tema film Denias mengingatkanku pada film "Osama" yang baru saja kunonton DVD-nya hari Minggu kemarin. film Osama lebih serius dan cenderung bertutur datar. seserius dan sedatar kepahitan hidup seorang anak gadis yang berjuang untuk memperoleh pendidikan yang layak di tengah rejim Taliban yang berkuasa. anak gadis itu musti rela dipotong rambutnya dan diubah identitasnya menjadi anak lelaki oleh sang ibu supaya ia tidak perlu mengenakan 'burqa' (cadar yang menutup seluruh wajah).

betapa paranoidnya rejim Taliban terhadap hak-hak kaum perempuan! mereka tidak boleh berjalan sendiri di tempat umum, bahkan tidak boleh menunjukkan identitasnya. satu adegan lucu di film ini: saat pesta upacara pengantin perempuan diadakan di sebuah rumah, mereka menyanyi dengan riangnya. mendadak suasana berubah saat seseorang memberitahukan: Taliban datang! segera mereka mengenakan burqa. rebana dan kecapi disembunyikan di balik kain panjang mereka, lalu duduk berkumpul mengeliling sambil menangis. ketika Taliban bertanya: ada apa ini? dijawab: ada upacara kematian dalam keluarga ini. maka Taliban pun pergi.

bagaimana dengan nasib anak gadis ini?
dia berhasil bersekolah di sekolah pria (perempuan dilarang bersekolah oleh Taliban). hanya seorang yang tahu identitasnya: Espandi. dia anak pengemis yang setiap hari membawa wiruk berasap untuk mengusir kesialan sambil minta uang. Espandi selalu membelanya dan menamai dia "Osama". Osama dicurigai oleh teman-temannya karena sikap dan penampilannya yang halus. meskipun rambutnya sudah dipotong pendek dan memakai topi. Osama berani memanjat pohon yang tinggi, namun selalu ketakutan bila mau turun. sehingga Espandi menjadi penolongnya.

suatu kali seorang guru mengajari para murid bagaimana membersihkan (maaf) kelamin di ruang mandi. Osama hanya dapat mengintip ketakutan di balik dinding. ketika sang guru melihat Osama di sana, dia dipanggil untuk ikut berendam di bak dan melakukan petunjuk pembersihan. guru itu berkata: "he looks like nymph".
"what is nymph?" tanya murid lain.
nymph itu adalah mahluk serupa lelaki tapi berjiwa perempuan yang ada di surga, jawab sang guru. hah?


terjadilah, identitas Osama akhirnya terbongkar. dia dimasukkan ke dalam penjara, menanti eksekusi. eksekusi mati beberapa tahanan ramai dihadiri massa. seorang wartawan asing yang merekam kejadian sehari-hari di sana dihukum tembak mati. seorang perempuan yang berzinah dihukum dikubur hidup-hidup lalu dirajam. dan Osama?

Osama juga harus dihukum mati karena melanggar perintah agama. namun seorang Mullah memohonkan ampun buat Osama dan ingin mengawininya. Osama diampuni. dia dibawa dengan kereta Mullah. dimasukkan ke rumah Mullah dan dikunci gembok. di dalam terdapat beberapa istri Mullah dan anak-anak. Osama didandani cantik.

saat Mullah pulang, gambaran satiris ini ditampilkan. Osama ditawari untuk memilih salah satu gembok aneka bentuk dan ukuran. lalu dia dibawa ke ruang atas. setelah itu, Mullah tampak ke luar dan langsung berendam di bak air hangat. rupanya, Mullah sedang melalukan ritual pembersihan (maaf) kelamin.
penonton dipersilakan menafsirkan bagian terakhir ini.

kesan yang tertinggal pada film Osama adalah ketika Osama bermain lompat tali (skipping) di dalam penjara di tengah-tengah tahanan yang mengenakan burqa. bunyi tali dan lompatannya sungguh terasa menyentak-nyentak. selain itu, ketika Osama dihukum setelah diturunkan dari pohon, ia digantung di dalam sumur di halaman sekolah. ia menangis dan menjerit pilu memanggil-manggil mamanya... dan darah menstruasi membasahi kakinya.

Osama dan Denias. dua potret yang bertutur mengenai anak manusia yang berjuang meraih pendidikan yang layak. Denias tampaknya lebih beruntung. saat ini ia dikabarkan sedang menempuh studi lanjut di Australia (dikisahkan pada credit title akhir film). Osama tak berkabar, selain bahwa film ini meraih penghargaan "2004 Best Foreign Language Film Golden Globe Winner" dan beberapa penghargaan lainnya.

No comments: