tadi saya menerima sebuah e-mail dari seorang teman di Lithuania. dia bercerita bahwa dia barusan ikut lomba menulis esai singkat mengenai hidup sehat, dan tulisannya menang dan dipublikasikan! lumayan, dia memperoleh hadiah sebuah buku sebagai imbalan.
tulisannya itu dikirimkannya padaku. karena isinya yang bagus, sementara saya sedang minta ijin untuk menayangkan di blog ini padanya, kurasa dia takkan keberatan kusharekan di sini. hehehe... [mode percaya diri: on]
When days became shorter and nights longer, when summer passed by and wind tore off the last leaves of the trees, dark thoughts came into my mind. I didn‘t want to go anywhere, neither to communicate with anybody, only to lie in bed. I had no friends, neither trust in myself, my life seamed meaningless.
But after the dark night always comes the bright morning, like the spring follows the winter. Having interest in psychology, religion, philosophy I understood, that it‘s essential to think not only about myself, but also about the others, to offer a support, to give a smile, to encourage, to console. To enjoy every moment of a daily life. To live in harmony with myself, The God and the World – such is my recipe of a healthy life.
resepnya ternyata amat sederhana: hidup dalam harmoni. kebetulan masih dalam suasana Imlek, banyak yang terdengar pesimis di Tahun Kerbau. katanya butuh usaha ekstra keras dan banyak yang akan gagal di tahun ini. beberapa shio mendapat warning untuk berhati-hati. untung saja shio-ku (tahun yang baru lewat itu) lolos dari screening sang Kebo. hehehe...
anyway, bila kita tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun juga peduli terhadap sesama, keep aware, offer a support, give a smile, to encourage and to console other, and enjoy every moment, kata Alfredas, yakin deh... kesulitan sebesar apapun akan terasa lebih ringan.
so, thank you very much, Alfredas, for this nice writing.
Tuesday, January 27, 2009
resep hidup sehat
Monday, January 26, 2009
tahun baruan lagi nih
semalam diajak teman acara malam tahun baru imlek di rumahnya. open house ceritanya. menu yang disediakan ampun-ampunan deh: beberapa macam nasi goreng (ada yang berwarna merah, coklat dan putih), mie goreng, capcay, ikan, ayam goreng, sate babi dan salad buah. apalagi ditemani wine putih yang gak terasa pahit (sumpee, baru kali ini saya menikmati wine sebagai minuman). rasa eneg akibat lemak berlebih pada masakan seketika larut... hmmhh...
setelah itu kami main kembang api. ukurannya sebesar kaleng biskuit. harganya? jangan ditanya, jutaan rupiah... setelah sumbunya dibakar, api meluncur ke udara beruntun-runtun dan menimbulkan ledakan yang indah... kembang api berwarna-warni. seorang teman bilang: sayang juga duit sejuta dipakai buat kembang api, coba kalo dibagi-bagikan saja. tapi demi kepercayaan bahwa kembang api menghalau kegelapan malam (dan kegelapan hati dalam menatap tahun yang baru) sehingga ada sedikit pembenaran setahun sekali buat menyalakan kembang api... hehehe.
tahun baruan lagi nih? iya ya, belum beberapa pekan lalu merayakan tahun baru. kali ini tahun baru imlek 2560.
ada saja alasan untuk merayakan kehidupan. dan untuk itu, imlek tidak harus dikaitkan dengan kepercayaan agama tertentu. karena perayaan ini sudah ada sebelum kelahiran pendiri agama, untuk merayakan musim semi dan menyambut musim tanam. dengan harapan semoga panen kali ini berhasil, generasi muda diberi bekal (angpao) untuk menjadi penerus usaha...
sebut saja ini tradisi yang memuat nilai-nilai positif. tanpa perlu dikaitkan kepercayaan pada dewa-dewa tertentu. sehingga ketika siang tadi saya mengirimkan sms ucapan selamat kepada kerabat, ada sms balasan: "Maaf, saya tidak merayakan Imlek".
menurutku aneh saja. etnis china, namun menolak diberikan doa dan harapan untuk tahun baru ini. tentu ada yang salah dengan keyakinannya.
kalaupun tahun baru dirayakan sampai berkali-kali, bukankah ini suatu cara untuk mengatakan: selalu ada alasan untuk merayakan kehidupan?
jam 9:59:00 PM 0 komentar
Tuesday, January 20, 2009
kisah ulat
pernah seekor ulat meminta kepada burung
untuk dapat meminjamkan sayapnya
ulat ingin melihat langit biru, lautan luas dan kebebasan
burung menertawainya
ulat menangis
kesedihan tersimpan di hatinya
'aku hanyalah ulat'
tiada yang dapat menghibur hatinya
ia menyepi, mengurung diri, membatin
lapisan kulitnya menggumpalkan serat
dia terbungkus sepenuhnya
dalam harapan, kesedihan, dan ketiadaan
hingga sesuatu merobek bungkusan itu
ia terjaga
melihat cahaya silau kemilau
dunia yang terang benderang
semua terasa ringan
yaaa... inikah surga?
inikah langit dan angkasa biru?
sepasang sayapnya berkepakan lincah
ia seekor kupu-kupu
bebas mencari kembang dan arah
berjumpa kumbang dan lebah
terlebih lagi, kupu-kupu pasangan hidupnya
mereka memadu kasih
semanis madu di sarang lebah
hingga sang burung datang
menyambar dan mematuk
kekasihnya, sebelah sayapnya
ibarat ikut terlepas
sang kupu-kupu tenggelam gulana
hujan membasahi dedaunan
airmatanya tak juga kering
ia terus berterbangan
ke sana kemari
setelah hujan, ia tahu
matahari akan bersinar cerah
hidup harus dimulai kembali
kupu-kupu terbang terus
kian kemari
di hatiku
makassar, 20 Januari 2009
Label: poems
Saturday, January 17, 2009
Red Cliff: jangan pernah menyerah
Sunday, January 11, 2009
sumber informasi dua pihak: Palestina dan Israel
dalam perang di Palestina sesungguhnya terjadi perang yang tak kalah dahsyatnya: perang informasi. siapa yang menguasai informasi, menguasai dunia. dalil itu tak terbantahkan di zaman informasi ini. kebenaran sering berada jauh di seberang sana.
bagaimana sebenarnya kondisi Palestina? bagaimana konflik di Jalur Gaza ini menurut Pemerintah Israel? The Palestinian Centre for Human Rights (PCHR dan Situs Pemerintah Israel dalam Bahasa Indonesia semoga dapat menjadi sumber yang "covered both side of story".
satu hal yang pasti, peperangan yang mengorbankan rakyat tak bersalah harus dihentikan!
[gambar: pchrgaza.org]
jam 1:25:00 PM 0 komentar
Saturday, January 10, 2009
tulisan Ulil tentang konflik Palestina dan Israel
tulisan Ulil membuka tahun 2009 yang telah dipekakkan bunyi tembakan dan tangisan di Gaza. ada sesuatu yang salah dalam setiap peperangan... semoga manusia tidak selalu mengulang kebodohan yang sama. selamat mengawali tahun yang baik.
Tentang bangsa Yahudi dan konflik Palestina-Israel
Saya kadang-kadang berpikir, jangan-jangan konflik Palestina-Israel tidak akan selesai "ila yaum al-qiyamah", sampai hari kiamat. Satu-satunya harapan adalah jika kedua belah pihak lelah dan bosan perang, lalu dengan "sadar" meletakkan senjata dan saling jabat tangan. Tetapi titik-lelah itu belum kelihatan hingga sekarang. Kita harus siap untuk melihat jatuhnya korban terus-menerus di waktu-waktu mendatang. Sudah berkali-kali usaha untuk mendamaikan kedua belah pihak dilakukan oleh komunitas internasional, tetapi gagal terus.
Masing-masing pihak mempunyai versinya masing-masing kenapa usaha diplomatik itu gagal. Pihak Israel sudah tentu menyalahkan pihak Palestina, sejak zaman PLO di bawah Arafat hingga sekarang ini di mana Hamas muncul ke permukaan menggantikan popularitas PLO. Pihak Palestina dan negara-negara Arab, kemudian diamini juga oleh dunia Islam, tentu
menyalahkan pihak Israel sebagai biang kegagalan usaha diplomatik itu.
Saat perang atas terorisme dikumandangkan oleh Presiden Bush dari Washington, semua negara makin punya alasan untuk menjadikan momen ini untuk meningkatkan aksi-aksi militer mereka, tentu dengan alasan untuk memerangi terorisme. Rusia dan Cina telah melakukan itu. Kini Israel, sebelum Bush lengser beberasa saat lagi, seperti "kejar tayang" untuk
menyelesaikan "masalah Hamas" dengan melakukan agresi besar-besaran.
Seperti sudah bisa kita duga, aksi Israel ini didukung "tanpa syarat" oleh Presiden Bush.
Mari kita lihat konflik ini dalam perspektif yang lebih luas sehingga kita bisa lebih "tenang" memahaminya. Tak ada dalam sejarah manusia di mana sebuah bangsa dibenci secara sistematis, menjadi sasaran prasangka buruk, stereo-type, rasialisme, dan persekusi seperti dialami oleh bangsa Yahudi. Itulah sebabnya di Eropa di mana bangsa Yahudi mengalami banyak persekusi dan diskriminasi selama berabad-abad dikenal istilah "Jewish question", masalah Yahudi. Debat menganai "Jewish question" ini berlangsung lama sekali di Eropa dan baru tuntas pada pertengahan abad ke-20.
Secara kuantitas, bangsa Yahudi tidaklah besar jumlahnya. Total jumlah orang Yahudi di seluruh dunia saat ini mungkin tak lebih dari 15 juta orang. Sebagian besar mereka tinggal di Israel dan Amerika. Selebihnya mereka terserak-serak sebagai koloni kecil-kecil di berbagai belahan dunia, mulai dari Eropa, Amerika Latin, Asia, termasuk di negeri-negeri Arab sendiri. Tetapi bangsa yang kecil jumlahnya ini menjadi sasaran
prasangka buruk dan kebencian oleh banyak pihak sejak zaman dahulu.
Pertama-tama yang layak kita sebut adalah pihak Kristen. Selama beradad-abad, bangsa Yahudi menjadi sasaran diskriminasi dari pihak Kristen. Konflik antara Kristen dan Yahudi sudah berlangsung sejak awal, bahkan sejak kelahiran agama Kristen itu sendiri. Pertikaian antara orang-orang Yahudi dan Kristen bukan sekedar pertikaian politik biasa,
tetapi juga pertikaian yang dijustifikasi secara teologis melalui ajaran agama.
Lalu datang Islam. Sejak awal, pertikaian antara Islam dan Yahudi sama sekali tak terhindarkan. Pada saat Nabi Muhammad datang di Madinah, ada sejumlah koloni orang-orang Yahudi di sekitar Madinah. Karena konflik dengan Nabi dan umat Islam saat itu, orang-orang Yahudi ditumpas habis dan sebagian lagi diusir secara total dari kawasan itu. Pada saat Islam berjaya sebagai kekuatan politik di kawasan Arab pada rentang antara abad 8 hingga abad 15 Masehi, bangsa Yahudi sebetulnya menikmati suasana yang lebih bersahabat di dunia Islam ketimbang di dunia Kristen.
Tetapi, kebencian pada Yahudi sebagai sebuah agama tetap bertahan secara endemik dalam Islam. Bangsa Yahudi digambarkan sangat negatif dalam beberapa ayat di Quran, dan kemudian disokong pula dengan sejumlah hadis.
Contoh kecil saja: sebuah hadis terkenal menyebutkan bahwa pada akhir zaman nanti Nabi Isa (atau Yesus) akan turun kembali ke bumi (persis dengan keyakinan dalam Kristen). Menurut hadis itu, tugas Nabi Isa pada saat itu, antara lain, adalah untuk menghancurkan salib dan membunuhi orang-orang Yahudi.
Sebuah hadis lain menyebutkan bahwa dua frasa di ujung Surah al-Fatihah (bab pembuka dalam Quran) merujuk kepada orang Kristen dan Yahudi. Dua frasa itu adalah: "al-maghdub 'alaihim" (orang-orang yang dibenci oleh Tuhan) dan "al-dallin" (orang-orang yang sesat). Orang yang dibenci Tuhan maksudnya, sebagaimana dijelaskan oleh hadis itu, adalah orang Yahudi, sementara orang-orang yang sesat adalah orang-orang Kristen. Karena
pengaruh Kitab Suci sangat mendalam pada umatnya, kita bisa membayangkan bagaimana dua frasa yang diulang-ulang setiap salat oleh seluruh umat Islam ini memiliki pengaruh dalam membentuk prasangka buruk terhadap bangsa Yahudi.
Baik agama Kristen atau Islam mengandung unsur-unsur ajaran yang bisa membiakkan kebencian pada bangsa Yahudi. Ini bukan kebencian biasa, tetapi kebencian yang dijustifikasi oleh firman dan ajaran Tuhan sehingga pengaruhnya sangat mendalami. Tak heran sekali jika kebencian pada agama dan bangsa Yahudi bertahan selama berabad-abad. Kalau kita baca sejarah, tidak ada bangsa yang mengalami korban sebagai sasaran kebencian selama dan seserius seperti dialami oleh bangsa Yahudi. Yang mengherankan, jumlah mereka sangat kecil sekali, tetapi kebencian pada mereka sungguh tak sebanding dengan jumlah itu. Atau justru karena mereka kecil lah dengan mudah menjadi "kambing hitam" di mana-mana. Persis seperti dialami oleh kaum minoritas di manapun yang cenderung dijadikan sasaran demonisasi dan pengambing-hitaman.
Kalau kita baca sejarah Amerika, hingga pertengahan abad 20, diskriminasi dan perlakuan yang tak menyenangkan dialami oleh bangsa Yahudi secara konsisten. Seorang profesor Yahudi yang pernah belajar di Universitas Harvard dan sekarang sudah pensiun pernah bercerita pada saya bahwa hingga tahun 60an, orang-orang Yahudi mendapat kesulitan untuk memperoleh posisi sebagai profesor di Universitas Harvard. Menurut dia, seorang ekonom
Yahudi yang sangat kondang dan pernah memenangkan hadiah Nobel, Paul Samuelson, ditolak lamarannya sebagai profesor di Universitas Harvard pada tahun 40an. Menurutnya, Samuelson ditolak terutama karena keyahudiannya. Akhirnya, MIT (Massachusetts Institute of Technology) menampung dia. Saat di MIT itulah Samuelson mendapatkan hadiah Nobel. Saya kira, Universitas Harvard malu dengan kejadian ini.
Di dunia Islam, jelas orang-orang Yahudi saat ini merasa kurang nyaman. Oleh karena itu, sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, jumlah orang Yahudi yang tinggal di kawasan Arab merosot tajam. Mereka kurang merasa nyaman tinggal di lingkungan yang kurang bersahabat dengan mereka. Dalam periode pra-modern, memang dunia Islam memperlakukan bangsa Yahudi jauh lebih baik ketimbang dunia Kristen di Eropa. Tetapi secara umum,
kondisi orang-orang Yahudi di dunia Islam pun pada zaman dahulu tetap menjadi sasaran diskriminasi dan kebencian. Sebagaimana sudah saya sebut, kebencian pada Yahudi dalam Islam tertanam melalui ajaran Islam itu sendiri, sebagaimana juga dalam Kristen. Kebencian itu mendalam sekali karena dijustifikasi dengan ajaran agama.
Sekarang ini, di dunia Islam, terutama di Indonesia, istilah "antek Yahudi" adalah kata-kata kotor yang dipakai untuk menyerang siapa saja yang dianggap "memusuhi" Islam -- sama kotornya dengan istilah "antek PKI". Dulu, almarhum Prof. Nurcholish Madjid pernah dijuluki oleh sebuah media kalangan Islam fundamentalis di Jakarta sebagai "antek Yahudi".
Majalah itu menggambarkan Cak Nur melalui sebuah karikatur yang menarik: nama Cak Nur dibelit oleh ular yang membentuk bintang David. Kita tahu apa maksud karikatur itu: Cak Nur adalah antek Yahudi yang terperangkap dalam belitan "ular" Yahudi.
Hingga saat ini, bahkan di Amerika sekalipun, kita menyaksikan beredarnya sebuah teori konspirasi tentang "rencana Yahudi" untuk menguasai dunia. Buku "Protocols of Zion", misalnya, yang merupakan karangan palsu dinas rahasia Rusia beredar luas di Eropa, Amerika, dan meluber pula sampai ke dunia Islam. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan bahasa-bahasa lain itu dunia Islam. Buku itu juga dipercayai oleh banyak
kalangan sebagai dokumen otentik yang didasarkan pada fakta-fakta sejarah tentang rencana bangsa Yahudi untuk menguasai dan menghancurkan dunia. Buku semacam ini jelas dengan gampang menyebarkan rasa kebencian pada bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil itu.
Tak hanya itu. Henry Ford, pendiri perusahaan mobil Ford yang terkenal itu menulis buku yang sangat anti-Yahudi berjudul "The Jews". Beberapa tahun yang lalu, saat usai memberikan ceramah di Malaysia, seorang audiens memberikan saya buku itu seraya berkata, "Bapak harus membaca buku ini". Hingga sekarang, sentimen anti-Yahudi masih bertahan di banyak kalangan di Amerika.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bahwa bangsa Yahudi yang kecil jumlahnya itu menjadi sasaran kebencian dari banyak pihak. Anda bisa bayangkan, bagaimana perasaan sebuah bangsa kecil yang dibenci oleh dua agama besar selama berabad-abad, yaitu Kristen dan Islam. Sekarang ini, jumlah pengikut kedua agama itu boleh jadi lebih dari 2,5 milyar. Dari jumlah sebanyak itu, ada persentasi yang cukup besar, sekurang-kurangnya
dari sebagian kalangan Islam, yang sangat membenci, atau minimal kurang bersahabat, dengan bangsa Yahudi. Tentu keadaan semacam ini menciptakan rasa yang sangat tidak aman bagi orang-orang Yahudi.
Bagaimana mungkin orang Yahudi yang hanya berjumlah tak lebih dari 15 juta itu bisa merasa aman di tengah-tengah bangsa-bangsa yang membenci dan mempunyai stereo-type negatif mengenai mereka? Jangan lupa, kebencian ini sudah berlangsung berabad-abad, dan karena itu sudah merasuk ke dalam psyche bangsa-bangsa yang membenci orang-orang Yahudi itu. Ini yang menjelaskan kenapa bangsa Yahudi, terutama di Israel, mempunyai instink
yang sangat kuat untuk membangun pertahanan diri, kadang-kadang instink itu bekerja secara berlebihan, meskipun hal itu bisa kita pahami. Sebab bangsa Yahudi mempunyai memori yang sangat buruk mengenai masa lalu mereka. Jika mereka kehilangan negara Israel yang sudah berhasil mereka dirikan dengan susah payah itu, mereka khawatir akan kembali kepada "zaman kegelapan" yang berlangsung sejak berabad-abad sebelumnya.
Ini yang menjelaskan kenapa Israel bersikap tanpa kompromi pada Hamas sebab kelompok ini memiliki misi khusus untuk menghancurkan negara Israel. Di mata Israel, Hamas jelas semacam mimpi-buruk yang menghantui mereka. Bangsa Yahudi jelas tak mau jatuh ke masa silam yang buruk, ke zaman pogrom dan holocaust.
Tetapi justru di sini letak kelemahan bangsa Yahudi di Israel dan di manapun saat ini. Karena terlalu dihantui oleh masa lampau yang pahit, reaksi mereka terhadap ancaman saat ini terlalu berlebihan. Yang menjadi korban adalah bangsa Palestina. Sebagai sebuah negara, Israel, negara Yahudi itu, saat ini sudah cukup kuat dan sangat makmur. Memang kita bisa paham kenapa Israel selalu merasa tidak was-was dan tidak aman selama ini,
sebab ia dikepung oleh tetangga-tetangga yang sangat membenci keberadaannya.
Kalau di awal tulisan ini saya mengtakan bahwa konflik Palestina-Israel boleh jadi tak akan pernah selesai, di ujung tulisan ini saya ingin mengemukakan sebuah harapan. Salah satu harapan itu adalah jika pihak bangsa Yahudi dan bangsa Arab, terutama Palestina, bisa mengatasi "masa lalu" mereka masing-masing. Bangsa Yahudi harus melepaskan diri dari
"mentalitas diaspora" yang membuat mereka merasa terancam terus dan selalu mencurigai tetangga-tetanggany a. Jika mentalitas ini tak bisa diatasi, maka negara Israel akan terus mencari musuh dengan tetangga-tetangga dekatnya seperti kita saksikan sekarang ini.
Dari pihak bangsa Arab, tantangan terbesar adalah mengatasi "rasa superioritas" mereka sebagai bangsa yang pernah berjaya selama berabad-abad di kawasan Arab dan sekitarnya, dan merasa bahwa bangsa Yahudi tak punya hak untuk mendirikan negara di tanah Palestina, sebab hal itu akan melukai rasa superioritas itu.
Dari pihak umat Islam sendiri secara keseluruhan juga ada tantangan yang sangat berat jika mereka benar-benar ingin ikut menyelesaikan masalah Palestina-Israel ini. Selama ini, kita semua tahu, ajaran yang membenci bangsa Yahudi diajarkan terus di sekolah-sekolah agama di seluruh dunia Islam, sejak zaman klasik hingga sekarang. Waktu saya di pesantren dulu, setiap guru saya menerangkan ayat-ayat dalam Quran yang membenci bangsa
Yahudi, maka mereka memahaminya dengan tidak kritis, sehingga secara tak sengaja, mereka mengajarkan kebencian turun-temurun terhadap bangsa Yahudi. Bagaimana mungkin dunia Islam mau menyelesaikan masalah Palestina-Israel jika ajaran-ajaran yang membenci bangsa Yahudi ini terus ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya?
Menurut saya, harus ada reinterpretasi ulang atas sejumlah ayat dan hadis yang membenci bangsa Yahudi dan selama ini diajarkan di lembaga-lembaga Islam. Jika tidak, maka selamanya akan terjadi kebencian dan permusuhan antara umat Islam dan bangsa Yahudi. Saya tak percaya bahwa umat Islam akan berhenti membenci bangsa Yahudi seandainya pun yang terakhir itu, misalnya, dengan sukarela membubarkan negara Israel lalu pergi dari tanah
Palestina. Menurut saya, masalahnya lebih serius dari sekedar masalah "tanah". Yang bermasalah adalah doktrin dalam agama itu sendiri.
Apa yang saya tulis ini jelas tak populer di kalangan Islam saat ini. Boleh jadi, tulisan ini dianggap sebagai bagian dari konspirasi Yahudi pula. Silahkan saja. Dengan terus terang saya katakan, saya bukan "fan" atau pendukung ringan, apalagi berat, negara Israel. Saya benci dan jengkel pada tindakan dan kebijakan pemerintah Israel selama ini terhadap bangsa Palestina. Tetapi kita juga harus jujur melakukan otokritik pada diri kita sendiri. Ada sikap-sikap yang salah dan tak tepat juga di kalangan umat Islam terhadap bangsa Yahudi yang jumlahnya sangat kecil itu. Sikap-sikap yang berdasarkan pada doktrin agama itu harus dikritik jika umat Islam memang benar-benar ingin menegakkan perdamaian di bumi Palestina.[]
Wallahu a'lam bissawab
Ulil Abshar Abdalla