Saturday, December 30, 2006

natalankah?

malam tadi diadakan natal Oikumene sekodya Makassar di Balai Prajurit M. Yusuf. kebetulan kepanitiaan natal tahun ini diserahkan kepada gereja katolik. dan ajaib, tempat perayaan natal sama sekali tanpa hiasan natal, yakni pohon terang maupun kandang natal, selain panggung yang ditulis: "bangkit dan bergeraklah" (bangkit untuk apa? bergerak untuk apa? terus ngapain? binun juga membaca tema sepotong-sepotong gitu), dan tulisan "Natal 2006".

umat yang hadir memenuhi seluruh gedung. pembawa acaranya yakni Bapak Hendrono dari Malang. orang karismatik tentu mengenal Bapak ini, ia terkenal lugas dalam bernyanyi dan membawakan acara, serta tak ketinggalan celutukan khas Jawa Timurannya.

Bapak Gubernur Sulawesi Selatan, Bpk. Amin Syam yang turut hadir juga tak luput dari celutukannya. setelah mendengar Bpk. Amin bernyanyi lagu daerah, kemudian Hendrono mengundang Ibu Apiaty Amin Syam juga bernyanyi. lagu yang dinyanyikan adalah lagu cengeng tempo dulu (jadi ingat pada istilah Harmoko waktu masih jadi Menpen), dan habis-habisan dipuji sama Hendrono. kalo Bapak (Amin Syam) dapat 6,5 maka Ibu dapat nilai 9,5.

kemudian Bapak Gubernur menyerahkan sumbangan kepada beberapa panti asuhan. seorang anak panti asuhan mengajukan dua pertanyaan yang langsung dijawab beliau:
"sekarang Bapak menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan. apa sebenarnya cita-cita Bapak waktu kecil?"
Pak Amin tangkas menjawab: "cita-cita saya sebetulnya menjadi presiden"
langsung disambut tawa hadirin.

"kami yang hidup di Panti Asuhan seringkali merasa kekurangan. apakah Bapak merasakan berkekurangan saat ini?"
Pak Amin langsung bercerita mengenai pengalamannya: "saat ini tentu saya tidak merasa kekurangan. namun waktu masih kecil dulu saya juga mengalami kemiskinan, sehingga badan saya kecil seperti ini... karena itu kalian harus bersemangat memperbaiki hidup"
hadirin bertepuk tangan.

dalam kata sambutan (pidato tanpa teks), Gubernur secara berani mengatakan bahwa ia tidak suka menggunakan istilah mayoritas-minoritas dalam hal kuantitas (jumlah). mayoritas-minoritas lebih tepat digunakan dalam hal kualitas, peran serta dalam membangun negara ini lebih penting. "keliru bila ada yang membanggakan diri sebagai mayoritas dalam hal jumlah, namun secara kualitas sangat sedikit peran sertanya bagi negara ini atau malah justru jadi pengacau..."

hadirin bergemuruh memberikan tepuk tangan. jika saja semua pejabat berani mengatakan hal ini... teman di sampingku berbisik: ini mungkin karena menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah) sehingga gubernur berani bicara seperti itu supaya terpilih kembali?
husssh... jangan berprasangka buruk, tidak baik. apalagi ini perayaan natal, kata teman lain mengingatkan.

iya iya, perayaan natal.
tapi suasana natalnya di mana ya?

seperti ada yang hilang di malam perayaan hingar bingar itu.

hilang di antara hiruk pikuk rutinitas tahunan.

catatan: tanggal 2 Januari 2007 di harian lokal ada tulisan menarik mengenai acara natalan ini berjudul: "Gubernur Kalahkan Kristus di Acara Natal" ditulis oleh dosen UIN Bpk. Qasim Mathar. heran saja, saudara kita dari agama lain justru juga dapat merasakan suasana Natal yang hilang dalam perayaan natal tsb...

No comments: