Di ransel punggung selalu kusediakan bahan bacaan untuk perjalanan. Kali ini beberapa novel dan beberapa buku renungan untuk refleksi akhir tahun. Di antaranya: Harry Potter 2 jilid. Buku ini sudah lama menemaniku tidur, jilid pertama kubeli sekitar 3 bulan lalu. Namun sebagaimana kebiasaan jelekku membaca buku nggak bisa cepat, kata-per-kata biasanya kunikmati. Makanya bagi saya buku renungan maupun novel sama saja: cara membacanya... :-) Bayangkan dalam 3 bulan ini belum 1 bab selesai kubaca... padahal kakak saya meminjam kedua buku itu dan dihabiskan kurang tiga hari! Iya sih, soalnya banyak waktu luang yang bisa dipakainya untuk membaca... sedangkan saya baru sempat membuka buku itu kalau sudah tergeletak di tempat tidur alias sebelum tidur malam. Itupun harus bersaing dengan buku-buku lain setumpuk di samping tempat tidur... :-)
Di kereta api baru dapat kunikmati kisah Harry Potter tanpa terganggu...
Jeleknya, Harry Potter (HP) sanggup menyihir pembacanya yang sudah "tuning" dengan jalan ceritanya. Bab demi bab rasanya makin membuat penasaran, diselingi bumbu kelucuan dan keajaiban. Saya dapat membayangkan mengapa anak-anak di Amerika dan Eropa jadi tergila-gila dibuatnya, bahkan rela ngantri di depan toko buku berjam-jam sebelum toko dibuka demi mendapat edisi terbaru HP. Contohnya, Peron sembilan tiga per empat tempat kereta api Hogwart Express yang akan mengantar HP ke sekolah sihir Hogwart benar-benar lucu dan mendebarkan ketika pertama kali dicari...
Untungnya peron tempat keberangkatan kereta di Gambir tidak sesulit itu mencarinya, sekalipun jadwal kereta banyak yang terlambat karena arus mudik. Di Stasiun Turi baru muncul masalah. Tiket yang kupegang mentok di sini. Padahal tujuan perjalanan ke Denpasar... Ketika kudengar petugas mengumumkan bahwa penumpang yang ingin melanjutkan ke Banyuwangi dan Denpasar dapat menumpang kendaraan yang disediakan PT. KAI ke Sta. Gubeng, hatiku senang sekali. Sudah ada colt yang menunggu di luar. Yang menumpang hanya tiga orang, termasuk saya... Padahal tiket KA ke Denpasar aku belum punya.
HP harus mengalah dengan lawannya yang tidak seimbang: Kompas. Pagi itu Kompas terbit lebih tambun daripada biasanya: 70 halaman. Apalagi berita utamanya tentang bom yang meledak di RS Yogyakarta. Wow... it's real world! Seandainya HP muggle (manusia) real, maka saya akan meminjam Nimbus 2000-nya (nama sapu terbang HP) ke Yogya... Buat apa?? Jalan-jalan ke Malioboro, mampir ke USD dan Atma Jaya Yogya tentu saja. :-) Soalnya waktu di peron Gambir, sempat ketemu seorang anak Jepang mahasiswa FSUI. Rambutnya dicat merah. Katanya dia mau ke Yogya liburan. Namanya Miyako, Masako, apa Ajinomoto?? Ahh, sudah lupa... tapi kalo ketemu anak itu di kampus saya pasti dapat mengenalinya. Soalnya kami sempat ngobrol panjang pakai bahasa "planet" (gado-gado) di peron Sta. Gambir sebelum Sembrani tiba.
Oh ya, tiba di Gubeng pagi sekali, pukul 05.45. Loket baru buka pk. 06.00. Jadi ngantri di depan loket bersama beberapa calon penumpang KA. Mutiara Timur. Ketika loket sudah buka, saya beruntung masih dapat tiket Eksekutif. Dan itu tiket terakhir yang dijual. Sisanya tiket Bisnis. Saya pernah menempuh rute ini sebelumnya, dan sangat membosankan. Enam jam jarak yang ditempuh siang bolong. Kereta baru akan berangkat pk. 08.20.
Sta. Gubeng lebih asri dibandingkan Sta. Turi. Mungkin karena kepala stasiunnya beda, ya?? :-) Banyak penumpang yang sedang menunggu keberangkatan, kursi-kursi penuh terisi. Kebetulan ada wartel di stasiun, jadi aku ke sana. Just to say hello... daripada bete nongkrong dua jam.
Ada peristiwa lucu sempat terekam, ketika KA Sancaka (jurusan Yogya apa Solo??) sudah bergerak hendak berangkat, mendadak seorang ibu yang sedang menggendong bayi diikuti suami dan anggota keluarga lain yang baru tiba berlarian masuk ke peron... petugas KA di peron segera meniup peluit. Kereta berhenti, dan mereka segera loncat ke dalam... Bukan main, "high risk", karena setahu saya pemakaian rel KA sudah terjadwal apalagi untuk jalur padat pada musim mudik ini.
Kereta akhirnya nongol juga. Eksekutif hanya disediakan satu gerbong, dan letaknya pada gerbong terakhir. Lumayan nyaman untuk menghabiskan 6 jam jarak Surabaya-Banyuwangi... Sepanjang jalan, saya terbang lagi ke Hogwart bersama HP...
bersambung ke LBH 3...
Saturday, January 15, 2000
LBH 2 : Peron Sembilan Tiga per Empat
jam 9:24:00 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment