Tuesday, January 29, 2008

bendera setengah hati


judul di atas diinspirasi oleh tulisan di koran tempo: "bendera setengah hati untuk soeharto". terjadi penolakan pengibaran bendera setengah tiang di sebagian masyarakat sebagai tanda perkabungan meninggalnya Soeharto.

siang tadi saya sempat mampir ke rumah seorang kenalan. kebetulan rumahnya di sebuah kompleks dan bertetangga dengan rumah para prajurit TNI. tiang benderanya kosong melompong. maka saya bertanya pada eyang putri (nenek): "eyang kok tidak mengibarkan bendera setengah tiang?"
eyang putri menjawab: "penjahat meninggal kok kita mengibarkan bendera merah putih?"
saya sempat terperangah mendengar jawaban nenek berumur 80 tahun itu. ia langsung melanjutkan dengan kisah kekejian Soeharto sewaktu masih berkuasa dulu. "meskipun selalu tersenyum, dari belakang ia sangat jahat..."

nenek itu berasal dari Jawa dan sudah lama menetap di Makassar. namun ia berhasil mematahkan stereotip bahwa sebagai orang Jawa ia harus membela sesama orang Jawa. apalagi dengan prinsip: mikul dhuwur, mendem jero (memikul kebaikan/jasa-jasa orang yang sudah meninggal dan mengubur semua kesalahannya). bukan masalah kesukuan atau primordialisme di sini. tetapi lebih pada pengalaman personal yang membentuk persepsi dan penilaian terhadap sesuatu.

sore hari di televisi diberitakan bahwa beberapa warga Jakarta tidak mengibarkan bendera setengah tiang. saat diwawancarai, mereka menjawab: lupa mengibarkan, bendera hilang, tidak sempat mengibarkan. malahan ada seorang ibu yang sedang berjualan, tanpa mengangkat wajah dia berkata: kalau diberikan bendera, maka saat itu juga dia akan mengibarkannya...

sementara saya menikmati istirahat sore, telepon rumah berdering.
eyang puteri menelepon: "Ton, aku cuma mau bilang: ada yang lebih parah lagi..."
"apa itu?" tanyaku setengah terjaga.
"ada yang mengibarkan bendera satu tiang di halaman rumahnya", tutup si eyang.

hah??
emang apa bedanya setengah tiang dan satu tiang bendera buat Soeharto?

No comments: