Monday, October 10, 2005

Melamun di Dom 10: Du sei bei uns in der Mitte

19 Agustus 2005

Hari ini kami sedikit bernafas lega. Tiada tugas sepanjang pagi hingga siang, selain janji meeting sore di depan tenda Jung untuk persiapan puncak WYD di Marienfeld. Justru karena itu, saya jadi sempat ragu sewaktu naik kereta pagi itu, maunya langsung ke Fuhlinger See, tapi saya berhenti di Hansaring. Di peron Hansaring mustinya lanjut dengan kereta lain ke Chorweiler... keretanya cukup lama muncul, saya turun dan berjalan mengelilingi stasiun. Oh ya, di kejauhan tampak gedung toko Saturn. Jadi saya berjalan ke sana.

Toko Saturn adalah jaringan waralaba penjualan barang elektronik di Jerman, pesaingnya adalah toko Media Markt. Hampir semua daerah Jerman dijangkau oleh kedua konglomerasi ini. Harga barang yang ditawarkan cukup bersaing, apalagi bila barang tersebut sedang promo. Perang dagang kedua toko sangat terasa bila melihat poster-poster iklan yang dipasang pada halte-halte. Misalnya, Saturn dengan mottonya: “Geiz ist Geil!” menjual MP3 Player 512Mb seharga 39 Euro. Di tempat lain Media Markt dengan mottonya: “Ich bin doch nicht bloed” juga memasang iklan MP3 Player dengan harga lebih rendah.

Pembeli tentu yang diuntungkan. Meskipun sedikit bingung sebelum memutuskan jadi belinya yang mana? Saat memasuki Saturn Hansaring, saya sempat nyasar. Pikir saya karena sudah berada di toko Saturn, maka ibarat supermarket, barang elektronik lainnya mungkin ada di lantai atas... ya ampun, dari lantai satu sampai lantai [ada 3 lantai] atas hanya melulu menjual produk CD, termasuk VCD, DVD, CD musik bahkan piringan hitam... hehehe. Rupanya bangunan yang saya masuki khusus menyediakan CD doang.

Aku langsung mencari pintu keluar saat menyadari bahwa bukan tempat ini yang kumaksud. Nyebrang jalan, baru ketemu Saturn barang elektronik. Selamat datang di surga benda-benda ajaib! Dibandingkan Saturn di Galeria Kaufhof kemarin, Saturn Hansaring memang lebih luas dan lengkap koleksinya. Misalnya telepon PSTN wireless, mulai dari merek Siemens, T-Com, serta jenis-jenis dan harganya... belum lagi bila ada barang yang dianggap cacat [boksnya tidak utuh], harganya jatuh sangat murah.

Setelah melewati kasir, wisatawan diberikan formulir pengembalian pajak atas harga barang yang dibayar. Ada desk khusus di toko yang melayani tax refund. Dan untuk itu musti menunjukkan paspor kepada petugas. Formulir yang sudah dicap, nanti dapat ditunjukkan kepada pabean di bandara untuk mendapatkan pengembalian pajak tadi.

Selesai dari Saturn saya kembali ke stasiun Hansaring. Menunggu kereta menuju ke Fuhlinger See.

Hari sudah siang. Di tenda makan Fuhlinger See, saya duduk semeja dengan beberapa teman baru: Inga, Simone dan Sarah. Mereka sedang ngobrol dengan teman-teman grup kami. Sebetulnya saya tidak terlalu ingat lagi peristiwa siang itu. Setelah kembali di Indonesia, Inga menulis e-mail dan menceritakan kejadian lucu di meja makan...

Kami mengobrolkan mengenai peristiwa kemarin. Mereka katanya sempat ke Sungai Rhein untuk melihat Bapa Suci... Kebetulan surat kabar memasang berita utama kedatangan Paus di Koeln. Ada foto Bapa Suci yang baru mendarat dari pesawat, dan saya coba menirukan... mereka ketawa terbahak-bahak. Piring kertas yang ada di meja saya taruh di kepala. Detailnya tidak dapat saya ungkapkan. Setelah peristiwa itu, melalui e-mail, Inga bercerita bahwa piring kertas itu kemudian diminta oleh peserta lain untuk dipakai makan... dengan senang hati mereka berikan. Dan itulah yang membuatku gantian ketawa saat membaca e-mailnya.

Selesai makan siang, kami duduk-duduk di tepi danau. Jung dan Sandra sedang membuat tabel tugas untuk acara di Marienfeld besok. Beberapa teman sedang jemuran di bawah matahari. Hubert mengambil gitar dan bernyanyi-nyanyi dengan beberapa teman. Seru dan asyik juga mendengar lagu Jerman yang mereka nyanyikan. Lalu Jung ceburan ke dalam danau...
Mereka mengajak saya untuk ikut berenang... “tunggu”, jawabku... saya berlari ke kemah yang beberapa hari kami tinggalkan. Setelah berganti pakaian baru nyebur ke danau...

Bbbrrr... dingin sekali airnya. Ada ikan kecil-kecil berenang di dasar danau. Bebek-bebek yang biasanya berenang di permukaan danau, telah lari menjauh. Beberapa teman yang berani berenang sampai ke tengah danau dan duduk di bak pelampung yang ada di sana.
Kemudian hujan gerimis turun... teman-teman berlarian masuk ke dalam kemahnya. Acara berenang tidak dapat dilanjutkan. Aku pun juga balik ke kemah.

Sore hari, Mbak Ina datang. Seharian ini Mbak Ina istirahat di apartemen Armelia. Jam 17, grup kami berangkat bersama-sama ke stasiun menuju ke Horem. Hujan yang turun semakin deras.

Sepanjang jalan, Melitta menyanyikan lagu yang suka kudengar: “Du sei bei uns”. Lagu ini dinyanyikan dalam doa permohonan waktu misa pembukaan di Dusseldorf. Iramanya seperti tarian Hawaii... liriknya: “Du sei bei uns in der Mitte... Hoere Du uns, Gott”, dan saya ikut menari.
“Nyanyikan dong lagu Mitte”, begitu saya minta pada Melitta. Karena nggak hapal kalimatnya, aku hanya ingat Mitte doang... dan dia ketawa kalau saya bilang ‘mitte’. Dengan senang hati dia pun menyanyikan lagu ini... sampai kami tiba di Marienfeld.

Lapangan Bunda Maria, demikian arti harafiah Marienfeld. Kabarnya pernah terjadi mukjizat di sini jauh sebelum dijadikan tambang. Namun baik tambang, maupun tempat mukjizatnya tidak dapat terlihat. Yang ada lapangan yang luas sekali, lebih mirip ladang yang membentang. Tanah becek dan tergenang air hujan. Namun jalanan akses ke areal World Youth Day telah diaspal. Panitia tentu telah bekerja keras berbulan-bulan menata tempat ini.

Posko kami di Info Point gate 2. Di sana kami berkumpul sore itu. Tepatnya berteduh. Sambil menunggu kedatangan Markus, komandan dari Jung yang akan memberi instruksi.

Pukul 19, langit masih terang. Kami menikmati bekal makan malam berupa roti dan ikan kaleng. Teman-teman Perancis bernyanyi-nyanyi lagu Perancis dengan merdunya. Katanya itu nyanyian “Notre Dame”, pujian bagi Bunda Maria.
Sesudah itu, Markus baru muncul. Umurnya kelihatan sudah cukup tua. Dia asli nggak bisa berbahasa Inggris, untunglah ada Kristina, rekannya, seorang ibu yang lancar berbahasa Inggris, sambil tidak berhenti merokok. Kami akan bergantian bertugas di posko ini mulai besok pagi, bahkan ada yang kebagian jaga malam hingga pagi.

Dari tempat kami, kubah tempat Paus akan merayakan misa tak dapat terlihat karena terletak di kejauhan. Matahari telah terbenam. Selesai instruksi, kami diantar dengan mobil kembali ke stasiun Horem untuk pulang ke rumah.

Ina memberitahukan bahwa besok kamar yang kami tempati akan dipakai oleh seorang Pastor teman Armelia. Jadi, ketika tiba di kamar pukul 23.30, kami mengemas-kemasi barang bawaan kami sebelum tidur.

Besok adalah puncak perayaan WYD di Marienfeld.

1 comment:

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.