Sunday, October 02, 2005

Melamun di Dom 9: shopping with pope

18 Agustus 2005

Sore kemarin, Donna membawa sekantong besar pakaian kotor saya dan mbak Ina. Dia menawarkan untuk mencucikan pakaian kami di rumahnya di Bonn. “Tak apalah, pakai mesin cuci lekas kok...”, begitu Donna menawarkan bantuan pada kami.

Hari ini kami telah membuat janji, akan mengadakan perjalanan ke Belanda siang hari. Tidak jauh sebetulnya, cuma sampai kota Venlo yang terletak di perbatasan Belanda dan Jerman.
Namun, sebelum itu aku harus ke Fuhlinger See menghadiri rapat di depan kemah Jung.

Jam 10.15 aku tiba, rapat sudah dimulai. Sandra seperti biasa menerjemahkan apa yang diomongkan Jung. Tugas di Marienfeld dibagi dalam beberapa shift kelompok.
“Ina, Donna dan Guntur [dia suka menyebut Gunther] di mana?”, tanyanya.
“mereka ada di rumah”.
“jadi Toni mewakili mereka?” tanya Jung lagi.
“nggak juga sih, tugas saya menyampaikan hasil pembicaraan siang ini kepada mereka...”

Matahari bersinar terik. Pemandangan danau terlihat indah. Setelah pembagian tugas selesai, kami menuju ke tenda makan. Makan siang telah dibagikan, saya sekelompok dengan teman-teman Perancis.

Seperti biasa, menunya pasta, kali ini dimasak dengan jamur. Saya minta Fulques pimpin doa dalam bahasa Perancis. Dia setuju. Lalu makanan dibagikan... Fulques bertindak sebagai kepala keluarga yang baik, saya sempat meledeknya; “dad, who is our mom?”
“ohh, your mom’s name Mary, Toni”, jawabnya.
“Mary who? Mary our mother or Mary our neighbour?”, godaku lagi...
Si Fulques jadi merah padam... hahaha. Kami tertawa terbahak-bahak menggodanya.
Sayangnya saya tidak bisa berlama-lama bersenda gurau dengan mereka, jam menunjukkan pukul 11.30. Saya musti segera kembali ke stasiun. Saya pamitan pada mereka... dan tergesa-gesa ke stasiun.

Jam 12.30 tiba di Dom. Rame sekali suasana di sana. Ada yang sedang membagikan DVD-DVD film Jesus secara gratis. Untung mbak Ina dan Donna segera muncul. Donna membawa sekantung besar pakaian kami yang sudah dicuci dan dikeringkan. Dia bercerita, semalam dia baru sampai di rumahnya di Bonn jam 1 malam, saking penuhnya kereta menuju Bonn oleh peserta WYD. Jadi tengah malam dia begadang nungguin mesin cuci. Suaminya sempat nyari dia di ruang cuci... trims, ya, Donna!

Jam 13.25 kami berangkat dengan kereta menuju ke Venlo. Di jalan, sempat ada pemeriksaan tiket, kami menunjukkan ID volunteer yang kami kenakan, namun karena jarak yang ditempuh melewati perbatasan Jerman, kami musti membayar tiket. Demikian juga paspor kami tak luput dari pemeriksaan. Mbak Donna tidak membawa paspor, dia ngomong dalam bahasa Jerman menjelaskan kepada petugas. Untunglah petugas itu mau mengerti...

15.30 kami tiba di Venlo. Kami jalan-jalan di sepanjang emperan toko-toko. Suasananya tidaklah asing, selain berbahasa Belanda, dan begitu banyak ‘sale’ barang-barang murah digelar. Donna membeli sandal kelom seharga 2 euro. Mbak Ina sibuk memilih arloji buat suami kesayangannya di Jakarta... dan aku cuma memerhatikan keramaian di sana. Ada dua aktris teater jalanan yang dicat sekujur tubuh dan pakaiannya sehingga mirip patung. Mereka bergaya diam, bila ada yang memberikan uang koin baru mereka bergerak normal. Unik juga.

Christ statue at Venlo
Donna cerita, negeri Belanda lebih longgar aturan hukumnya. Misalnya mengisap mariyuana dilarang di Jerman, sedangkan di Belanda diperbolehkan. Maka orang Jerman ada yang ke Venlo cuma buat ngisap mariyuana. Demikian pula bila mencari suaka politik, banyak yang lari ke Belanda.

Jam 18.15 kami kembali ke stasiun, matahari masih bersinar terang. Kami berkenalan dengan dua gadis yang hendak ke Jerman untuk mengikuti kegiatan WYD. Namanya Elske dan Schoen. Mereka justru minta petunjuk jalan pada kami.
Kemudian mereka minta tanda tangan kami pada topi yang mereka kenakan... ketemu fans, nihh...

Dom's hall crowded
Pukul 19.30 kami tiba di Dom. Suasana ramai sekali, karena Bapa Paus tiba di Jerman dan sore ini mengunjungi Dom. Dom ditutup oleh polisi, segala akses diblokade dengan portal. Orang-orang berdesakan untuk melewati jalan sempit yang tersedia. Sampah tampak bertebaran di seluruh halaman Dom.

Di sebuah sudut Dom, ada pos jaga polisi yang sudah kosong... makanan kaleng bergeletakan di mana-mana, selain itu kaleng-kaleng aerosol [parfum], dan pisau-pisau lipat. Tampaknya di tempat ini beberapa jam lalu dijadikan tempat screening peserta yang ingin masuk ke Dom, dan segala barang tersebut harus ditinggalkan di pos. Tampak beberapa orang sedang memunguti benda-benda tersebut.

Saya berjalan ke Media Markt dan Saturn Galeria [toko barang elektronik] mencoba membebaskan diri dari arus massa. Di sana melalui layar televisi aneka model yang dipajang di toko saya mengikuti liputan berita kunjungan Paus di Jerman. Paus mendarat di bandara dijemput oleh pejabat negara Jerman. Massa terlihat memenuhi tepi Sungai Rhein. Paus menumpang di perahu Rhein Energie dan melambai-lambaikan tangan. Sayangnya, sempat terjadi insiden: Kayu salib WYD yang telah dibawa keliling Eropa, dan sekarang ditegakkan di perahu tersebut sempat jatuh [patah] akibat tertiup angin. Untunglah Paus tidak duduk tepat di bawah kayu salib... ini benar-benar di luar skenario panitia, tentu saja.

Betapa jernih dan jelas kunjungan Paus terlihat dari layar kaca televisi... rasa-rasanya saya berhadapan langsung dengan Paus Benedetto... oh ya, massa kaum muda mengelu-elukan Bapa Suci dengan seruan: Be-ne-det-to... tak henti-henti. Antusiasme kaum muda tak terperikan dalam peristiwa ini.

Jam 22.30 saya kembali ke stasiun Koeln Hbf. Massa masih memadati stasiun. Stasiun sempat diblokade polisi... dengan susah payah, akhirnya bisa lewat juga.
Tiba di rumah, kami masak mie ditemani sayur kaleng dan tuna... lumayan buat makan malam. Tadi hampir semua restoran tutup, semua makanan mereka laris diserbu peziarah.

1 comment:

Lointaine said...

Hi Tony,

Just found your blog by chance. Of course I did not understand one word...but I understood you are Indonesian, catholic and you were to Cologne.

I am catholic too (well, I often forget and I am sometime surprised to realise that yes I still am), I am french, and would be happy to share some discussions and questions I have about christianity in Asia and what you would say about it. Just for my own understanding of christianity.

hopefully, you speak english ? or french ?

cheers.