Sunday, August 05, 2007

dancing with the wolves


haaa... ini dia berita menarik dan positif.
bagaimana menangkal terorisme bukan dengan senjata dan pasukan, melainkan dengan humor dan pertunjukan teater!

JIHAD THE MUSICAL: MENARI DAN BERNYANYI BERSAMA TERORIS

Pertunjukan teater satire buatan Amerika, Jihad The Musical, menghebohkan Inggris dan Skotlandia. Penampilan perdana musikal ini di Britania Raya berlangsung Rabu lalu. Para penciptanya menyatakan tidak bermaksud menghina siapa pun. Mereka hanya menggunakan humor, sebagai senjata, untuk memperolok-olokan kaum teroris. "Gagasannya adalah menertawakan orang yang mencoba mengancam kita". Laporan redaktur internet Arab Michel Hoebink.

Seorang petani muda Afghanistan, Sayid al-Boom, sebenarnya hanya ingin membudidaya bunga, untuk menyenangkan kakak perempuannya, yang suka memerintah. Namun, godaan seorang gadis cantik berkerudung membuat petani muda ini jatuh cinta. Tanpa disadarinya, ia terlibat ekspor candu. Dan selanjutnya jatuh ke dalam jaringan kelompok teror internasional, yang melancarkan berbagai serangan di dunia Barat.
Demikian kira-kira alur cerita teater musikal, Jihad The Musical, yang pertunjukan perdananya berlangsung Rabu lalu, pada Festival Fringe, di Edinburgh.

Salah satu puncak musikal tersebut adalah paduan suara wanita yang juga menari-nari. Mengenakan burka warna jambon dan membawa senapan mesin, mereka menyanyikan lagu "I only see your eyes" (atau, hanya kulihat matamu) dan "I wanna be like Osama" (atau, aku ingin seperti Osama). Lagu terakhir ini dinyanyikan oleh pemeran utama, Sorab Wadia, dan sejak beberapa waktu lalu sangat populer di You Tube.

Sorab Wadia: " Aku ingin seperti Osama Aku ingin membom, agar terkenal di seluruh dunia. Aku tahu orang akan membenciku. Tapi, demi Tuhan, mereka tak akan bisa mengabaikanku lagi. Seperti ketika CIA menilai, aku ini orang yang tidak ada harganya".

Namun, tidak semua orang suka tarian dan nyanyian teroris. Bahkan menjelang pembukaan, pada suatu situs web petisi milik pemerintah Inggris, tertera himbauan pada Perdana Menteri Gordon Brown untuk mengutuk "acara potret teroris tak bermutu itu". Menurut para pengecam, setelah serangan di London dan Glasgow, pertunjukan musikal seperti itu terlalu mencolok dan bisa melukai perasaan, terutama para
korbannya.

Para penggubah Jihad The Musical, tim terdiri dari tujuh orang dengan asal etnik beragam, mungkin tidak terlalu berkeberatan terhadap kampanye penolakan. Kampanye seperti itu tentu saja menimbulkan publisitas. Namun mereka menekankan musikal ini tidak bermaksud membuat kejutan, atau menggerakkan media. "Kami tidak bermaksud
melukai perasaan orang atau menghina siapa pun juga", jamin sang produsen, James Lawler. "Ini hanya sekedar musikal kocak, tentang sembarang petani candu Afghanistan, yang terseret masuk jaringan, karena jatuh cinta pada orang yang keliru".

Menurut penulis cerita, Zoe Samuel, para pengeritik terlalu cepat mengecam. Seharusnya mereka menonton dulu pertunjukan tersebut. Tentu saja ia sadar, bahwa cerita ini menyangkut masalah yang sangat peka. Namun, bukankah membuat guyonan pada saat-saat sulit merupakan tradisi Inggris yang sudah berusia lama? "Gagasannya adalah menertawakan orang yang mencoba mengancam kita".

Musikal tersebut bukan hanya memperolok-olokan teroris. Media internasional juga menjadi sasaran. Seorang jurnalis wanita yang tidak bisa dipercaya, Foxy Redstate, berhasil menemui pemeran utama Sayid al-Boom, lalu menipunya, agar ia bisa membuat tayangan eksklusif.
Tayangan ini akan membuatnya menjadi seorang wartawan terkemuka, sesuatu yang sangat didambakannya. Ketika Sayid yang malang ini akan dihajar beramai-ramai oleh para anggota kelompok jihad dan media internasional yang haus sensasi, ia diselamatkan oleh sang kakak perempuan. Dulu, untuk sang kakak ini, ia senang menanam bunga.

Di negara-negara Arab, misalnya Mesir, sudah beberapa tahun terakhir ini humor dipakai sebagai alat untuk melawan Islam ekstrim. Ternyata hal ini merupakan obat mujarab untuk menghadapi kelompok teroris yang sangat serius dan sepenuhnya tanpa humor. Lambang bagi strategi yang dibiayai oleh pemerintah Mesir ini adalah pelawak Adel Imam. Pada awal tahun 1990an ia bermain gemilang pada film-film kocak: Terorisme dan Kebab, serta Teroris. Namun, karena itu pula, selama bertahun-tahun ini Adel Imam perlu mendapat pengawalan khusus, untuk melindunginya dari lawan-lawan yang sama sekali tidak suka humor. (sumber: Radio Nederland, 04 Agustus 2007)

No comments: