sabtu pekan lalu (19/10) sementara berjalan-jalan di keramaian mal, ada teman mengirim sms: "Ton, coba nonton sctv sekarang, ada acara bagus…" heran saya membaca sms tersebut, saya membalasnya: "saya lagi cuci mata di hero. pusing, sepekan ini kepalaku dipenuhi berita bom. emang di sctv ada acara apa sih?"
saya lanjutkan melihat sayur-sayuran dan aneka produk menarik yang dipajang di toko tersebut, dia membalas: "ada liputan eksklusif sctv mengenai peledakan bom di bali". seketika saya kehilangan selera untuk memperpanjang acara jalan-jalan di mal malam itu. saya segera pulang dan menyalakan tv. jam menunjukkan pukul 21.45 (20.45 WIB), sctv lagi memutar iklan. saluran kupindahkan… di indosiar ada film "Ashoka" sementara ditayangkan. langsung kubalas sms-nya: "sctv lagi putar iklan. ada acara yang lebih menarik di indosiar: ashoka. nonton ya…" dan sms tersebut tidak dibalas. hingga sekarang… nggak tahu apakah dia nonton ashoka apa tidak. setahu saya dia bukan penggemar film india… hehehe.
ashoka mengingatkanku pada dua hal: nama hotel tempat tinggal kami selama lima pekan di delhi. dan nama ruas jalan tempat hotel tersebut berdiri. jalan yang di sisi kanan kirinya dinaungi pepohonan yang berbunga kuning kecil-kecil. indah sekali bila dipandangi dalam temaram senja. ashoka road dan ashok group. hotel kanishka tempat kami menginap adalah bagian konglomerasi ashok hotel group. kabar terakhir yang kami terima, hotel kenangan yang pernah kusebut hotel california tersebut telah dijual dan direnovasi total beberapa saat setelah kontingen kami meninggalkan delhi. jadi susahlah kalo ada rekan alumni grup kami yang ingin kembali ke hotel kanishka buat menapak tilas, wong hotelnya sudah dirombak total… mungkin sekarang sudah setara dengan Le Meridien yang berdiri di seberang jalan.
siapa gerangan Ashoka yang demikian kesohor? saya belum punya ide hingga menemukan vcd-nya di rak toko disctarra setelah kembali di Indonesia. bukan kebetulan film ini diperankan Shahrukh Khan dan Kareena Kapoor. menurut sejarah, Ashoka adalah pangeran Kerajaan Magadha di belahan utara India pada abad ketiga SM. Ia adalah cucu Chandragupta Maurya, pendiri wangsa Maurya penguasa kerajaan Magadha. Bindusara, ayahnya, berhasil melakukan ekspansi wilayah kerajaan. Puncaknya adalah saat Ashok berhasil naik tahta pada tahun 269 SM, ia berhasil membentangkan kekuasaan dari wilayah Kashmir (saat ini) di sebelah Utara, hingga wilayah Karnataka di sebelah Selatan. Dari delta Gangga di sebelah Timur hingga beberapa wilayah Afghanistan di sebelah Barat Daya. namun sayang, kekuasaan itu diraihnya dengan tangan penuh berlumuran darah.
masih ada sebuah kerajaan yang belum ditaklukkannya, Kerajaan Kalinga. kerajaan ini makmur, gemah ripah loh jinawi, melimpah susu dan madu. setelah delapan tahun berkuasa, Ashok akhirnya berambisi menaklukkan kerajaan Kalinga.
dari plot sejarah tersebut, Santosh Sivan sang sutradara bertutur dengan bahasa gambar dan sinematografi yang indah dalam film Ashoka. terdapatlah seorang Puteri Kaurwaki (Kareena Kapoor) bersama pangeran Arya yang masih bocah berusaha menyelamatkan diri dari Kerajaan Kalinga. raja bersama permaisuri Kalinga dibantai oleh pengkhianat. dalam pengembaraan mereka bertemu pangeran Ashok (Shahrukh Khan) yang jago bermain pedang. Ashok melakukan incognito (menyamar sebagai rakyat biasa berprofesi sebagai prajurit bawahan), ia keluar dari lingkungan istana magadha dan memakai nama Pawan (angin).
Ashok tidak tahu bahwa Kaurwaki dan bocah yang dijumpainya adalah pewaris tahta Kalinga. demikian pula Kaurwaki tidak tahu bahwa Pawan adalah Ashok, pewaris tahta Magadha. Ashok jatuh cinta pada Kaurwaki, mereka menikah. Kemudian Ashok harus kembali ke istana dengan janji untuk sementara waktu… namun, Pawan tak kunjung kembali. singkat cerita, ia telah menjadi raja Magadha setelah menumpas saudara-saudaranya (yang digambarkan jahat). Kaurwaki dan Arya kembali ke Kalinga setelah sang penghianat ditemukan dan dihukum, yang tak lain adalah perdana menteri. Pangeran Arya yang masih bocah naik tahta.
waktu berlalu, kebengisan raja Ashok semakin santer karena ekspansi kerajaan Magadha dilakukan secara keji. peperangan. rakyat Magadha pun berbisik-bisik: "kerajaan Magadha sekarang dipimpin oleh iblis. iblis Ashok". namun Ashok yang kemudian menikah dengan Devi seorang pengikut Budha, tak peduli. nasihat pendeta Budha, penasehat kerajaan, dianggap angin lalu. Masih ada satu ambisinya: menaklukkan Kalinga.
kabar penyerangan santer terdengar, rakyat Kalinga bersiap diri untuk berperang. Kaurwaki mempersenjatai ibu-ibu dan membentuk laskar perempuan. mereka mengatur strategi meskipun tahu kekuatan mereka tidak seimbangan dengan pasukan tentara Magadha yang dipimpin Ashok nan bengis. pertempuran akhirnya tak tertahankan… inilah tragedi ironis: Ashok tidak menyadari bahwa pasukan yang dihadapinya tak lain adalah pasukan Kaurwaki, isterinya yang selama ini dirindukan. Santosh Sivan, sang sutradara mengatakan, "Ashoka" menampil pertempuran kolosal dan terakbar yang pernah dibuat dalam sejarah perfilman India, setelah "Mahabharat", melibatkan 6000 pemain sebagai prajurit, beberapa ratus ekor kuda dan gajah…
dapat diduga, pasukan Kalinga terpukul kalah. jenasah korban perang bertebaran. Seorang pendeta Budha memberi selamat kepada Ashok karena meraih dua kemenangan: isterinya Devi melahirkan anak kembar dan kemenangan perang atas Kalinga. namun ia mencibir: kemenangan yang diraih Ashok tak lain hanyalah air mata janda-janda, jeritan anak yatim piatu dan mayat-mayat yang dibakar… Ashok menjadi gamang, terlebih setelah ia menemukan kuda putih milik Kaurwaki yang terlantar di medan perang. ia mencari-cari di antara tumpukan jenasah. akhirnya…
gimana nih ending-nya? Ahh, nggak asyik lagi filmnya kalo sudah diceritakan di sini… mending saksikan sendiri filmnya, ya… catatan sejarah menuturkan, peristiwa ini justru menjadi titik balik kehidupan raja Ashok. ia menjadi Budhis. duabelas tahun kemudian ia mendeklarasikan perjanjian perdamaian dan perlindungan hak asasi manusia di seluruh lingkungan kerajaannya. Deklarasi yang dipahat pada permukaan batu terdiri atas tiga bahasa: Parakrit, Yunani dan Aram menjadi bahan kajian para peneliti hingga saat ini. secara sederhana menunjukkan betapa luas cakupan wilayah pengaruh raja Ashok bahkan sampai ke SriLanka. pada akhir hidupnya, ia dikenang sebagai raja yang budiman dan dicintai rakyatnya.
demikian kisah Ashoka. lumayan panjang, mirip kisah dongeng ya… maklum beberapa kukutip dari film, beberapa lagi dari ensiklopedi… hehehe.
bila dibanding-bandingkan, tampak ada kemiripan peristiwa "Pemboman Bali" dan "Ashoka": jasad korban tak berdosa yang bergelimpangan. Kemenangan yang diraih oleh pelakunya tak lain hanyalah: air mata janda-janda, jeritan anak yatim piatu dan mayat-mayat yang terbakar… kita berharap semoga setiap orang mau belajar dari sejarah.
kisah Ashoka tadi mengingatkan hari terakhir kami di delhi (26/4). Tuhina hari itu khusus mengenakan sari berwarna pink. bis yang mengantar kami ke Noida masih bis yang sama. panas dan debu jalanan yang kami lewati juga masih sama. namun ada yang berbeda hari itu. kami mengadakan evaluasi terakhir di ruang kelas. dan sore hari akan diadakan Farewell Party di hotel Kanishka. sewaktu makan siang terakhir kali di Noida, Pak Hanan membawa ayam dan kambing panggang… entah didapat dari mana. katanya sempat dibeli waktu ke Jama masjid. Kami beramai-ramai menikmatinya, sambil membayangkan bahwa makan siang model begini jarang-jarang bisa dialami lagi.
Sewaktu meninggalkan kantor Tata di Noida, beberapa teman berusaha mengabadikan momen-momen terakhir dengan berfoto-foto. ini membuat teman-teman yang sudah menunggu di bis menggerutu kelamaan menunggu.
Pukul 15.30, akhirnya Noida kami tinggalkan menuju ke hotel.
Pukul 17.30 Farewell Party dimulai. Tempatnya di Restoran Mandarin lantai teratas (roof-top) hotel Kanishka. Para pejabat kementerian dan Tata memberikan kata sambutan, kemudian menyerahkan sertifikat kepada 41 peserta training. hadir di sana para tutor dan staf Tata Infotech yang kerap berinteraksi dengan kami. Ada Yashwani, Monica, Manish, Tuhina, Puneet… itu yang sempat kuhapal. Mereka kompakan mempersembahkan lagu: "kuch kuch hota hai" sambil ngintip liriknya pada sehelai kertas.
Kemudian kami bernyanyi-nyanyi lagu poco-poco, Kemesraan, Jakarta (aku lupa judulnya liriknya begini:… di sana rumahku, dalam kabut biru, hatiku sedih di hari minggu… ke Jakarta aku kan kembali…). Ramai sekali… karena seketika seluruh peserta berbakat jadi pengamen di hotel kanishka. Mr. Puneet saking terharunya, ia lalu mempersembahkan sebuah lagu "Sealed with a kiss" yang ia sendiri nggak hapal liriknya… hehehe.
Oh ya, aku ingat, pada momen inilah ia memberiku gelar kehormatan: T3. apa itu? singkatan dari "Toni The Troublemaker"… aku yakin, inilah julukan paling keren yang pernah dianugerahkan kepadaku. acara ditutup dengan santap malam dan foto-foto bersama. Setelah itu lift mengantar kami turun ke lobi, para tutor dari Tata memberikan salam perpisahan.
malam segera larut. kami musti segera berkemas-kemas. check out hotel baru bisa setelah lewat tengah malam.
Pukul 03.00 Pak Oka menjadi petugas ronda yang baik. Satu per satu pintu kamar peserta digedor-gedor, memberi tanda untuk harus segera berkumpul di lobi hotel. di sana kami antri check-out. Ada dua bus yang datang menjemput kami. Koper-koper satu per satu dimasukkan ke bagasi. Wuih, padat dan berat sekali, kebanyakan berisi buku-buku atau souvenir, ada teman yang bela-belain membawa gendang India yang khas bunyinya… karena ruang bagasi kepenuhan, ruang penumpang pun terpaksa dijejali koper.
Pukul 04.00 bus meninggalkan hotel membelah kesenyapan malam, bus menuju ke airport.
Jadi teringat pertama kali tiba di Delhi, suasana jalan yang sama kami lalui kembali…
dalam kegelapan malam kami tiba di Ashok, dalam kegelapan malam pula kami meninggalkan Ashok. di kejauhan bandara Indira Gandhi International telah menunggu kami.
Ashokan Farewell
The sun is sinking low in the sky above Ashokan.
The pines and the willows know soon we will part.
There's a whisper in the wind of promises unspoken,
And a love that will always remain in my heart.
My thoughts will return to the sound of your laughter,
The magic of moving as one,
And a time we'll remember long ever after
The moonlight and music and dancing are done.
Will we climb the hills once more?
Will we walk the woods together?
Will I feel you holding me close once again?
Will every song we've sung stay with us forever?
Will you dance in my dreams or my arms until then?
Under the moon the mountains lie sleeping
Over the lake the stars shine.
They wonder if you and I will be keeping
The magic and music, or leave them behind.
Words by Grian MacGregor as sung by Priscilla Herdman on
Forever and Always Flying Fish Records (FF70637)
©1983 and 1991 by Swinging Door Music-BMI
Friday, October 25, 2002
india trip 12: Ashokan Farewell
Friday, July 05, 2002
Surat Terbuka buat Herry Prasetyo
(in memoriam 15 Agustus 1976 - 04 Juli 2002)
Dear Herry,
kutahu engkau bukan Harry Potter. tiada kemiripan sama sekali. namun engkau punya keajaiban seperti Harry Potter, kisah yang mengingatkanku pada perjalanan panjang yang pernah kutempuh pada waktu studi di kampus UI dulu...
bertemu denganmu apakah ini suatu bencana atau rahmat. aku bertanya-tanya waktu itu. terus terang aku bilang seringkali kamu itu menyebalkan. sok tahu, dan dengan berolok-olok ada teman yang bilang: "kagak ada matinye...", lalu kami tertawa-tawa di kantin "balsem" (balik semak-semak) waktu melihatmu mengemudi sepeda motor dengan gaya miring mengelilingi jalan di depan perpustakaan pusat.
sialnya, engkau yang paling rajin mengingatkanku untuk ikut persekutuan doa (pd) anak-anak sastra tiap Jumat siang. aku selalu mengelak dengan alasan aku ikut misa Jumat siang di pastoran mahasiswa di margonda. engkau yang memperkenalkanku pada persekutuan doa ini. dan karena nama dan identitasku tercatat pada kelompok ini, setiap ulang tahunku tiba, sepucuk kartu ucapan selalu engkau antarkan padaku atas nama PD Sastra... kemudian dengan culunnya engkau berkata: "bang toni, kapan ikut persekutuan doa lagi...".
kujawab: "aku ikut misa Jumat siang di SJ". Lalu tanpa menyerah si Herry ngajak: "sabtu-minggu besok anak-anak sastra akan bikin camping kebaktian padang. bang toni mau ikut?"
nggak ah, kalau minggu aku ada kegiatan di paroki depok. lagi pula kebaktian padang macam apa lagi ini? begitulah tabiat si Herry, kagak ada matinye...
soal agama tak dapat lepas dari dirinya. maklum dia seorang "preacher" (pendeta). pertama kali ngobrol di kantin balsem dia pernah cerita bahwa latar belakang pendidikannya dari Sarjana Teologia di Malang. keluarga dan orangtuanya tinggal di Papua. ia tertarik dengan kepustakawanan sehingga melanjutkan pendidikan di JIP-UI.
semangat yang menyala dalam dirinya amat berlawanan dengan kondisi tubuhnya yang cacat. berjalan timpang, dengan tangan tertekuk sebelah. syaraf sebelah tubuhnya kupikir tidak berfungsi normal, sehingga gerakan mulutnya untuk berbicara tak sebebas yang lain.
ia suka mengikuti kegiatan yang menantang di tengah alam. masih teringat aku ketika kelas kami (JIP'99) mengadakan acara outing di sebuah daerah sekitar Jawa Barat. kami berjalan-jalan di sawah, menyusuri jalan mendaki ke air terjun. bermalam di keluarga Kokom. si Herry kagak ada matinye. dari awal hingga akhir acara ia tetap bersemangat. sementara teman lain ada yang sudah tidak tahan kecapekan...
di ruang kelas, ia termasuk mahasiswa yang pandai dan ulet. ini tak terbantahkan, karena di angkatan kami ia wisudawan pertama S1 Khusus dari jalur skripsi. pembimbingnya adalah Prof. Sulistyo, beliau tentu mengenal baik watak si Herry. selain itu Ibu Irma. setahu saya, tak ada perlakuan khusus yang diberikan atas keterbatasan fisik Herry. maksud saya dari segi materi dan tingkat kesulitan ujian.
seringkali jumlah soal yang begitu banyak tak mampu diselesaikan dalam tempo yang ditentukan. kami mengerjakan musti dengan terburu-buru, namun harus tetap teliti. mengamati si Herry dalam kondisi begini tak luput menerbitkan rasa kasihan. kepalanya terteleng ke kiri dengan mata tegang memandang kertas, tangan kirinya (maklum ia kidal) menulis di kertas ujian. karena kondisi tegang ini, berkali-kali ia harus menghapus air liur yang tanpa terkontrol menetes dengan sapu tangannya. suatu ketika Ibu Irma membagikan kertas ujian yang telah diperiksanya di depan kelas. beliau meminta Herry untuk mengambil kertas ujiannya kembali dan mengetik ulang, karena huruf-huruf tulisan tangannya begitu sulit untuk dibaca. namun si Herry memang kagak ada matinye... ia lulus dari mata kuliah Ibu Irma, sementara teman-teman lain banyak yang musti mengulang.
suatu pengalaman tak terlupakan sewaktu liburan semester menjelang Natal 1999 naik kapal KM Dobonsolo. saya ingin ke denpasar, pak Frans Wayan hendak ke Kupang, dan Herry pulang kampung ke Irian Jaya. saya dan Pak Frans berangkat bersama ke pelabuhan. Herry berangkat lebih dulu. saya menduga bakalan sulit mencari si Herry di kapal. karena kapalnya cukup ramai, Pak Frans yang lebih dulu ke kapal mencarikan tempat sementara saya menunggui tas dan koper di dermaga. maklum kami mengambil kelas dek alias ekonomi. antrian penumpang yang turun dan naik masih ramai. akhirnya Pak Frans muncul juga dengan wajah berseri berkata: "di atas kapal saya ketemu si Herry... dia yang sediakan tempat di sana dan sekarang menjaganya buat kita".
Aha, si Herry... kamu memang bukan Harry Potter, tapi kamu bisa membuat keajaiban. di atas kapal, apa lagi kelakuan si Herry kalau bukan rajin mengikuti kebaktian malam di salah satu dek. aku sih memilih tidur karena capek menggotong barang dan memang aku lebih menikmati istirahat dalam perjalanan kapal. Pak Frans sempat ikut kebaktian di kapal, namun sekembalinya sempat mencak-mencak karena kotbah sang pendeta yang dirasa kurang pas :-).
akhirnya kapal bersandar di pelabuhan Benoa, Bali. Herry dan Pak Frans berniat jalan-jalan di sekitar pelabuhan. namun musti menunggu cukup lama karena tangga kapal masih disesaki penumpang yang turun dan naik ke kapal. Herry menawarkan mengangkat tas. saya mengangkat koper... akhirnya sampai di darat. orangtua saya telah menunggu di dermaga. Ibu saya masih mengingat Herry dalam peristiwa ini. karena begitu bertemu, dengan mantap Herry mengulurkan tangannya menyalami dan berkata: "Saya Herry, temannya Bang Toni..."
Herry, Herry...
kisah yang kupunya tentu tidaklah memadai untuk menggambarkan dirimu yang unik. aku ingat waktu kuliah engkau punya sahabat karib: Abah Amien. hampir selalu dimana ada abah Amien di situ ada kamu, entah itu di perpustakaan mengerjakan tugas, atau pun kala ngobrol senja di kantin sepi balsem. kalian menjadi kelompok yang solid. abah Amien badannya gempal dan suka ketawa. sedangkan kamu berbadan kecil (ibu Tien suka menyebutmu "si kecil"), tapi gilanya juga suka ketawa...
tadi siang sekitar jam sembahyang Jumatan, saya terima SMS yang mengabarkan kepergianmu. terus terang aku nggak percaya. maka kutanya balik: beritanya dari mana? Ibu Tien lalu bilang ortumu di Nabire menelpon ke rumah abah Amien tengah malam mengabarkan kamu telah pergi setelah dirawat 20 hari di rumah sakit. kilasan-kilasan dirimu beserta kelas kita segera memenuhi ruanganku...
Herry, apa bisa kukatakan pada saat-saat begini?
engkau yang mati muda, kata Soe Hok Gie (SHG) mahasiswa sastra UI tahun '60-an: berbahagialah... aku hanya mengenal SHG dari buku-bukunya. namun aku mengenal engkau secara langsung dalam kesempatan singkat kuliah di UI. kalau boleh kubilang, engkau lebih mirip "Simon Birch". filmnya sempat kunonton di saluran tv waktu di India kemarin. si Simon mengidap penyakit yang membuatnya tak dapat bertumbuh normal, badannya tetap pendek. ia tidak merasa risi, bahkan sangat percaya diri. berdua dengan temannya yang berbadan normal mereka menjalani masa remaja yang diwarnai kenakalan. si Simon pergi mengunjungi pendeta dan bertanya: apa yang diinginkan Tuhan dari dirinya. si pendeta bingung tak mampu menjawab. belakangan baru muncul kesadaran dalam dirinya dan Simon lalu dengan mantap berkata: Tuhan mengirimku ke dunia ini dengan suatu misi mulia.
benarlah, tatkala sebuah bis sekolah tergelincir masuk ke dalam danau, Simon menyelamatkan satu per satu anak. hingga dia sendiri tewas karena bis tenggelam ke dasar danau.
Herry,
aku percaya, kamu masih punya semangat yang menyala-nyala hingga saat-saat terakhirmu. dan bahkan maut sekali pun tak dapat merenggutnya darimu. kuharap sang maut pun akhirnya menyerah dan berkata: ni anak kagak ada matinye... saat engkau bertemu dengan sang Pencipta di sana.
... selamat jalan, sobat
jaga dirimu baik-baik
saat engkau menempuh jalan ini
meski pincang tertatih
aku yakin engkau dapat sampai di sana
karena ada Sobat yang setia di sisimu ...
- rest in peace -
Herry Prasetyo
1976 - 2002
Saturday, June 01, 2002
india trip 11: continuing the journey
[catatan: kisah ini dituliskan setelah kembali di Indonesia]
Festival India di Indonesia sudah hampir dimulai beberapa hari lagi. Awal November ini rencananya. Waktu ke Plasa Indonesia kemarin, saya mampir di Sogo dan melihat beberapa pernak-pernik India dipajang di sana. Aku jadi teringat pada perjalanan di suatu masa di tanah India. Kisahnya belum selesai ya… karena itu akan kulanjutkan sekarang. mohon dimaafkan, kelamaan nunggunya, maklum banyak kesibukan sepulang dari India (alasan klasik…).
Sekalian kisah-kisah ini kuberikan sebagai hadiah ulangtahun kepada beberapa kerabat kenalan yang baru saja merayakan ulang tahun.
Kami tiba malam di Haridwar, setelah capek perjalanan dari Sungai Gangga. Ini suatu kota kecil, masih berdekatan dengan Rishkesh, daerah di mana banyak peziarah ke Sungai Gangga ataupun untuk berlatih yoga, tempat ini konon Pusat Yoga Sedunia. Gila, banyak turis bule nyasar di sini… tampangnya urakan, seperti pertapa. Rambut gimbal, berjalan kaki, pake sendal, kayaknya sih belum pernah mandi berapa hari. Sayangnya waktu tiba di daerah ini, kami telat. Upacara Aarti yang diadakan tujuh tahun sekali, tak dapat kami ikuti. Rombongan kami sempat tersesat. Dari jembatan gantung yang terbuat dari kawat baja dan melintas di atas sungai Gangga, kelompok kami mengambil jalan ke sebelah Kanan (ikutan sama Puneet), sementara kelompok lainnya mengambil jalan sebelah Kiri (ikutan sama Tuhina). Kloplah… kami saling mencari di tengah kegelapan malam.
Daripada ikutan nyasar, kami menunggu di jembatan. Pemandangan tepi sungai dalam kegelapan malam memang indah, eksotis dan sekaligus menakutkan. Lampu-lampu rumah doa di tepian pegunungan Himalaya tampak berkelip-kelip. Beberapa meter di bawah kami terlihat bayangan hitam arus sungai gangga dan batu-batu besar. Kebayang deh kalo terpeleset ke sana… ihhh. Dari pada bengong menunggu, kami berfoto-foto di kegelapan… ada teman yang suka menyebutku sebagai "great enemy", kali ini dia berbaik hati mau berfoto denganku… hehehe. Maka peristiwa ini selalu kusebut dengan "enemy at the gate" (mirip judul sebuah film perang yang dibintangi Joseph Fiennes). Fotonya masih kusimpan. Ada yang mau?
Akhirnya rombongan teman-teman yang ikut Tuhina muncul juga. Dengan culunnya mereka pada berkicau bahwa kami yang setengah mati dicari-cari… lho, padahal justru mereka juga sedang dicari-cari. Saling mencari nih yee… Kupikir hikmah peristiwa adalah memang perlu suatu "pencarian ke dalam diri" (inner searching), jangan-jangan apa yang selama ini secara fisik dianggap ada malah justru sebetulnya nggak ada. Si Fajar apa Bagja ya yang kasihan, sudah berlari-lari menempuh jalan bolak-balik ke tempat auto-rickshaw yang mengangkut kami. Dikira rombongan Tuhina sudah duluan kembali ke pangkalan auto-rickshaw. Lalu kami bersama-sama jalan kaki menyusuri jalan pulang. Lumayan melelahkan karena jalan mendaki. Di antara teman-teman ada yang berbadan subur macam Pak Rudiama, Pak Oemar, Irwan. Kami yang berbadan ukuran biasa saja ngos-ngosan, tapi untunglah mereka juga dapat menempuh jalan berundak-undak dalam kegelapan malam. Nggak kebayang deh kalo ada yang sampai pingsan atau sampai sakit jantung… ada teman bilang, Pak Rudiama yang bertubuh sangat subur itu jangan diragukan staminanya, karena ia rajin ikut klub beladiri… sumo kali ya Pak? hehehe… selagi capek-capeknya dengan tampang kusut, masih ada juga yang menampilkan keceriaan. Apalagi kalo bukan berfoto-foto sesaat sebelum auto-rickshaw bergerak meninggalkan Pusat Yoga Sedunia, Rishkesh.
Setiba di pangkalan bis, kami langsung menenggak air botol dingin yang tersedia di bis. Bis bergerak dan kali ini penumpangnya tenang sekali. Mungkin karena kecapekan, atau kesal karena kesasar tadi sehingga tidak dapat menyaksikan Aarti ceremony. Bayang-bayang Himalaya surut di setiap kelokan serta pepohonan yang dilalui bis kami menuju Dehradun.
Kami tiba dengan kondisi mengenaskan (hehehe…) di hotel di Dehradun pukul 21.45. Saya lupa nama hotel tersebut. Nah story muncul lagi saat pembagian kamar bagi rombongan bonek kami. Karena jumlah kamar hotel tidak mencukupi, sebagian peserta dialihkan ke hotel lain. Saya tidak terlalu menyimak pesan yang diberikan dan menyangka termasuk dalam kelompok yang dibuang ke hotel lain. Yang saya ingat cuma pesan bahwa pukul 22.15 harus berkumpul kembali di hotel ini untuk makan malam dan… dancing! Bergegas kami naik ke bis kembali. Setelah duduk manis, eehh, aku disuruh turun, katanya aku sebetulnya kebagian kamar di hotel ini. Sekamar dengan Purnadi lagi. Kamar nomor 205. letaknya di lantai 2 bagian depan hotel menghadap ke jalan. Teman-teman lain di bis berangkat menuju ke kamp konsentrasi… karena nggak tahu dimana mereka akan dibuang malam itu. Sambil menunggu teman mandi, saya menyetel tv. Untunglah ada saluran tv yang lagi memutar film "Big Momma's House" malam itu, film komedi yang dibintangi Martin Lawrence. Kocak sekali, aku sampai terpingkal-pingkal menontonnya. Pas adegan ketika Big Momma sedang latihan bela diri dengan ibu-ibu, eh wig (rambut palsu)-nya terlepas. Polisi pria yang sedang menyamar ini menyangka penyamarannya terbongkar, ibu-ibu lain seketika kompakan membuka juga wig mereka. Kepala gundul semua!
Setelah mandi, bergegas kami menuju ke lantai dasar untuk dinner. Di sana musik disko sudah menanti, serta makan malam yang menunya khas India. Tuhina sudah siap-siap dancing. Kata teman-teman yang ikut se-bis dengan dia, she had promise that she would dance tonight. Kupikir dia mau menari tarian tradisional seperti di film-film India… tau-taunya modern dancing! Sambil menyantap makan tengah malam, Tuhina dan Puneet sudah duluan melantai… wow, kepenatan sehari terlupakan. Hentakan musik terasa memenuhi ruangan. Teman-teman segera menyelesaikan makan malam. Ikutan turun melantai. Rame sekali. Ada teman-teman yang semula enggan, akhirnya ikutan berdisko. Musiknya kebetulan aku suka. Siang tadi waktu nunggu si sopir bis kami yang super-ugal-ugalan tiba, Puneet sempat memperdengarkan padaku CD player yang dibawanya. Lagu yang diputar berjudul "Cecilia". Aku senang pada lagu ini yang aslinya dinyanyikan oleh Simon and Art Garfunkel. Liriknya begini:
Cecilia, you're breaking my heart
You're shaking my confidence daily
Oh Cecilia, I'm down on my knees
I'm begging you please to come home …come on home.
Puneet dan Tuhina dancing amat energik. Saya kira semua terpukau melihat kelincahan gerak mereka. Saya sempat mengambil gambar saat mereka dancing. it's very stylish! Terakhir kali aku masuk diskotik seumur-umur sewaktu acara perpisahan sekolah SMP dulu… nostalgia lagi ceritanya. Hehehe… teman-teman ada yang semula enggan ikut dancing, tapi setelah dikompor-kompori, akhirnya ikutan melantai.
Lagunya makin asyik. Ada YMCA, Living la vida loca, dan… Who let the dogs out. Lagu terakhir ini asyik sekali, karena semua pada menggonggong pada waktu ditanya "who let the dogs out?" penyanyinya kalo nggak salah "Bahai men"? aku lihat ada di sampul kaset Piala Dunia 2002 Korea baru-baru ini.
Indira teman kami berbakat jadi provokator dancing. Dia mengajari teman-teman kompakan goyang: cuci, jemur… cuci, jemur… cuci, jemur… terus kapan keringnya? hehehe… Pak Rudiama? Jangan ditanya, badan sesubur itu tak menghalanginya untuk bergoyang.
Malam semakin larut. Pukul 00.15, acara dancing dituntaskan. Teman-teman yang nginap di kamp konsentrasi (hotel lain) musti naik bis kembali ke hotelnya. Sementara kami kembali ke kamar masing-masing. Benar-benar kecapekan. Pingin lekas bobok, bermimpi berenang di dinginnya air Gangga. Dan memang demikian. Semalaman tidur kedinginan karena letak AC di setiap kamar ditaruh sejajar dengan bed... seumur-umur baru kejadian begini, tidur di samping AC.
bersambung
Friday, April 26, 2002
india trip 10 : almost farewell
saat-saat ini jadi nggak enak hati juga karena besok malam akan menjadi malam terakhir kami di Delhi. rencananya kami akan mengadakan farewell party alias pesta pisahan sama para tutor Tata di Delhi. sabtu pagi (27/4) kami akan terbang ke bangalore.
perjalanan kami terakhir yang sekaligus terjauh adalah ke Haridwar dan Dehradun. Minggu pagi (20/4), sarapan dibagikan dalam dus. kami siap memulai perjalan ke utara, ke sungai gangga dan sekitarnya. tour leader kami adalah seorang ibu, namanya Ms. Rajna. dan dia satu-satunya perempuan dalam bus kecil kami. teman-teman lain bersama para puteri terdapat di bus yang lebih besar. terjadilah diskusi hangat dalam bus di pagi hari, mengenai -apa lagi kalo bukan- "Kamasutra"... suatu warisan budaya khas India. Ms. Rajna bilang sebetulnya kamasutra tidak dimaksudkan sebagai pornografi. karena berada dalam konteks ajaran agama Hindu mengenai keilahian dalam kehidupan lahiriah manusia, pencapaian spiritual pasangan suami-isteri dalam komunikasi intim. ehem... ada yang mulai batuk-batuk nih... hehehe. aslinya kamasutra berupa lirik-lirik sajak yang berisi ajaran mengenai hal itu tadi.
bus kami mampir di sebuah resto untuk coffee-break. taman bunga di sana langsung menarik perhatian, bunga-bunganya indah sekali. beberapa teman berfoto di sana. restonya unik, mirip resto waralaba karena menawarkan beberapa makanan siap saji (spt. pizza dan ayam goreng), selain itu pengunjung makan sambil berdiri menghadapi meja. maklum kursi tidak disediakan. ada beberapa piring gorengan yang disajikan. dan langsung habis disikat oleh kami serombongan, maklum orang indo terkenal gila gorengan... hehehe. ada yang unik: kepala susu goreng (kami menyebutnya cumi-cumi goreng), dan sehelai daun digoreng dengan tepung. rasanya enak. kami menyebutnya: fried marijuana, hahaha... di bus, Ms Rajna bilang itu Spinach, alias makanan si Popeye... ohh, itu sih banyak di Indo. cuma bayam goreng tepung rasanya belum pernah dijual tukang gorengan.
perjalanan dilanjutkan. bus kami dikemudikan oleh seorang Sikh, cirinya adalah memakai turban (sorban) di kepala dan rupanya cara mengemudi mobilnya sungguh ruarr biasa... biar ada kendaraan dari depan, dia tanpa gentar maju terus. sehingga rasa-rasanya adrenalin para penumpang cukup terpompa dan melek terus. kupikir mungkin sopir dari depan jadi takut kalo melihat pengemudi bus kami yang memakai turban sehingga langsung minggir. Ms Rajna bilang, hanya ada dua resep untuk selamat di perjalanan: good luck and good brake. hehehe... padahal katanya mobil-mobil di India paling banter ganti rem 5 tahun sekali. gila! rugilah pabrik rem di India.
di Haridwar kami makan siang di sebuah hotel. bus kami kebablasan tidak bisa berbalik arah. maklum berada di jalan sempit lokasi pasar. sehingga kami berjalan kaki ke sana. selesai makan siang, bus kami belum juga muncul... cukup lama menunggu sampai sopirnya datang dan bilang dia baru saja memperbaiki AC. maklum kami kepanasan dalam bus tadi.
kesorean kami tiba di Sungai Gangga. waktu yang diberikan hanya 45 menit, terus berangkat ke Rishikesh. teman-teman ada yang langsung loncat ke sungai gangga. airnya terasa dingin sekali. sumbernya berasal dari pegunungan himalaya. aku bawa celana renang, tapi nggak jadi renang karena nggak bawa handuk. kami berjalan menyusuri sungai, ramai sekali para penjual dan peziarah. di samping sungai dibangun tangga, kemudian ada rantai buat pegangan di sepanjang sungai. maklum arusnya deras sekali, jangan sampai terhanyut.
ada beberapa peziarah yang mengadakan upacara melepas sekeranjang bunga, di dalamnya terdapat lilin bernyala. sungai gangga diyakini orang hindu sebagai tempat penyucian. bila berendam di sini maka diri disucikan. bila meninggal dan abu kremasi ditaburkan di sini maka jiwa mendapat pelepasan. Mr. Puneet malah mengolok-olok dengan berkata: kamu sudah lihat orang-orang di sungai seperti "tea-bag", dicelup... up down, up down...".
self-critic ya?
setelah itu baru lanjut ke Rishikesh. daerah ini terkenal sebagai kota yoga seluruh dunia. banyak turis datang kemari untuk belajar yoga, termasuk the beatles. terdapat di jajaran sabuk pegunungan himalaya. sayang kami datang agak kemalaman, sehingga tak dapat melihat tempat ini secara jelas, selain sungai gangga yang mengalir di bawah bukit dan jembatan besar yang melintasi.
sori, karena waktu akses internetku hampir habis, kalo ada waktu aku lanjutkan lagi ya....
bersambung
Wednesday, April 24, 2002
india trip 9 : telling lie in delhi
salam,
warnet yang kupakai kali ini punya sistem baru. setiap pengunjung diberikan semacam nomor pin untuk dimasukkan ke terminal yang akan digunakan. dan setiap jam, komputernya langsung turn-off otomatis... menyebalkan sekali, padahal tadi sudah nulis cerita panjang dan e-mail ke pasar buku menanggapi mahalnya buku di Indonesia, eehhh... terhapus dengan percuma.
aku komplain ke admin warnet, dia bilang: khan tadi udah kubilang. mana?? tadi juga aku baru dapat hadiah yang dijanjikannya sebulan lalu, yakni sebuah dompet. pertama datang aku membayar paket hemat menjadi pelanggan di warnet ini sehingga dapat akses beberapa jam dengan hadiah sebuah dompet. setiap kali aku datang dan nanya, penjaganya bilang lagi diusahakan dompetnya... bayangkan sudah lebih sepuluh kali bolak-balik ke warnet ini, selalu diberi janji. Aku bilang, terus terang aku mau jadi pelanggan warnetnya cuma untuk dapat hadiah dompet itu... hehehe. maklum dompet punyaku sudah sobek lipatan punggungnya, maklum kebanyakn diisi uang, hahaha...
aku sudah beritahu penjaga warnet bahwa minggu ini adalah minggu terakhir kami di Delhi, dan terus saja ia janji: besok dompetnya ada. alamat hotel dan nomor kamar dimintanya, tapi dompet itu kagak muncul-muncul jua...
malam ini baru ia tersenyum manis memberikan hadiah dompet tsb, seraya berkata: "nah, apa kubilang khan? hadiahnya pasti datang..." sialan.
hari minggu aku pergi sendiri nonton Festival Film di Siri Fort, aku kena tipu penjual gorengan. rencananya ada pemutaran 3 film hari itu, karena hari minggu. selesai film pertama (film Norwegia lagi, kali ini film dokumenter kisah tokoh penjelajah kutub utara dan selatan) ada waktu jeda satu jam. karena lapar, aku beli burger pada penjual gorengan depan bioskop. aku nanya berapa harganya, dia nggak mau menjawab, langsung memberikan burger dengan saosnya. selesai makan, aku berikan lembaran Rs 50, dibalikin Rs 10 pada saya. aku nanya kok harganya Rs 40? dia bilang: rotinya Rs 20, isinya (sayur dan gorengan vegetarian) Rs 20. aku terus pergi, tapi mikir-mikir...
rasanya burger McD nggak sampai Rs 40 untuk burger vegetarian, malah di Janpath aku dulu dapat Rs 10/burger. aku kembali ke penjualnya, kebetulan ada beberapa perempuan membeli gorengan di sana. aku nanya penjualnya, dia pura-pura nggak dengar. aku langsung bilang: "Please do not cheat me..."
perempuan-perempuan yang ada di sana langsung nanya: ada apa. aku cerita bahwa penjualnya ngasih harga burgernya Rs 40, padahal maximum price burger Rs 20 (ada hal bagus di India, setiap produk pasti dicantumi harga bandrol, biasanya tertera "Maximum Price"). maka para perempuan tsb langsung "berkicau" dalam bahasa Hindi kepada sang penjual, sepertinya mereka menegur sang penjual... penjualnya terus megembalikan Rs 20 kepadaku. aku sudah telanjur dongkol, nggak jadi meneruskan pertunjukan film yang kedua. aku ngeloyor pulang...
naik auto-rickshaw, aku minta pengemudinya pakai meteran (argo)... karena Siri Fort sangat jauh dari hotel kami. waktu berangkat, aku membayar Rs 50 padahal di meterannya Rs 22. tapi karena sudah sepakat, maka kubayar saja. tiba di depan hotel, meterannya menunjukkan angka Rs 17, aku berikan sopirnya Rs 20 biar sekalian kembaliannya diambil saja... mumpung aku lagi baik... hehehe. eh, sopirnya ngamuk-ngamuk. dia bilang hitungan argo auto-rickshaw harus dikali dua plus pajak sehingga total Rs 40. aku ngasih lembaran Rs 10. dia masih marah, di dompetku tersisa Rs 5. aku nggak mau ngasih lembaran Rs 100, kuatir dia bilang nggak ada kembalian malah. aku bilang: ini uangku yang tersisa...
nggak mau ya sudah... aku langsung nyeberang masuk hotel. dengan kepala dongkol. it's a bad day...
hari sabtu kemarin aku coba ikut tour jalan kaki yang disarankan oleh Lonely Planet ke Old Delhi. ke sana naik auto-rickshaw, kali ini sopirnya baik, harganya ditawar murah dia mau... hehehe. sampai di lokasi (Lothian Road) yang ditunjukkan di peta Lonely Planet, aku bolak-balik jalan kaki mencari lokasi
situs bersejarah yang ada di peta... nggak ketemu-ketemu! sampai siang bolong yang ada malah jalan tol... sialan, aku ngumpat-ngumpat, soalnya cuaca panas
dan berdebu begini... akuterus jalan, sampai di tempat yang aku tak tahu di mana... pokoknya aku mau balik pulang ke hotel... aku panggil auto-rickshaw, dan thanks God. I'm saved!
hehehe...
itulah beberapa hal yang menyebalkan di Delhi.
bersambung
Saturday, April 20, 2002
india trip 8 : yamuna, daniel, gangga
aku baru tahu, ternyata si Shah Rukh Khan (begini ejaannya di koran lokal) ternyata lagi kuliah di St. Colomba's school, Delhi. si Tuhina yang bilang, juga beberapa orang India yang kukenal. padahal setiap minggu khan aku ke sana... iya, karena itu masih satu kompleks dengan gereja katedral :-) dan perayaan paskah diadakan di halaman St. Columba's school. katanya sih dia ngambil kuliah Ekonomi. ntar kalo ketemu pastor di katedral, aku mau nanya lagi... ok? ini untuk menjawab pertanyaan teman di Indo yang pengen foto Shah Rukh Khan.
pekan ini kami benar-benar seperti tahanan. masih menempuh jarak pulang pergi Delhi-Noida setiap hari, masih dengan panasnya Delhi, masih dengan colo-colo dan ruko-ruko mengikuti teriakan kernet busnya kalo lagi bete.
untunglah besok Sabtu kami benar-benar free. nggak ada jadwal tur, nggak ada acara terjadwal. karena Minggu pagi kami akan ke Sungai Gangga dan sekitarnya hingga Senin baru balik ke hotel. dan mungkin ini minggu terakhir kami di Delhi. terus mudik ke Indo? nggak juga, minggu depannya kami akan terbang ke Bangalore, silicon valley-nya India.
pelatihan di tempat terpencil macam Noida ini membuat kami punya kesempatan untuk mengunjungi Universitas maupun perpustakaan di Delhi. pernah hari Sabtu aku jalan sendiri ke Museum Nasional India. aku foto beberapa artefak dan patung di depan gedungnya, mendadak serombongan turis bule dipandu guide-nya tiba-tiba nyalip di depanku, dia langsung menjelaskan kepada para bule mengenai artefak prasasti yang lagi asyik kuperhatikan.
kemudian mereka masuk ke dalam museum, aku pun ikut. baris melewati pintu detektor, kemudian masuk ke dalam... dia sibuk menjelaskan mengenai sejarah kuno India. dan luar biasa koleksi museum ini. ada peninggalan dari masa peradaban Harappa (sekitar Pakistan sekarang) dan coba direkonstruksi. di sediakan seperangkat komputer touch-screen (monitornya cukup disentuh jari untuk memilih menu) yang menyajikan sejarah dan segala pernak-pernik peninggalan kuno yang ada.
bangunan museum terdiri dari 4 lantai. kaki bisa pegal bila merambang seluruh benda dan sejarahnya di gedung ini. ada lukisan, patung, senjata, kain, perhiasan dan segala benda aneh. aku sangat suka memperhatikan patung dewa-dewi hindu, ada Kali, Krishna, Ganesha, Gangga dan Yamuna. Dewi Gangga cantik sekali. Yamuna juga, mereka dikarakterkan serupa. menggendong sebuah tempayan dan berdiri di atas sebuah ikan atau kura-kura. ditemani seorang anak kecil (mirip Kwan Im, ya). pakaiannya cukup seksi, karena ada potongan kain yang ehem,... :-p
Tuhina cerita bahwa Yamuna itu nggak ada hubungannya dengan Gangga. sumber airnya berbeda, namun mereka sama-sama dewi sungai. ceritanya aku kurang hapal lengkapnya... Yamuna punya ibu. ibunya lalu diambil oleh dewa yang jahat, ia hanya dapat dilihat di langit pada waktu dan posisi bintang tertentu. dan itulah yang menurut astronomi Planet Pluto. Yamuna menangis, airmatanya menjadi aliran sungai Yamuna yang sekarang menghidupi penduduk Delhi.
lukisan yang kusuka adalah sekuel kisah cinta Krishna dengan Radha. indah sekali lukisannya. dilukis pada kain sutera dengan motif warna kembang dan pemandangan. wow... Krishna dapat dikenali dari kulitnya yang berwarna biru. katanya, itu gara-gara ia lahir tepat pada bulan purnama.
aku menemukan sebuah ruangan lukisan pada tembok, tidak ada penjaga dan kamera di sana. aku pasang kamera dan mengeset timer-nya... jepret... inilah satu-satunya foto yang kujepret dalam kompleks museum, hehehe...
setelah pegal mengitari bangunan (bentunya bundar) 4 lantai ini, aku pun keluar. baru aku perhatikan bahwa ternyata untuk pengunjung asli India dikenai charge Rs.3, sedangkan turis Rs100... hehehe. artinya rombongan turi tadi telah menyelamatkanku ya?
selain museum, aku sempat ke Siri Fort menyaksikan festival film Eropa. kebetulan ada kenalan bernama Sunil (karyawan Tata juga, dikenalkan oleh teman dari Indo), dia mengantar kami ke sana hari Senin. sialan, penjaga di pintu masuk ketat sekali: nggak boleh bawa kamera, snack, rokok, dll. aku sudah tinggalkan kamera foto di mobil. tapi ia menemukan pisau lipat yang kujadikan gantungan kunci di kantongku, dan dia bilang itu tidak boleh dibawa masuk. kami terpaksa balik ke tempat parkir yang lumayan jauhnya berlari-lari, soalnya sudah telat 15 menit. setelah itu baru lolos masuk ke bioskop.
film Norwegia, judulnya: Detector. bagus sekali filmya. lucu dan berkesan. ceritanya Daniel seorang psikiater punya hobi pake detektor logam untuk melacak benda benda yang ada di halaman luas. dari sana ia menemukan: hidupnya. ia temukan kalung. kemudian temannya menyiarkan berita ini di radio. seorang perempuan (Silja) muncul mengaku pemilik kalung itu. Daniel jatuh cinta padanya. namun Silja sudah punya pacar seorang pemain orkestra, orangnya kasar. Daniel digebuki sampai memar. Daniel sampai pada menemukan identitas ayahnya yang dikabarkan mati di Cina. (ada selembar kertas yang tertulis dalam bahasa Cina: don't believe your father, don't believe your mother, just believe Mao... hahaha, penonton tertawa keras). ternyata ayahnya adalah pasien yang selama ini dirawatnya. saat Daniel babak belur dirawat di RS, ibunya datang menjenguk, dan pertemuan antara ayah-ibu-anak terjadi tanpa disangka di lift.
ada pasien daniel orang gila yang lucu bernama Jurgen. ia membawa gengnya ke tempat pacar Silja dan mengerjainya sampai minta ampun. "kalo kamu berani mendekati Silja, satu jarimu akan hilang. kalo kamu berani menggangu Daniel lagi berapa jarimu akan hilang?" "dua...", katanya ketakutan di bak mandi.
tengah malam selesai pertunjukan, ada acara berikut: mendorong mobil. mobil yang kami tumpangi mogok. mesinnya nggak mau hidup. terpaksa didorong rame-rame. hehehe... kayak di Indonesia saja. tu, wa, ga... brrrppp... berrrppp...
bersambung
Sunday, April 14, 2002
india trip 7: monumen cinta
dongengannya dilanjut lagi ya, sori baru sempat nongol dan nulis cerita... kali ini tentang ekskursi ke Agra, tepatnya ke Taj Mahal yang sering disebut-sebut sebagai monumen cinta.
hari sabtu (13/4) kami musti bangun pagi-pagi benar (pkl. 5.30) karena menurut rencana bus akan menjemput kami pkl. 06.30. sarapan pagi pun tak seperti biasa. kali ini dipak dan dibagikan di bus. namun, rupanya orang india juga tak luput dengan jam karet, pkl. 08.00 baru kami berangkat meninggalkan Delhi. kali ini aku ikut di bis yang berbeda dengan sebelumnya, tour leadernya beda, penghuninya semua laki-laki, dan tanpa Tuhina. dia ikut dengan bis yang satunya lagi.
perjalanan nggak semeriah dengan minggu lalu. namun untunglah tour leadernya suka menceritakan joke dan mengundang para peserta untuk berbagi joke. kusebut "dirty joke" karena semuanya seputar yang jorok dan rada porno... (jopor, hehehe...). maklum, semua penumpang bis adalah laki-laki :-) ada kisah tentang jenis-jenis ikan, ada cerita tentang 50 rupee, ada tentang cigarette, dll. daripada aku diumpat lewat e-mail, aku tidak akan menceritakan detailnya di forum ini, hehehe...
cerita jorok yang lebih menarik untuk diceritakan sebetulnya adalah kisah cinta dibalik Taj Mahal. adalah Kaisar Shah Jahan mempunyai isteri yang sangat dicintainya bernama Mumtaz Mahal. sayangnya, Mumtaz Mahal meninggal saat melahirkan putera ke-14. untuk mengabadikan kenangan akan isterinya, Shah Jahan memulai proyek membangun istana Taj Mahal selama 22 tahun. dan tidak main-main, seluruh tenaga dan material terbaik dikerahkan untuk itu. marmer dan tukang terbaik dari Italia, ahli batu-batuan berharga, serta kebun yang indah... seperti sihir, semuanya tercipta. demi kenangan akan Mumtaz Mahal.
sayang, Shah Jahan sang Mughal (mogul) yang terkenal karena juga banyak membangun monumen indah di Delhi spt. Jama Masjid, Red Fort, akhir hidupnya kuranglah elok. ia ditangkap oleh puteranya yang keempat (Aurangzeb) dan dipenjara di Agra Fort.
di Agra Fort yang terdapat di pesisir Sungai Yamuna, Shah Jahan selalu memandang ke Taj Mahal lewat sebuah lubang kecil tempat ia disekap. di sana ia mengakhiri hidup (dieksekusi?), dan makamnya nggak jelas tepatnya dimana. banyak yang mengira bahwa makam yang terdapat di samping kuburan Mumtaz Mahal (isterinya) adalah makam Shah Jahan. Makam itu memang dibuat oleh Shah Jahan agar dapat berdampingan dengan makam isterinya, namun itu tidak terjadi. ada yang mengatakan makam Shah terdapat di Agra Fort, ada pula yang bilang terdapat di tempat lain.
cerita joroknya mana? ya itu tadi... hehehe, pengkhianatan Aurangzeb terhadap ayahnya, bukankah itu sangat jorok?! J
siang hari kami mampir dulu di hotel di Agra untuk makan siang... ada yang spesial: daging ayam dan domba (lamb biryani alias nasi goreng domba)... nyam. bayangkanlah serigala yang belum pernah makan daging berhadapan dengan mangsanya... hehehe. sampai ada yang bermimpi, bagaimana kalo menu seperti ini yang dihidangkan di Kanishka dan Tata... it could be heaven for us!
perjalanan dilanjutkan memasuki kawasan Taj Mahal. terdapat reruntuhan kawasan industri di sekitarnya. belum lama ini diterapkan peraturan yang melarang industri yang menghasilkan polusi udara beroperasi dalam area 50 km dari Taj Mahal. ini untuk melindungi marmer Taj dari noda polusi, industri musti rela ngacir atau digusur.
ada keunikan Taj, pada senja hari bangunan ini berpendar kebiruan, sedangkan pada malam hari saat bulan purnama bangunan ini akan memancarkan cahaya indah. kabarnya banyak pasangan kekasih suka datang pada malam bulan purnama ke Taj untuk menyaksikan keindahan Taj dan mengekalkan cinta. ada cerita, sewaktu terjadi perang di India (perang dunia?), seluruh bangunan Taj diselubungi dengan kain hitam supaya tidak kelihatan oleh musuh dari jarak jauh dan tidak dijadikan sasaran rudal musuh.
bus kami diparkir dulu, kemudian ada bus khusus mengantar ke gerbang Taj. kami sudah diwanti-wanti untuk tidak membawa rokok, senjata tajam ataupun ponsel. rokok dan senjata tajam bisa dimengerti, kalo ponsel aku dan teman2 nggak ngerti... kali gelombang interferensi HP bisa merusak bangunan Taj, ya? :-) katanya petugasnya tidak segan2 mengambil bila ditemukan ada yang bawa masuk ke lokasi Taj.
dan memang, di depan gerbang luar Taj orang pada ngantri untuk melewati pintu detektor logam sebelum dirogoh seluruh isi tas dan pakaian di badannya. kami memasuki halaman depan Taj dalam rombongan. ini pesan khusus tour leader supaya nggak ada peserta yang nyasar atau nyempil di rombongan lain... susah nyarinya.
kami sampai di gerbang Taj, mirip bangunan mesjid atau tampak luar Taj, hanya saja terbuat dari susunan batu merah, besar dan megah. di atasnya terdapat 11 buah bulatan mirip kubah mesjid berjejer. katanya di sisi lain Taj juga ada gerbang begini lagi, ini menunjukkan 22 tahun pembangunan Taj. setelah melewati pemeriksaan di gerbang ini (lagi), baru bisa masuk...
dan memang indah. bangunan ini langsung menusuk semua perhatian peserta. langsung berfoto-foto. padahal bangunan ini masih terletak jauh di sana. namun rasanya sudah sampai. tamannya sangat asri, di tengahnya ada kolam. kami dikumpulkan di sisi kiri untuk mendengarkan ocehan tour leader sekali lagi, baru kemudian bebas berkeliaran ke bangunan Taj.
kami berjalan ke sana, sampai di kaki bangunan disuruh lepas alas kaki. panasnya lantai di siang bolong! ada rombongan turis bule, mereka dapat servis alas kaki dari kain untuk masuk ke Taj. semua lapisan bangunan ini terbuat dari marmer. memasuki pintu utamanya tampak ruang dalam tempat makam Mumtaz Mahal yang gelap, untung ada jendela di kubahnya (mirip gaya bangunan Gothik). ada tangga menuju ke lantai bawah, namun dipasangi pintu teralis. pengunjung tak boleh masuk ke sana.
setelah baca Lonely Planet, baru aku tahu bahwa sesungguhnya makam asli terdapat di lantai bawah! mengapa pengunjung nggak boleh ke sana? karena makamnya dihiasi batu-batu permata yang luar biasa indah dan mahal! yang disajikan di lantai atas adalah 2 makam berjejer dikelilingi sekat ukir terbuat dari marmer, pengunjung hanya dapat mengintip dan mengira itu makam asli... ukiran bunga-bunga pada marmernya sangat indah, bila disenter, yang terlihat adalah ukiran bunganya yang bercaya. bila meraung ke atas, maka akan terdengar pantulan gema di seluruh ruang, dan ini bisa bikin bulu kuduk merinding... hehehe.
ada pengunjung yang kulihat nekat memotret makam (palsu) tsb. dan petugas langsung menghampirinya. ia bilang nggak tahu ada aturan dilarang motret. tetap saja filmnya diminta oleh petugas secara paksa. nasiiib. untung gue nggak ikutan nekat begitu ya? sayang sama film-film yang sudah kupake motret.
lalu jalan keliling bangunan Taj. ia diapit oleh dua bangunan serupa mesjid di kanan-kirinya (timur dan barat) yang persis sama bentuknya. hanya yang di sebelah barat adalah mesjid sungguhan. yang di timur bukan. mengapa? ya, karena kiblatnya ke barat, nggak mungkin bangunan di sebelah timur kiblaynya ditaruh di pintu! bangunan ini dibuat sebagai penyeimbang (simetris). dan seluruh ornamen di kompleks Taj memang dibuat simetris (seimbang), kecuali satu: makam yang diperuntukkan bagi Shah Jahan.
di belakang Taj mengalir Sungai Yamuna. di seberangnya ada sawah yang baru saja dipanen. indah sekali. bila melihat ke langit ada burung-burung elang berterbangan. yang ada hanyalah kelegaan. mungkin inilah yang dimaksudkan Shah Jahan dengan bangunan semahal ini. impiannya memang gila. dan ia memang gila, ia tidak dapat menikmati selesainya bangunan ini. ia mati dalam pengasingan, memandang makam istrinya tercinta dari sebuah lubang di Agra Fort. dan pembangunan diteruskan, bahkan sampai sekarang Unesco telah mengeluarkan banyak dana untuk melestarikannya dari kerusakan.
senja telah tiba, kami bergegas pulang. sebelumnya mampir di toko kerajinan marmer dan beberapa teman berbelanja di sana. bus melaju kembali menuju ke delhi. menuju ke alam nyata... welcome to the real world!
bersambung
Thursday, April 11, 2002
india trip 6 : walking-walking
ehhemm...
sebetulnya sih malam ini aku mau pergi nonton pekan festival film eropa di Siri Fort Auditorium... mulainya jam 20.00. namun karena tempatnya lumayan jauh dari sini, mungkin besok baru ke sana. padahal malam ini pertunjukan pkl. 20.00 film Italia: Ask me if I am happy.
aku suka film Italia, pertama logat bicaranya enak didengar (mirip Indonesia), kedua: tema film-nya biasanya humanis... waktu aku nanya ke miss Tuhina bagaimana pendapatnya mengenai logat bicara orang Indonesia, dia bilang: lucu kedengaran di telinganya... hehehe. padahal lebih lucu lagi kalo dengar mereka ngomong pake bahasa Hindi. setiap kali di dalam bis kernetnya teriak: "calo... calo..." artinya: maju... maju... kami jadi suka berteriak seperti itu: calo-calo... kalo berhenti: ruko. itu sih di indonesia: rumah toko.
pagi tadi rupanya beberapa penyanyi indonesia ikutan di bis kami menuju ke noida. ada kelompok Padi, Gigi dan Melly... ketika lagi bete di perjalanan, tiba-tiba mereka di belakang pada nyanyi lagu-lagu Indo. "Mahadewi"... si Tuhina kontan menoleh ke belakang. dia heran dan bertanya, "siapa tuh yang nyanyi, kok nggak kelihatan?" ternyata ada teman yang menyalakan laptop dan memutar lagu2 MP3, terus mereka nyanyi sambil terpejam di kursi... hehehe.
Tuhina bilang, lagu Indonesia enak di dengar... ia sihh, orang lagi homesick begini. :-) setiap hari di kamar putar puluhan saluran tv, yang ada cuma lagu-lagu india kuno maupun modern... dan nggak main-main, salurannya pake merek internasional: MTV, Sony, Z teve, StarTV, Discovery (pake bahasa India!), BBC, HBO... rupanya mereka punya stasiun India. lagu-lagu barat jarang sekali muncul. lama kelamaan jadi bosan juga nonton tv, selain mengikuti saluran berita.
sabtu kemarin kami dapat kesempatan untuk tour keliling Old Delhi. tujuan pertama ke Jama Masjid (means: Friday Mosque). ini mesjid tertua di India, bangunannya megah dan luas sekali. ada tour guide yang memandu kami, di samping miss Tuhina yang membahasakannya secara sederhana kepada kami. maklum guidenya bicara kencang sekali. masuk di Jama Masjid menaiki tangga batu yang cukup tinggi, kemudian di gerbangnya melepas sendal/sepatu. kamera dikenai charge Rs 100. aku ngumpetin kameraku di saku celana sehingga bisa lolos... hehehe.
halaman dalamnya luas sekali. banyak burung merpati dan elang berterbangan. Oh ya, seluruh kota delhi sangat khas dengan burung-burung yang terbang bebas di udara. banyak jenis burung bisa dilihat, dan mereka jinak-jinak, tidak takut pada manusia. di halaman masjid jama banyak jagung ditaburkan di halaman untuk makanan mereka. di tengah halaman terdapat kolam air untuk wudhu. aku ke sana untuk membasuh kaki, tangan dan kepala...
setelah dari sana, kami menuju ke Rajghat. kota Old Delhi adalah pusat pemerintahan India setelah dipindahkan dari Kalkutta (kolkata) oleh pemerintah Inggris. bangunan-bangunan di sini masih dipertahankan keasliannya, sangat padat dan macet, seperti masuk ke pasar saja. banyak pedagang buah, gorengan, dan ayam serta ikan! sayang kami nggak dapat mampir untuk membeli daging ayam/ikan di sini :-(... maklum kami dilatih jadi vegetarian, hehehe. Belum lagi ada karnaval gajah hias yang mengangkut patung entah siapa sedang lewat... jalanannya komplit macet.
Rajghat adalah areal pemakaman Mahatma Gandhi. lokasinya di pesisir sungai Yamuna yang subur. ironisnya, di sepanjang pesisir ini klan Gandhi bersemayam dalam keabadian. ada Indira Gandhi, Rajiv Gandhi, dan beberapa lagi.. namun yang kami kunjungi hanya Rajghat tempat abu Mahatma Gandhi disemayamkan. tempatnya sangat asri dengan lapangan rumput. kami pun musti melepas alas kaki.
lantai batu ke tengah areal tidak terasa panas, padahal kami tiba tengah hari. terdapat semacam makam terbuat dari batu granit hitam, di sebelah kepalanya menyala obor abadi, tak kan kunjung dipadamkan... mungkin ini simbol semangat Gandhi yang tetap menyala di hati India. ada tulisan Hindi di atas makam batu granit tsb, kata Tuhina berarti: "O God, to you I lay my soul"... setelah itu kami jalan kaki lagi kembali ke bis.
kali ini menuju ke Kuil Sikh (Gurudwara). pertama tiba, kami berkumpul di tempat informasi resmi mengenai areal kuil ini. peringatan dilarang membawa rokok terus diulang-ulang. keunikan orang Sikh rupanya ada pantangan merokok dan mereka tidak pernah memotong rambut seumur hidup (hanya sekali saja sewaktu masih balita). makanya dua usaha dagang ini nggak bakalan berani buka usaha di tengah Sikh: Marlboro dan barber shop... hehehe.
kami masuk ke kuilnya bersama para peziarah lain. sewaktu naik tangga memasuki kuil, tangan mereka menyentuh lantai lalu diusapkan ke jidat, mulut dan dada. aku pun coba mengikuti. di dalam ada pedanda (pemuka hindu kalo di bali sih) lagi duduk memegang untaian kembang. para peziarah mengatupkan tangan di belakangnya. aku pun juga ikut... teman-teman rombongan nggak berani mendekat. aku menunggu sampai diberi kembang oleh pedanda. dan diberi! hehehe... kembang mawar dan kembang kuning, harum sekali.
kami sempat membeli beberapa souvenir di sana: pedang dan pisau. nah ini yang masih membingungkan, katanya bakalan ditahan kalo melewati imigrasi nanti. Ada teman yang gila ngumpulin koleksi pedang. dia tenang-tenang saja... mungkin karena dia orang pemda di Sumatera... hehehe.
habis itu, kami ke Tata Infotech di Srikandra road untuk makan siang: pizza Domino. kali ini non-veg alias pake ayam... nyam. pizzanya enak sekali, karena potongan daging ayamnya gede sekali... hehehe, dasar karnivora!
lalu lanjut ke India Gate (sudah pernah kusinggahi sebelumnya) dan ke rumah presiden (Rashtrapati Bhavan). kami nggak bisa mampir di sini, karena alasan sekuriti nggak ada bis yang boleh berhenti di situ.
kami lanjutkan perjalanan ke Lotus Temple. ini kuil Bahai. bentuk bangunannya seperti Lotus raksasa. dan memang khas... mereka percaya pada api. Eternal flame. kami pertama kali diajak audiensi dengan seorang juru bicaranya (kukira malah pendetanya), orang Amrik bernama David... segala mengenai Bahai. Gila juga, mereka menganut semua ajaran nabi-nabi semua agama! wahhh, ini sih namanya gado-gado. cita-citanya lumayan ideal: perdamaian bagi dunia tanpa diskriminasi. kami masuk ke Lotus temple, dan memang ruangannya nggak pakai ornamen apa pun selain kursi untuk duduk, dan... bengong.
aku sempat foto ruangannya... kemudian dapat teguran dari seorang petugas Bahai. galak juga tuh cewek, dia bilang: heh, dengar nggak penyampaian tadi nggak boleh motret di sini?! kukira tadi si David nggak bilang gitu kok. ihhh, aku jadi nggak enak... secara bergurau aku bilang ke teman-teman, tadinya sih aku tertarik mau masuk ke aliran Bahai, tapi setelah tahu bahwa mereka ternyata bisa juga marah... nggak jadi deh. hehehe....
tapi halamannya yang dihiasi tanaman kembang-kembang memang sangat menarik dan indah! sewaktu jalan keluar kompleks, ada stand Coca-Cola ternyata di areal kuil ini. waahh, agama manapun kayaknya masih kalah dari agama satu ini: Coca-cola... tersedia di mana saja! tanpa membedakan suku bangsa, kasta, aliran politik... always! "life ho to aisi", itu bunyi iklan Coke di sini (artinya dlm bhs Hindi: hidup seharusnya seperti ini).
lalu kami meneruskan perjalanan ke Qutub Minar. ini bangunan kuno yang berupa menara batu. di dindingnya ada relief Qur'an, indah sekali. sayang pengunjung tidak diperbolehkan lagi naik ke atas menaranya, setelah beberapa korban jatuh dari atas menara, entah sengaja (suicide) ataupun insiden (katanya pernah ada serombongan anak sekolah naik ke atas menara, tiba-tiba lampu padam, meraka panik berebutan turun, dan banyak yang tewas)...
hari telah sore, dan bis mengantar kami kembali ke hotel. di perjalanan, gantian si Tuhina ngerjain kami. dia meminta semua wakil daerah di Indonesia untuk maju menceritakan kekhasan daerahnya... kami ketawa-ketawa sepanjang jalan. maklum, tidak hanya itu saja, kami diminta menyanyi atau berpuisi.
ada teman dari Yogya, dia membawakan sajak Chairil Anwar, dan coba menerjemahkannya secara tidak resmi. begini bunyinya:
Me
if my time has come, i don't want anybody to seduce me
neither you!
(jeritnya sambil nunjuk ke Tuhina, kontan kami ketawa ngakak...)
i am just an animal bitch
threw out from his group
and i want live
one thousand year more
...
plok-plok-plok
ramai sekali...
bersambung
Tuesday, April 09, 2002
india trip 5 : home sick home
hai,
sorry lama nggak nongol, beberapa dari peserta sempat sakit di sini... nggak berat-berat amat, paling flu, batuk dan home sick... setiap pagi setelah sarapan pagi di hotel, kami dijemput dengan bus sekolah (sungguh, depan bis tertulis "school bus"). tempat training kami lumayan jauh, lebih satu jam perjalanan keluar delhi menyeberangi sungai yamuna, menuju daerah industri bernama "noida".
noida adalah distrik departemen industri, singkatan dari New Okhla Industrial District Area, khususnya untuk ekspor. sepanjang jalan panas terik dan berdebu. melewati beberapa kawasan kumuh delhi. gubuk-gubuk seperti rumah liliput berjejer (sebut saja "bantar gebang"-nya delhi), sangat kontras dengan mobil-mobil yang lalu lalang dan proyek pipa air dari sungai yamuna untuk distribusi air minum penduduk delhi. sampai di kantor tata di noida, suhunya menjadi dingin ekstrim. apalagi kalo bukan karena pendingin ruangan. sialnya, mereka memakai AC sentral, pengaturan dari luar ruangan.
makan siang di tata infotech memang ajaib. menunya dari hari ke hari, percaya tidak, semua sama: roti, nasi, dhal (kacang atau kentang masak bumbu kari), acar wortel/tomat... secara bergurau kubilang, ini kali ya kunci sukses perusahaan tata, di semua cabangnya menunya semua seragam. sewaktu di tempat training pertama (sikandra road) menunya sama dengan di noida. Vegetarian menu. miss Tuhina bilang memang demikianlah menu di tata... :-) jam makan siang, keluar dari kelas, kami antri mengambil nampan logam untuk diisi dengan makanan tadi... hehehe, teman bilang ini sih kayak reuni penghuni penjara cipinang.
sarapan pagi di hotel? jangan ditanya. menunya juga seragam dari hari ke hari. dan vegetarian pula.
selesai tutorial sore hari, bis sekolah sudah menjemput kami. melewati jalan yang sama dengan suhu panas dan berdebu... rasanya kami sudah merindukan cepat-cepat tiba di kamar hotel. dan memang beberapa jadi jatuh sakit. ada teman yang homesick, dia bilang rasanya pingin balik ke jakarta untuk memeluk bantal gulingnya... hehehe. soalnya di hotel cuma ada bantal kepala. bila sudah demikian, biasanya kami ketawa-ketawa ngobrol mencoba melupakan panasnya delhi...
ada satu tempat makan yang terselip di Janpath road. namanya "Don't Pass Me By". tempat ini menjadi hiburan tersendiri bagi semua peserta dari Indonesia. kebanyakan pada saat makan malam suka lari ke sini. apalagi kalo bukan karena di sini menyediakan menu bernama "nasi gerong". sungguh, di daftar menunya tertera demikian. isu tentang masakan ini sudah tersebar jauh hari di antara peserta saat sarapan pagi.
aku mau mencobanya. lumayan harganya Rs45, paling mahal di antara masakan lain di menunya. campurannya rupanya yang bikin enak: ayam, kacang kapri, dan "chapter one" (bab-1)... hahaha. itu kata tukang masaknya padaku. ya astaga, padahal teman-teman yang lebih dahulu mengetahui tempat ini seharusnya tidak boleh makan campuran ini. tapi tukang masaknya bilang, ia tinggal menyesuaikan campuran "nasi gerong"nya bila memang diminta.
rumah makan "Don't Pass Me By" memang unik. yang masak orang India, tapi bossnya dari Nepal. Don't Pass Me By itu terjemahan dari istilah Nepal: "Lhama". aku lebih suka masakan Chicken Fried Rice/Noodle-nya. di sinilah hari-hari kami sebagai vegetarian berakhir... :-)percaya tidak, buku independen macam Lonely Planet ternyata merekomendasikan tempat ini.
di antara teman-teman muncul beberapa kosa kata bahasa Inggris yang baru. pernah waktu kami serombongan naik bus menuju ke NIC (National Information Centre) alias departemen informasi negara India, kami terpaksa lama menunggu di bus. karena Mr Puneet lagi nego sama Inspektur Vijay yang jaga di gerbang. uhh, sangar amat sistem keamanan kantor ini. di samping pos jaga keamanan, ada setumpuk karung pasir dengan senapan AK 47 terkokang, dan inspektur Vijay ada di baliknya. teman langsung nyelutuk: ini sih namanya "throwing-throwing time"... (buang-buang waktu, maksudnya), hehehe...
kemudian, inspektur vijay masuk ke dalam bus kami memeriksa satu persatu penumpang, baru bus kami boleh masuk... teman langsung nyelutuk: heh, don't mix follow, ya... kami jadi cekikikan (maksudnya: heh, jangan ikut campur, ya...).
sampai di gedung NIC, semua kamera foto dan video musti ditinggalkan di front desk. tanpa kecuali. kemudian naik ke lantai 7, tempat konferensinya. Beberapa bangunan pemerintah di Delhi tampak sangat kontras. dijaga sangat ketat dari segi keamanan, namun dari segi kebersihan? no way. beberapa tempat dan sudut terlihat sangat kotor dan berdebu, malahan mirip gudang.
di ruangan konferensinya kami dijelaskan fungsi vital NIC bagi india. NIC rupanya mengambil alih semua fungsi informasi semua sektor di India. Termasuk infrastruktur jaringan pipa air, listrik, telepon dll. mereka memiliki detail gambar lorong-lorong kota delhi dan pipa-pipa yang terhubung di sana. Sehingga jarang terlihat ada penggalian jalanan, karena semuanya terkoordinasi baik. saat ini mereka sedang mengerjakan proyek kereta bawah tanah, bernama Delhi Metro. di lokasi tempat rel Metro ini terhubung, tidak terlihat pembongkaran tanah secara mencolok.
tiba di hotel, seorang teman langsung berteriak: "my stomach is not delicious..." , sesaat kami bingung maksudnya apa. ternyata dia mau bilang bahwa perutnya nggak enak rasanya... hahaha. kami tertawa setelah ia menjelaskan. dan memang ia kreatif dalam menciptakan plesetan bahasa Inggris.
demikianlah homesick-nya peserta dari Indonesia, jadi kangen dengan segala sesuatu yang ada di Indonesia: makanannya, iklimnya, dll...
bersambung
[india trip berikut aku akan ceritakan pengalaman acara jalan-jalan rombongan kami ke beberapa obyek wisata di Old Delhi... sudah malam sihh, aku musti ke Don't Pass Me By...:-)]
Tuesday, April 02, 2002
india trip 4 : easter!
nah kali ini tentang perayaan paskah di India...
selamat paskah buat rekan-rekan yang merayakan! hari Jumat kemarin bertepatan dengan hari raya Holi. banyak teman yang takut keluar dari hotel setelah diwanti-wanti Mr. Puneet mengenai kekerasan yang sering terjadi di Holi. ada iklan layanan masyarakat dari kepolisian dimuat koran lokal yang mengingatkan bahaya "hooli-ganism" di hari Holi, dikisahkan seorang perempuan yang takut keluar rumah pada hari Holi setelah kakaknya pria menjadi buta setelah kena semprotan warna di matanya setahun lalu.
aku sih pingin melihat jalan yang tampak lengang. apalagi penasaran mencari lokasi Katedral, setelah semalam nyasar di Presbyterian Free Church. ada sopir rickshaw melihat dan mengejarku, ia pingin menggosokku dengan bubuk warna untuk merayakan Holi denganku... aku bilang, sorry, please don't do that... hehehe. ia pun pergi. kemudian balik lagi, nanya kemana aku mau pergi. aku bilang "just walking". Dia bilang semua toko-toko pada tutup hari ini. ia minta Rs. 10 untuk mengantarku ke pasar. lalu ia membawaku jalan melewati Katedral menuju Emporium Market. ternyata ini gedung tempat jualan kerajinan... mahal-mahal lagi. di sana aku cuma terpesona melihat kerajinan tangan, dan melihat harganya... alamak! penjualnya nanya, sudah punya istri? aku jawab belum. dia bilang untuk pacarmu saja deh... aku bilang, wah repot nih, aku punya pacar hampir di semua kota... hahaha. and I won't spend all my money for those things... hahaha.
kami lalu ngobrol. penjaganya pria amat senang diajak ngobrol. dia bilang Sharukh Khan (aktor di Kuch Kuch Hota Hai) amat terkenal di sini. bahkan ada rekan kerjanya (perempuan) mati-matian akan membelanya jika Sharukh Khan dijelek-jelekkan... hehehe. tanpa dia bilang begitu, aku sudah tahu dari saluran tv yang setiap hari diputar di kamar. Sharukh Khan jadi model iklan mobil, telepon selular, dll. malahan ada kaset lagu yang ia nyanyikan dengan pemain latar (background) Vajpayee, PM India! Miss Dolly, tutor kami bilang, itu bukan Sharukh Khan yang nyanyi, dia cuma dubbing pake suara orang lain. dasar! sayang si Kajol nggak pernah nongol di tv. kata penjaga toko di Emporium, eranya emang sudah lewat. ada bintang yang bersinar, ada yang meredup....
dari Emporium, sopir bajaj yang ternyata setia menunggu di luar mengantarku ke Katedral. pkl. 14.15. kupikir ibadat Jumat Agung (wafat Yesus) dimulai pkl. 1500. ternyata sudah dimulai, gereja sudah penuh.
ada layar tancap ditaruh di depan. ternyata film Jesus of Nazareth diputar. khususnya adegan Kisah Sengsara yang mengiringi setiap perhentian (stasi). diselingi dengan kilasan adegan kesengsaraan masyarakat, seperti kerusuhan di Gujarat, pembunuhan perempuan, aborsi, kemiskinan... wow, terkesan vulgar. tapi bukankah itu adegan sejarah manusia yang terus diputar ulang di panggung kehidupan? dan itulah yang mengantarku merenungkan wafat Yesus di hari itu.
selesai jalan salib, pkl. 15.15, ternyata ada Pak Sungkana dan Pak Agus, mereka baru saja masuk, karena mengira ibadat mulai pkl. 1500. kami lalu jalan-jalan ke perpustakaan katedral. di sana sedang ada eksibisi bertema "Kekerasan dan Perdamaian" oleh komisi justice and peace India. di sana dipaparkan kliping berita kekerasan di India, terlebih foto-foto pembunuhan di Gujarat. Atas nama Ram (Dewa Rama?) umat beragama saling membunuh! mereka memperebutkan Kuil Hindu dan Masjid yang dibangun pada lokasi yang sama... dan foto orang-orang yang hangus terbakar di KA benar-benar mengerikan!
Ibadat Jumat Agung baru mulai pkl. 18.30. kami kembali ke hotel untuk istirahat. kemudian setelah mandi, jalan lagi menyusuri Ashoka Road ke Katedral, ternyata jaraknya cuma 20 menit jalan kaki. Ibadat diadakan di tengah lapangan St. Columba's School. beratapkan langit. duduk berjejer-jejer manusia dari beberapa bangsa: Eropa, Afrika, Asia... yang lebih seru adalah perayaan Malam Paskah, Sabtu pkl. 2300!
dan kami ke sana kembali keesokan harinya, merayakan Paskah di tengah lapangan. untung aku bawa sweater tebal. ada teman yang bukan katolik juga ikut. Misa malam paskah dipimpin uskup agung (archbishop) dalam bahasa Hindi dan English bergantian. aku senang sekali dengan kelompok penyanyinya, terdiri dari anak-anak muda, suaranya merdu sekali dan iramanya nge-pop. tidak ada dirigen yang memimpin, tapi nyanyinya kompak sekali...
kupikir dalam hal ini mereka lebih maju daripada kita :-)
sewaktu uskup kotbah aku cuma nangkap istilah Hindi "pyaar hota hai" (cinta pada kita), "prabhu Jesu" (Gusti Yesus), dan beberapa yang sempat kupelajari di film India... hehehe. untung habis itu, uskup pakai bahasa Inggris.
oh ya, sewaktu datang kami berkenalan dengan suster dari MC (Missionary of Charity) dari Suster Theresa. kebetulan susternya dari Filipina. cuma anehnya dia nggak mau difoto bareng, katanya ini larangan bagi mereka para suster untuk difoto... kubilang, tuh Mother Theresa banyak difoto kok. dia jawab, itu sih lain cerita... hahaha.
misa selesai pkl. 0200 pagi. happy easter!
kami berempat jalan kaki kembali ke hotel. menyusuri jalan Ashoka yang sepi.
bersambung
india trip 3 : boneka india
wah trainingnya sampai jam 1700, pulang capek... lagipula fasilitas internet di tata infotech nggak diberikan kepada peserta training L, jadi pulang training kalo sempat baru ke warnet di connaught place, jalan sekitar 2 km.
kemarin (senin) habis training kami sempat jalan-jalan ke india international centre, alias pusat kebudayaan india (seperti IKJ/TIM), kebetulan ada festival tarian tradisional india selama 2 hari, kemarin hari terakhir. kami naik auto-rickshaw (kayak bajaj) bertiga. sopirnya sempat nakal pura-pura tidak tahu dimana tempatnya, kami diajak putar-putar nyari dan minta ongkos tambahan, untung ada teman dari bali yang sudah ke sana pada hari pertama pertunjukan. ketika sampai di lokasi sopirnya bilang: 'kukira tadi bilang Indira International Centre', gila nggak??
soal tipuan gini, Buku Lonely Planet cukup membantu. ada teman yang kena tipu waktu jalan-jalan ke Janpath Market pada hari pertama tiba di Delhi. saat menyeberang jalan lewat subway (oh ya, lalu lintas di delhi sangat ramai, tempat nyebrangnya lewat bawah tanah, ada 4 terowongan ke 4 arah), ada 2 orang
mendekati mereka berdua. katanya ada kotoran (maaf, "tahi") di sepatunya... dia melihat, dan memang benar, katanya... orang india itu nawarin untuk membersihkan dengan kain lap dan semir yang dibawa. tapi dia minta bayaran dalam USD. karena dia bawa USD 5, akhirnya deal. sepatunya dilap dan digosok mengkilap...
saat di hotel dia ceritakan kisah ini, lantas ada teman bilang, tipuan begini mpakai cara sugesti/hipnotis kali ya... soalnya di Lonely Planet ada warning soal tipuan ini. setelah itu, ia jadi penasaran ingin kembali ke subway, mencari orang tsb dan meyakinkan diri bahwa itu memang kotoran sungguhan! hahaha...
kembali ke festival tarian, wahhh... selama 2 jam kami mabok menikmati pertunjukan tarian tradisional India. sayangnya kami nggak ngerti jalan ceritanya, selain ketika penari tsb melakonkan sedang menarik kain tanpa kunjung putus... kalo nggak salah ada di Mahabharata ttg Dewi Drupadi yang kain sari-nya hendak dibuka oleh Dursasana. mengherankan, penarinya perempuan rata-rata gendut dan sudah berusia... namun ada penari yang muda-muda kelihatan seperti boneka, kusebut Boneka dari India. lincah sekali seperti robot mengikuti tabuhan gendang, petikan sitar dan nyanyian ekstase sang penyanyi. ada beberapa teman menyusul masuk ke gedung pertunjukan, sehingga kami berdelapan di sana. selesai pukul 21.30... rickshaw motor nggak ada lagi, terpaksa jalan kaki menyusuri jalan sambil ketawa ketika melihat ada seekor sapi dengan santainya melenggang di tengah jalan. mobil-mobil yang malah minggir...
untung di tengah perjalanan ketemu rickshaw. sopirnya menawarkan Rs 40 untuk ber-4, dan Rs 80 untuk berdelapan! Ini mah gila! mobil seukuran bajaj mau di-isi 8 orang plus sopir! karena kami masih waras, 4 orang yang paling tua (al. Pak Sungkana dan Pak Ferry dari Papua) yang duluan berangkat.
Oh ya, sore ini Presiden Megawati beraudiensi dengan utusan peserta training. KBRI cuma menyediakan kesempatan untuk 10 orang saja. aku mah nggak ikut. Ntar dibilang kayak Pimred (pimpinan redaksi, red.) di Indonesia, ikut-ikutan pake uang negara jalan-jalan ke LN.... padahal kita mah pake uang pemerintah India lagi! hehehe...
sore ini aku jalan ke India Gate. monumen megah di tengah lapangan. Tampak mirip benteng Bradenberg di Eropa (Jerman?) ya? di masing-masing dindingnya terukir nama-nama 70.000 tentara India yang gugur dalam beberapa peperangan besar. Sehingga India Gate dikenal sebagai monumen pahlawan. tampak sekali betapa mereka respek pada pahlawannya dengan monumen semacam ini. pengunjung tidak diperbolehkan masuk menyentuh dindingnya, selain melihat dari jauh dan memotret. ada beberapa inspektur Vijaay J berjaga di sana dengan tulisan "do not enter".
bahan pelatihan kami di sini? UML (Unified Modelling Language) dengan Rational Rose. sekilas bisa dilihat pada www.rational.com/rose. rose ini sih bukan jenis bunga-bungaan, tapi bagaimana membuat model perancangan dan evaluasi sistem. aku juga mengumpulkan beberapa buku mengenai bahasa program yang kompatibel. tampaknya harus banyak belajar lagi nih... aku salut pada tutor kami, perempuan-perempuan India, tapi bukan main ilmu komputernya... ada teman yang iseng menanyakan kira-kira berapa gajinya di India ya? kalo di Jakarta, ia tentu bisa mendapat gaji yang lebih besar... aku bilang, jangan mimpi, karena mereka punya kecintaan yang lebih besar pada negerinya sehingga nggak terpengaruh iming-iming gaji tinggi di negara lain, sekalipun USA.
dan ironis bukan, mereka yang mengundang dan membayari kita di sini... di kaki lima, aku sempat baca majalah "India Today" tentang lawatan Megawati ke India. ada sindiran bahwa Indonesia negara perairan terbesar di dunia, tapi hingga sekarang Indonesia satu-satunya negara yang nggak kunjung lepas dari krisis ekonomi di Asia. kunjungan presiden juga dalam rangka minta bantuan kerjasama militer, buat membeli peralatan perang punya inspektur Vijaay... hehehe.
kayaknya indonesia perlu belajar banyak dari negeri boneka india, selain itu punya semangat kebanggaan pada diri (secara positif).
bersambung
Saturday, March 30, 2002
india trip 2 : city of colors
hai,
dongeng india trip kulanjutkan ya...
tiba di bandara new delhi, kami dijemput oleh 2 staf kedutaan dan pihak tata infotech. rasa-rasanya mereka habis begadang menunggu kedatangan rombongan kami, karena pesawat kami mendarat pkl. 04.00. kami naik bis menuju hotel kanishka... lumayan, hotel berbintang lima, dan lokasinya di tengah kota, dan menurut petugas lokasi ini aman dari keramaian... karena beberapa teman merisaukan imbas kerusuhan di gujarat.
di sinilah cerita dimulai.
sarapan pagi pkl. 08.00. menu ala india. beberapa sempat komplain karena tidak cocok dengan lidah indonesia. hehehe... saya sih oke-oke saja, karena perutku sudah di-set untuk menu internasional. hampir setiap pagi disediakan kentang (pure, atau rebusan dipotong-potong), ditemani nasi goreng atau mie goreng, plus sereal dan susu. gulanya berbentuk kubus, padahal kalo diperhatikan kubus tsb terdiri atas gula pasir yang dipadatkan. mungkin ini cara mereka untuk menakar manisnya minuman dengan cukup 2 atau 3 kubus gula.
hari pertama belum ada kegiatan selain istirahat di kamar... nah masalah muncul waktu siang... where should we go for lunch?? dari jendela kamar kami dapat terlihat Jl. Janpath yang panas terik. aku nggak niat jalan di siang bolong mencari makan. teman sekamarku (namanya Purnadi) juga begitu... untung aku bawa supermie, ditambah alat masak yang dipinjamkan Pak Lis... Thanks God. I'm saved... hehehe. kami masak supermie, Indonesian typical ya?
sorenya baru aku jalan-jalan ke pasar janpath. makanan yang ramai dibeli di sana adalah burger, chicken patty, dan masala dosa... sungguh, namanya masala dosa, rasanya enak sekali... terdiri dari dua lapis roti diisi dengan bumbu kari di tengahnya, dimakan dengan saus tomat, harganya lumayan sekitar 20 rps. burger 10 rps. aku nggak berani ke mcdonalds karena 1 bigmac harganya 80 rps. alias setara dengan 8 burger biasa. hehehe...
hari kedua baru kegiatan kami dimulai. instrukturnya bernama Mr. Puneet. ditemani dengan Miss Tuhina. nah yang ini ada ceritanya, ia menjadi primadona training kami... hehehe, alias banyak peserta berebutan untuk minta foto bareng. katanya sih mirip Kajol. dan memang ia... kenal Kajol khan? itu lho yang main di film Kuch Kuch Hota Hai. oh ya, "Tuhina" menurut orangnya berarti: "dewdrops", alias tetes embun. dia jadi embun di tengah panasnya kota delhi, kata seorang teman. hehehe...
Kami dibagi dalam 2 group. saya masuk group 1, terdiri dari 15 orang. Sedangkan group 2 lebih banyak: 26 orang. sayang si Tuhina ngajar di group 2. group kami sementara ini dilatih oleh miss Dolly.
suatu sore, Omar Abdullah, Menlu India datang mengunjungi kami... acara disiapkan di halaman samping gedung Tata. sewaktu menlu masuk ke area, protokoler menyambutnya. teman-teman pada melongo, apalagi putri-putrinya, karena menlu ini lebih mirip bintang film barat. orangnya putih, berkacamata, berpakaian kasual. nggak nyangka dia menteri, apalagi datang pake mobil buatan india yang bentuknya kayak VW kodok. sederhana sekali. dia dikawal 2 tentara dengan senapan terkokang... kusebut mereka Inspektur Vijaay. ada olok-olokan polisi Indonesia mirip Inspektur Vijaay, suka datang terlambat kalo kejadian sudah lewat.
sayang Pak Menlu selesai upacara langsung pergi meninggalkan kami. Padahal beberapa peserta putri kesengsem pingin foto bareng. iseng aku coba nanya ke Mr. Puneet apakah pak menlu itu orang Inggris, dia bilang pak Menlu itu asli India, tapi dari Utara keturunan Arya. rupanya ada juga India putih.
sore itu kami akhirnya berfoto dengan bos-bos dari Tata Infotech dan kedutaan Indonesia. perusahaan Tata adalah milik swasta, namun merupakan perusahaan konglomerasi terbesar di India, dan memang mereka layak dibanggakan. Banyak mobil India buatan Tata, selain bergerak dlm usaha telekomunikasi, bank, dan teknologi. tampaknya mereka punya kebanggaan atas produksi dalam negeri. mungkin ini imbas ajaran swadeshi Gandhi... perusahaan Tata tidak mau mempekerjakan satu pun tenaga asing di perusahaannya.
ada sebuah iklan perusahaan di sepanjang jalan Janpath yang aku senang sekali bunyinya: "We make the things that makes India proud"... bukan main bila ini jadi motto orang Indonesia!
hari Kamis sore, menjelang long weekend, kami punya acara gila-gilaan... main Holi! hari Jumat (29/4) adalah hari libur resmi di sini, yakni hari raya Holi. perayaan memasuki musim semi dari musim dingin (padahal India sudah panas bukan main). holi dimainkan dengan menggosokkan bubuk warna-warni (namanya gulal) ke muka orang... hehehe. malahan ada yang lebih dulu dilempari dengan balon air, kemudian ditaburi bubuk warna. kesempatan ini digunakan untuk menggosok muka Tuhina dan Mr. Puneet... kami tertawa-tawa sambil kejar-kejaran di halaman Tata. pokoknya nggak ada yang selamat dari gosokan warna! katanya ini melambangkan keceriaaan, optimisme menyambut musim semi. habis itu kami makan-makan makanan khas Holi. Lalu foto-foto lagi...
mustinya sih menurut pakem Holi yang kudengar di warung samping hotel, sesudah menggosokkan warna ke wajah orang, orang tersebut dirangkul lalu dicium... yang begini baru kulihat keesokan hari waktu jalan-jalan menikmati perayaan Holi penduduk. sayang, kami nggak tahu sebelumnya... hehehe.
Kamis malam, aku mencari gereja katolik di dekat hotel, karena menurut iman kristiani hari Kamis ini dirayakan sebagai malam perjamuan terakhir Yesus sebelum wafat. Mr. Puneet bilang gereja katolik terdapat di jalan di sebelah kanan hotel... orang-orang di jalan juga bilang begitu. dan memang di ujung jalan ada sebuah gereja. kutanya satpamnya (orang india) apakah ini gereja katolik? dia ngangguk. aku masuk... hehehe, ternyata ini gereja presbyterian, namanya Free Church. ritusnya mirip gereja katolik, nggak ada ekaristi tapi dibagikan komuni. aku maju saja. di depan altar orang pada berbaris berlutut lalu komuni dibagikan, juga satu cawan anggur... ehm, rasanya manis. hehehe... nakal juga si toni. untung pendetanya nggak nanya-nanya...
bersambung
jam 5:14:00 PM 0 komentar
Tuesday, March 26, 2002
india trip 1 : prolog
salam,
sorry baru sempat on-line sekarang, nyari warnet baru ketemu... keliling connaught place berputar-putar nyari dish-net, tahunya nyempil di antara bangunan, naik tangga baru keliatan ada warnet yang kata panitia di sini cukup murah (20 rps/30 menit).
tadi sempat nyasar di pasar subway (palika bazaar), gara-gara saking luasnya areal connaught place. pasar palika itu semacam glodoknya new delhi, banyak jual cd bajakan. Kemudian berputar-putar, ketemu toko buku... wow, ternyata emang di india toko bukunya gila-gilaan, lengkap seperti perpustakaan, dan harganya... yang pasti lebih murah dari toko buku di Changi airport. saya bandingkan buku trilogi JRR. Tolkien Lord of The Rings (edisi lengkap satu buku tebal berisi trilogi) di Changi bila dikurs Rph kl. 300 ribu perak. di sini cuma sekitar Rs 400 (kl. Rp 80.000,-) mau beli, tapi liat-liat dulu, soalnya waktu tinggal di sini masih lama, jadi uang saku musti dihemat, hehehe... kalo nggak entar musti jalan kaki balik ke indonesia. hahaha...
selain itu, buku-buku teknik komputer memang di sini gudangnya, apalagi penerbit BPB (Bombay Publisher) berani ngasih harga murah buku-buku/CD terbitannya. ada juga terbitan macam McGraw-Hill, Pearson, dll, dikasih lebih murah dalam kurs rupee. oh ya, Pak Lis menyarankan untuk mencari buku tourist guide Lonely Planet ttg. Delhi waktu di Changi, di situ harganya kl. Rp 150.000,-. di Delhi cuma sekitar Rs 500 (kl. Rp 100.000,-) hehehe... untung belum kubeli waktu di Singapura karena kulihat sdh ada teman serombongan yang membeli buku itu.
oh ya, kami serombongan ada 41 orang.
berangkat ke airport di Jakarta hari Minggu kemarin. aku dari ciputat naik taksi ke bandara, dan lumayan... nyaris telat, karena aku masih sempat naik motor ke atm untuk narik uang buat bayar fiskal dan airport tax yang lumayan... Rp 1.100.000,- kemudian nyari kamera buat foto, di carrefour lebak bulus
kameranya murah tapi jelek, ada yang bagus tapi kemahalan... hehehe. aku sempat putar2 di ciputat nyari kamera sampai di ramayana.
jam 11.30 aku buruan pulang untuk kemas2, sambil nyegat taksi yang ketemu di jalan. maklum, jalan sekitar ciputat suka macet bisa kelamaan di jalan. di rumah ciputat nggak ada orang-orang, karena ipar dan kakak sedang ikut retret ME, sedangkan adik bayi dan babysitter lagi ada acara kumpulan babysitter. so, i'm going alone into the nothingness... hehehe, itu sih puisi yang baru kubaca waktu di jakarta.
masuk di tol bandara, ibu Utari sudah nelpon nanya ada di mana?
ternyata rombongan peserta udah ngumpul di sana. foto-foto dulu... aku sih senang aja di foto, karena nggak bawa kamera. hehehe... terus ngurus boarding pass dan fiskal. pernah waktu kakak ipar ngantar aku terbang ke makassar via gate ini (Lion Air pake gate penerbangan LN), aku guyon bahwa suatu saat aku akan lewat gate ini lagi tapi untuk ke LN. and the day has come. what a day!
pkl. 14.30 kami boarding ke pesawat Air India. pesawatnya penuh dengan TKI yang mau ke Arab pada pake jilbab. dan rombongan kami berada di tengah-tengah :-) pramugarinya orang india (jelaslah... hehehe), tapi pelayanannya kurang simpatik. meals untuk penumpang tampak seperti dilemparkan begitu saja di bangku untuk makan. sehingga Pak Oka (peserta dari Unud) yang duduk di sampingku bilang, dikiranya kita ini juga TKI kali ya... hehehe. TKI cakep tapi.
untunglah ada film komedi (the Nanny) dan saluran musik menemani sepanjang jalan. Kami dapat tertawa keras nonton film lucu, sehingga nggak terasa menyebalkan. Tiba di Changi pkl 17.30. wow, beda sekali dengan bandara yang pernah kulihat. kukira kami mendarat di tengah supermarket! karena saking banyaknya shopping place di sana. Aku sebelumnya disarankan untuk mencari tempat pendaftaran city tour (gratis) di sana. dan memang ada. seat yang tersedia sisa 4, karena city tour terakhir jam 18.25. saya menawarkan kepada rekan-rekan serombongan, dan mereka pada rebutan ingin ikut serta... sayang, tempatnya terbatas.
aku titip dulu tas jinjing (berisi supermie, kecap dan sambal kemasan, hehehe) ke locker. tarif sewanya S$3 (setara kl. Rp 15.000,-) berarti supermiku dll jadi lebih mahal lagi harganya, hahaha...
gobloknya aku, uang US$100 yang kupake tukar dengan S$3, jadinya USD jadi pecahan kecil-kecil. maklum baru belajar hitung pake uang asing. :-) tapi city tournya memang nggak mengecewakan... dari beberapa gate di changi, peserta dikumpulkan dalam 2 bis. keliling gate bandara pake kereta kapsul, kemudian keluar pake bis. It's Singapore... clean dan beauty. taman bunga sepanjang jalan, sunset di seberang. wow.
kami ke raffles harbour, di sana ada patung om raffles berdiri menandai tempat mendaratnya pertama kali di S'pore. di sampingnya ada sungai besar membelah. kami naik perahu menyusuri sungai melihat2 kehidupan senja di S'pore. Sepanjang sungainya banyak resto, ada juga pasangan pengantin yang lagi asyik jalan2 menyusuri. teman bilang, kalo itu terjadi di Jkt, bisa-bisa dikeroyok tuh pengantin dimintai derma... hahaha. perahunya antik, pake lampion di sepanjang tepian. kami duduk di bangku paling depan, sambil berfoto2. aku nitip foto pada teman yang bawa kamera digital. Ntar aku copy filenya.
sampai di patung singa, ternyata lagi direnovasi... kemudian balik lagi ke raffles harbor, terus naik bis ke bandara. hari sudah gelap. tapi tour leadernya semangat sekali bercerita memandu kami. dan dia bisa tertawa-tawa, seolah-olah hal itu baru pertama kali baginya... padahal tentu saja ini sudah kesekian kalinya dia memandu turis city tour. oh ya, tarif naik perahu resminya tertulis di loket S$5, tapi kami yang ikut city tour sama sekali gratis. kubilang, coba pemda Jkt bikin kali ciliwung seperti ini... hehehe, mimpi kali yee. soalnya kali ciliwung di Jkt cuma bisa disumpahi sebagai sumber banjirlah, sarang pengemis di bantarannya-lah, dll...
tiba di bandara kembali. aku jalan-jalan sendiri mau melihat2 seluruh toko di sana. penerbangan ke delhi baru pada jam 00.30. nyari makan? nggak ahh... harganya membuat rasa laparku hilang, hahaha... masak harga nasi goreng satu piring, kata teman dibelinya setara dengan Rp 60.000,- untung aku ada bawa bekal kue pastry (beli di carrefour) dan kue talam (buatan babysitter sebelum berangkat). ditambah aqua satu botol, lumayan...
pkl. 00.30 kami terbang menuju india.
capek. bobok pulas. meski pesawatnya nggak lebih baik dari yang pertama. soalnya headsetnya jelek sekali untuk menikmati lagu. teman bilang, untung gratis... hehehe. pkl. 02.00 makan malam dihidangkan... woww, aku bersyukur tadi nggak beli makan di changi, soalnya banyak sekali yang dihidangkan, ada nasigoreng pake kismis, pure kentang (khas india), roti, kue buah, yoghurt, dan snack kacang dan minuman... nyam. aku bisa kekenyangan, lalu tidur lagi... good night.
06.30 di arlojiku kami mendarat. waktu setempat pkl. 04.00. aku buru-buru mau nyari "restroom". maklum jam tubuhku untuk jam begini adalah ke sana... hehehe. tapi alamaaak, penumpang lama sekali turun dari pesawat. belum lagi ada form imigrasi yang njelimet harus diisi. kayak soal ujian saja. keluar dari pesawat aku berlari nyari... nggak ketemu-ketemu. hehehe... ternyata inilah hari pertama di India.
welcome to india, kataku ketika sampai di restroom yang letaknya amat jauh dan di pojok. di mana orang-orang penuh sesak depan antrian imigrasi.
bersambung
jam 8:20:00 PM 0 komentar