Sunday, March 04, 2007

ketika para dewa turun ke bumi...


arak-arakan parade Cap Go Meh di Pantai Losari, Makassar, Minggu 4/3. ini merupakan peristiwa budaya terbesar di Makassar. perayaan Cap Go Meh menandai berakhirnya rangkaian upacara tahun baru Imlek, penanda musim semi telah tiba. biasanya dirayakan secara meriah. patung dewa diarak berkeliling, dan orang-orang ngalap berkah (mengharap berkah). semoga di musim ini panenan berlimpah, rejeki menjulang, dan malapetaka menjauh...


parade yang diadakan di Makassar melibatkan budaya daerah setempat, kalangan perguruan tinggi, serta beberapa provinsi lain... para petinggi masyarakat termasuk anggota MPR, Gubernur Sul-Sel, Walikota, Kapolda turut hadir di sana. masyarakat tumpah ruah di jalan-jalan untuk menyaksikan. tua-muda, kaya-miskin, peranakan-pribumi... tidak ada lagi yang peduli soal perbedaan itu.


saya juga berada di tengah keramaian. menikmati pertunjukan yang disuguhkan. laskar pasukan kerajaan Bone yang tampak gagah, rombongan pemuka daerah Wajo, atraksi seni mahasiswa Universitas 45, hingga arak-arakan warga wihara dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan... ada beberapa patung dewa yang diarak, termasuk patung dewa Kang Kong (khas dengan golok dan wajahnya berwarna merah) yang katanya telah berusia seratus tahun.


tak ketinggalan beberapa orang yang kesurupan sambil memegang benda-benda tajam, menusuk jarum hingga menembus pipi... wuiih, ini tentu adegan kekerasan yang gak boleh ditonton anak-anak dan musti dilabeli "PA". hahaha...

katanya sih, arwah dewa dan leluhur yang turun dan merasuki mereka, sehingga orang boleh berdoa menyampaikan harapan-harapannya kepada sang arwah.


yang saya suka sewaktu mobil berhiaskan kembang-kembang "mei hwa" (kok aku lupa nama Indonesianya) lewat. beberapa gadis cantik di antara kembang-kembang dan ada perempuan setengah baya yang duduk dengan manisnya. saya sempat mengambil beberapa gambar dengan kamera, namun sayang tiap kali meng-upload selalu saja error.

malam hari, ketika ngobrol dengan teman di gereja, dia bilang perempuan yang paling manis itu simbol dewi Kwan Im.
waduh, pikirku, kok aku gak sampai menduga ke sana ya... soalnya penampilannya masih jauh dari bayanganku mengenai citra dewi Kwan Im.

beberapa teman di gereja yang sempat nonton parade tadi dapat dengan mudah dikenali. kulit mereka merah terbakar sinar matahari!
hah. tentu saja seharian mereka berdiri di pinggir jalan menonton parade budaya.

asyik juga bila para dewa sering-sering turun ke bumi dan berbaur dengan manusia. di sana manusia bisa menimba kearifan, dan mudah-mudahan kelak bisa hidup bersama para dewa di nirwana...

No comments: