Friday, September 22, 2006

dead men walking

hari ini adalah hari terakhir buat tibo, riwu, da silva. bisa dibayangkan, ketiga petani ini menghitung detik demi detik sebelum diperhadapkan di depan regu tembak. di tempat dan waktu yang dirahasiakan. mereka berada dalam antrian kematian. sementara pendulum masih berayun-ayun... banyak orang yang berkumpul malam ini mendoakan mereka.

pukul 21 tadi ratusan orang memenuhi halaman katedral makassar. masing-masing mengikat sehelai kain putih pada mulut. lilin bernyala dipegang. pertunjukan teatrikal dihiasi lagu untuk Tibo yang dikarang oleh Frangky Sahilatua membuat suasana miris. mereka sepakat, malam ini mereka sudah kehabisan kata-kata. karena itu pada bentangan spanduk tertulis: "kami hanya percaya pada Tuhan", atau "pada Tuhan kami mengadu". betapa santunnya dan jauh dari kesan amarah. karena perjuangan mereka selama ini akhirnya berujung pada perintah eksekusi yang dikeluarkan oleh Jaksa Agung. upaya hukum menjadi sia-sia...

sempat saya mendengar bahwa pengacara terpidana dan Pastor Jimmy Tumbelaka menolak untuk mendampingi saat-saat eksekusi Tibo, Riwu, da Silva karena permintaan terakhir terpidana mati belum dikabulkan: Tibo ingin membacakan sebuah surat terbuka yang ditulisnya buat Bapak Presiden. pelaksanaan hukuman mati mengharuskan terpidana mati didampingi oleh pengacara dan pelayan rohani.

jadi, kata putus terakhir ada pada Bapak Presiden. sudikah beliau mendengar? atau membiarkan mereka terbungkam dalam kesunyian abadi?

inilah persoalan kemanusiaan.
nasib tiga perantau yang mencari nafkah, dan berujung pada eksekusi mati oleh negara. mereka dituduh sebagai dalang kerusuhan Poso. sebuah dagelan yang tidak lucu, namun dipentaskan tanpa malu-malu. sebagaimana peradilan sesat yang ditimpakan pada Yesus duaribu tahun silam...

siang tadi saya mendengar, Bapa Uskup Manado, Mgr. Joseph Suwatan bertolak dari Makassar ke Palu untuk menemani para terpidana mati. hati jadi rasanya terenyuh. seorang gembala mau menemani domba-dombanya yang dibawa pembantaian. agar kaki mereka dikuatkan melangkah. ada sang gembala berjalan di sisi mereka.

dan di tengah malam sunyi ini mereka akan berjalan dalam antrian kematian. ketika dunia masih terlelap, semoga para malaikat dan para kudus pun menemani di saat-saat terakhir ini. sebagaimana doa-doa yang begitu deras diucapkan para simpatisan tadi. ratusan Doa Salam Maria... ratusan Doa Bapa Kami... terhambur buat mereka, demi melempangkan jalan terakhir mereka sambil berharap mukjizat Tuhan.

mereka bisa saja mati tertembus peluru.
namun, Tuhan tidak tidur.