Friday, May 29, 2009

Terminator Salvation (T4): mesin manusiawi

bagaimana bila kehidupan dikendalikan oleh mesin ciptaan manusia? bagaimana bila manusia berhadapan melawan ciptaannya sendiri? demikian pertanyaan yang hendak dijawab film Terminator Salvation: The Future Begins. meskipun pemeran utama tidak lagi dipegang oleh Arnold Schwarzenegger yang kekar dan macho itu, sekuel Terminator tetap saja menarik bagi penikmat aksi manusia melawan robot.


Christian Bale (Batman Begins dan The Dark Knight) dengan suara serak-seraknya berperan sebagai John Connor pemimpin gerakan separatis melawan Skynet dan mesin-mesin pembunuhnya. tidak tanggung-tanggung mesin-mesin itu gentayangan di darat, air, dan udara demi mengejar dan menangkapi manusia. dari sinilah ketegangan dibangun, dan jalinan cerita dikembangkan.

Connor berhadapan dengan Marcus Wright, seorang dengan masa lalu sebagai pembunuh. Marcus dieksekusi mati, sebelumnya ia telah meneken surat perjanjian untuk penggunaan organ tubuhnya untuk keperluan riset. di tahun 2018, Marcus 'bangkit' dan ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada dirinya setelah eksekusi mati hingga keberadaannya di tahun 2018.

apakah Marcus kemudian menjadi tokoh jahat atau antagonis? pertanyaan ini terkesan terlalu sederhana untuk dijawab hingga pada akhir film karena animasi pertarungan manusia melawan mesin masih terlalu mengasyikkan sebagai tontonan.

sebelum sebuah drama (yang seperti dipaksakan) digelar pada akhir film. dan tampaknya kalimat: "dirimu adalah manusia, bukan mesin. jadi bersikaplah sebagaimana manusia..." menjadi pesan utama yang ingin disampaikan di T4.

untuk adegan aksi dan drama, film Terminator Salvation menurut saya layak mendapat 7,5 dari 10 bintang.

Thursday, May 28, 2009

"masihkah kau mencintaiku?" kisah usang keretakan rumah tangga


iseng-iseng menunggu final champion MU vs Barca di saluran RCTI semalam, saya menonton tayangan berjudul "masihkah kau mencintaiku?". semacam reality show namun lebih berani mirip kuis, karena menghadirkan pasangan yang sedang berantem dan pertanyaan-pertanyaan personal diajukan kepada mereka. siapa lagi kalo bukan Helmy Yahya, jagoan acara kuis televisi, penggagas sekaligus pemandu acaranya, yang ditemani Dian Nitami.

selain pasangan, anak-anak, juga orangtua (kakek-nenek) dari keluarga mereka turut hadir supaya sumber informasi berimbang. mereka mengenakan topeng, demi identitas tersamarkan. nama yang disebut juga bukanlah nama asli.

alkisah, Bapak dan Ibu Ronald sudah membangun bahtera rumahtangga selama 15 tahun. dua tahun terakhir karir sang istri menanjak dan menempati posisi sebagai Manajer Public Relation. dengan kata lain, lebih tinggi dari posisi kerja sang suami. sejak itulah, Ibu Ronald musti beragi peran sebagai wanita karir, istri dan ibu rumah tangga. dan ternyata waktu dan perhatian lebih banyak tersita pada lembur dan target pekerjaan.

pada awalnya, Bapak Ronald sudah memberikan ijin dan kepercayaan kepada sang istri untuk menjalani karir tersebut. lama kelamaan, kata Pak Ronald: "istri saya tidak mau melayani kebutuhan saya..."
dia merasa dicuekin, diterlantarkan.

ekonomi rumah tangga pun dilimpahkan kepada sang istri. duit jajan anak dilimpahkan semuanya kepada istri (trus, gajinya dikemanakan?).

keributan demi keributan tak terelakkan. kedua anaknya bercerita bahwa papa dan mama kerjanya bertengkar terus. "kami malu, setiap pulang di rumah papa dan mama berantem melulu... kenapa tidak bisa seperti papa dan mama teman-teman lain?", tutur sang anak.

tahap demi tahap terungkap: kebutuhan biologis sang Bapak Ronald yang tak terpenuhi membuatnya kasar.
dan hal yang mengejutkan penonton, Ibu Ronald memperlihatkan lebam bekas pukulan di tangannya... suasana menjadi emosional.

Bapak Ronald yang selalu mengelak, membenarkan diri dengan menyebut diri sebagai kepala keluarga, lelaki yang harus dihormati, dll menjadi kehilangan suara. dia telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan ini bukanlah masalah ringan.

Dian Nitami pun tampak emosional dan terbawa "menghakimi" Bapak Ronald.

Rae Sita Supit dan Psikolog Nia memberikan pandangan-pandangan terhadap rumah tangga yang carut-marut begini: mereka untuk sementara harus hidup terpisah dulu, merenungkan apa yang sudah mereka lewati bersama. sang suami musti mengikuti konseling "anger management" dan bagaimana berkomunikasi yang baik.

seingat saya, di saluran tv lain, masalah keretakan rumah tangga juga dijual dalam acara yang dipandu oleh Anjasmara (suami Dian Nitami) dan sempat diprotes karena menampilkan tayangan caci maki kasar pihak yang berseteru. bedanya, pada tayangan yang dipandu Helmy, kata-kata kasar direm (diedit?) sehingga tidak sampai terdengar.

cukup unik juga menimbang kabar tetangga sebelah mengatakan, Helmy Yahya juga saat ini sedang berseteru dengan istrinya yang kedapatan berdua dengan pria lain. setelah pertama kali gagal maju dalam sidang perceraian, kali ini mereka berdua bersama-sama mengajukan tuntutan cerai.

bagaimana bila Helmy dan istri sekali-kali menjadi peserta dalam acara "masihkah kau mencintaiku"? tentu akan seru dan dinanti penonton.

pukul 00.30 wita acara ini selesai, televisi langsung kumatikan dan beranjak untuk tidur.

bagaimana dengan final piala champion?

kutahu malam itu kesebelasan Barca akan mengalahkan MU.
"cintaku di Barcelona... hasta la vista mi amor...", Fariz RM bernyanyi dalam setengah tidurku dan telah kutaruh sebagai tag Facebook sebelumnya.

Wednesday, May 27, 2009

napak tilas 3

sekelumit mantra membeku di udara malam. "say anything..." bisikku.

kata-kata meluruh
coba kususun lagi perca demi perca yang terlepas dari rangkaian gerbong yang membawa bayang-bayang pergi dari stasiun tugu

penjaja dan pejalan berlalu lalang

napak tilas 2

kuukur jalan dengan lambaian helai-helai daun kelapa yang dihembus angin seperti ketika rambutmu dibelainya di antara petak sawah dan pemakaman yang kita lewati di kilometer terjauh

kubelok di tikungan senyummu segaris sungai jernih dengan ikan-ikan kecil mengalir ke huma yang nyaris kering meranggas dilanda kemarau ganas

kuhendak berhenti ketika dikau membawakan nyiru setampah bunga yang kauhamburkan di sepanjang jalan tadi

napak tilas 1

kucintai dikau seperti malam menunggu fajar sambil menyenandungkan lagu-lagu tanpa syair sebut saja nyanyian jangkrik atau bunyi-bunyian malam dan deram ombak bersahutan di pantaimu

dingin malam menusuk amat dalam hingga terlelah aku di rembang fajar kesunyataan merabunkan mata "nirwanakah ini?" tanyaku pada surya gilang nan cemerlang menguntai pendar cahayamu

dan
dikau
dekap
daku

Friday, May 15, 2009

Angels and Demons movie: wisata di Roma dalam 2 jam

novel Dan Brown yang ditulis sebelum "The da Vinci Code" (TdVC) berjudul "Angels and Demons" (AD) diangkat ke layar lebar. tokoh superhero masih Robert Langdon, ahli simbologi dari Universitas Harvard (jangan coba mencari jurusan simbologi di Harvard, karena memang cuma ada di novel Dan Brown). film ini ditampilkan seolah-olah merupakan sekuel (kelanjutan) TdVC. 


bila dalam TdVC, Prof. Langdon menghadapi simbol-simbol karya Leonardo da Vinci sehubungan dengan Maria Magdalena dan kelompok khusus yang disebut-sebut berusaha melindungi keturunannya dengan segala macam cara, pada AD Prof. Langdon berhadapan pada karya-karya Gian Lorenzo Bernini.

diawali dengan penemuan partikel "anti-materi" (teks di layar bioskop dengan jeleknya menyebutnya: anti-meter) di sebuah laboratorium di Italia, yang disebut-sebut sebagai "God's particle", karena merupakan biang terjadinya Penciptaan. salah satu tabung berhasil dicuri. pesan yang ditinggalkan pencuri: satu per satu kardinal kandidat paus akan dieksekusi setiap jam. dan tepat pukul 12 malam, Vatikan akan diledakkan menggunakan tabung anti-materi.

utusan Vatikan menghubungi Prof. Langdon, mengingat reputasinya sebagai ahli simbologi, dan memintanya untuk segera memecahkan teka-teki kelompok Illuminati sang pengirim pesan tersebut. menurut saya aneh saja, bila dimaksud reputasi Langdon dalam TdVC, maka kurang logis bila sampai Vatikan meminta bantuan Langdon. apa boleh buat, penonton musti maklum TdVC telanjur lebih dulu tenar baru kemudian prekuelnya ini diangkat.

maka alur ketegangan berseliweran sepanjang film: di kapel Sistina tempat para pangeran Gereja (kardinal) mengadakan pemilihan paus baru (konklaf), perpustakaan Vatikan yang ditampilkan begitu elok dan canggihnya, basilika-basilika yang tersebar di kota Roma, dan lapangan St. Peter (St. Peter Square). seolah-olah sebuah wisata kota Roma dalam suatu ritme yang memacu rasa ingin tahu!

dalam AD, Dan Brown berhasil menempatkan Galileo, Bernini dalam satu barisan Illuminati sebagai musuh resmi Gereja dan sekaligus memperlihatkan sisi manusiawi para pemimpin Gereja. sayang sekali, Ewan McGregor (yang begitu memukau dalam "Moulin Rouge!") tampak amat canggung dan tidak terlalu meyakinkan dalam peran sebagai Camerlengo atawa Chamerlagne, yakni orang yang ditunjuk oleh Paus yang mangkat sebagai pengganti sementara.

demikian pula pada adegan penyingkapan rahasia si Camerlengo, terasa janggal bahwa para kardinal yang berada di kapel Sistina sudah melihat rekaman pembunuhan kepala polisi Vatikan (posisi ini juga jelas hanya rekaan Dan Brown), yang berarti melebihi kecepatan berjalan Camerlengo, padahal kardinal itu kan sudah berumur lanjut!

AD berhasil menampilkan suspens dengan latar belakang Gereja Katolik. sutradara Ron Howard berhasil menangkap sudut-sudut dan detail menarik dan menjelaskannya ibarat pemandu wisata. meskipun, karena dilarang pihak Vatikan, film ini sebetulnya membuat lokasi tiruan lingkungan Vatikan semirip mungkin.

ibarat mengikuti wisata selama 2 jam, penonton perlu menyiapkan adrenalin dan snack yang cukup. dan tak perlu kaget, bila pada akhir film menemukan pesan ini (sebagaimana di film Spiderman, Batman, Twilight dan superhero lainnya): pemimpin Gereja juga manusia... manusia yang dipilih Tuhan menjadi pemimpin. 
"please write gently...", demikian pesan pemimpin Gereja pada Langdon yang ingin menyelesaikan karyanya mengenai Galileo.

untuk wisata yang menegangkan dan lokasi-lokasi menarik yang disajikan, menurut saya AD layak mendapat 8,5 bintang dari 10.

Thursday, May 07, 2009

parodi swine flu atawa flu A atawa H1N1


virus flu merebak di Mexico. ratusan korban berjatuhan. pasar, gereja, dan tempat keramaian ditutup. masyarakat dianjurkan tinggal di dalam rumah. ini bukanlah sinopsis film, melainkan kisah nyata. virus ini telah menjangkiti dunia berkat kemudahan mobilitas penduduk dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menaruh kesiagaan pada level kelima. artinya, semua negara tanpa terkecuali dapat menjadi lokasi pandemi.


Australia dan Singapura telah punya korban positif virus H1N1. berarti, mungkin dalam hitungan hari akan ada publikasi korban virus yang sama di Indonesia. karena yang dihadapi berupa lawan yang tak kasat mata, cara menghadapinya pun musti dengan kepandaian yang berlebih. tindakan preventif, penyediaan obat-obat penangkal virus mustinya sudah disiagakan. masyarakat tidak perlu panik, kata Menteri Kesehatan, karena virus H1N1 ini tidak lebih ganas daripada virus flu burung.

virus flu burung (H5N1) boleh dikata telah "menjadi bagian" kehidupan masyarakat Indonesia. sejak tahun 2003 sudah 115 korban meninggal di Indonesia, terbanyak justru di daerah sekitar Jakarta, ibukota negara RI.

sahibul hikayat, virus H5N1 dan virus flu manusia ini berkoalisi di tubuh babi, di Mexico. hasilnya H1N1 yang berhasil menghantam wilayah Amerika Utara. jadi, bila sebelumnya pemerintah Amerika Serikat memberi travel warning bagi negara-negara pengidap virus flu burung, bagaimana bila negara-negara lain memberlakukan hal yang sama?

ketololan ini rupanya dilakukan oleh China. satu per satu warga Mexico yang bermukim di daratan China dijemput dan dipaksa pulang dengan pesawat China Air ke negeri asalnya. sekarang ada alasan baru untuk melakukan diskriminasi terhadap ras lain.

demikian juga, ada negara dan wilayah daerah yang memberlakukan pembersihan atawa pembantaian babi besar-besaran. logika macam apa ini? bukankah justru babi sebagai salah satu mahluk ciptaan Tuhan, harus diselamatkan dari kepunahan akibat ulah virus laknat H1N1 dan kesempitan berpikir manusia??

babi juga adalah korban. sebagaimana manusia.
pelaku yang harus ditangkal adalah virus A atawa virus H1N1.
saya jadi teringat pada film "Outbreak" yang diangkat dari novel berjudul sama. kalimat yang saya ingat bunyinya kurang lebih begini: "at last, human race will extinct not by giant but small entity named virus".

lawan tanding manusia adalah virus.
mahluk yang tidak kasat mata, bukan berarti ia tiada. tidak punya otak, tapi kecerdasannya luar biasa. jelas ukuran bukanlah segalanya.

karena itu kusebut sebagai parodi swine flu.
kita menyangka lawan kita adalah babi dengan memusnahkan mereka. bila pada akhirnya seluruh mahluk babi telah punah di muka bumi (bersama mahluk-mahluk lain yang telah punah akibat ulah manusia), manusia akan sadar bahwa virus ini ditularkan dari manusia ke manusia.