Sunday, March 01, 2009

Rumahku Sudah Tenang







Lama aku mengembara
menembus malam gulita
tersasar-sasar mengikuti indra
di mana Kau berada
ketika aku membutuhkan pelita?

Hasratku akan terang ditelan kegelapan
bulan pudar dalam paha-paha gemilang
aku tak berdaya bergelintang
didera kenikmatan indra tak kunjung padam
dimana Kau ketika airmataku berlinang-linang?

Aku mandi dalam minyak wangi
nafasku sesak menggelayut dalam sunyi
jerit hatiku mengaduh tiada henti
dimana Kau yang kucari-cari
saat hatiku tak sabar lagi menanti.

Kucari diriMu dengan gelora nafsu
seakan Kau adalah kekasihku
yang terbaring hangat di bawah selimutku
dengan nafas memburu kupeluk diriMu
ternyata hanya bayang-bayang palsu yang kutemu.

Lama aku mengembara dalam gulita
sampai akhirnya Kaulumpuhkan segala gairah indra
aku terperangah tanpa hasrat dan daya
punah sudah nafsu untuk bercinta
segala nikmat indra lenyap binasa

Tiba-tiba Kau datang dengan beribu bunga
dan Kausampaikan untaian kata-kata:
Tak mungkin kau mengembara dalam gulita
bila Aku tak menjadi dian dan pelita
di tengah kau hancur diinjak-injak dosa.

Malam-malam di belakangku
tiba-tiba berpendaran dengan terang bintang-Mu.
Dalam kembara gulita sesungguhnya aku bermata seribu:
Mata Kekasihku yang rela menderita bersamaku
di saat aku tak mampu lagi melihat langit yang biru.

Betapa indah malam-malam yang telah berlalu
kendati harus kulewati dengan sesak isak tangisku
indah karena sesungguhnya Kau selalu bersamaku
justru ketika dosa dan kegelapan meliputi aku
sampai putus sudah harapanku.

Sekarang Kau jumpai aku dengan hati yang baru
saat padam sudah hasrat indra dan nafsuku
betapa beruntung aku
mendapati diriku mandi dalam fajar cinta-Mu
dan lihatlah, sudah tenanglah sekarang rumahku.

karya: GP Sindhunata SJ
Kolese Ignatius, Yogyakarta
Menjelang peringatan 25 tahun imamat GP Sindhunata SJ
Natal, 25 Desember 2008
Puisi ini terinspirasi oleh puisi Die dunkle Nacht
Malam Gelap, dari Santo Yohanes dari Salib

No comments: