Wednesday, August 25, 2010

gelisah

menusuk ke dalam kepala
hati gundah resah
: sudah hilangkah kebaikan dalam dunia?

dinda
aku menantimu
mencecap bahagia
yang belum habis di rindu

maria
duka anak, dukamu
dukaku, dukamu
lalu dukamu
kautanggung
kau agung

khianat
tusukan
tikaman
dari belakang
dendam berkalang
: semoga puas?

ojek
aku menjemputmu di halte mimpi dan membawamu dengan sepedaku melewati angin, jalan dan tikungan yang belum kita hapal. lalu kita berpisah di ujung jalan bernama keabadian

dik
hidup itu sialan
seharusnya kau tak perlu menaruh belaskasihan
namun dik,
hidup itu bukan semalam
maka seharusnya kaulupakan saja
semua amarahmu di pagi hari

kerasnya hati
luluh di tatapmu
termangu aku di cintamu

bulan
tolong pinjamkan aku
sayap-sayap malam
supaya dapat kubawa kekasihku
yang terlelap di tilam

capek aku
berkelindan amarah
dengan ketololan dunia
namun hadirnya
buatku gairah

tiada yang abadi
semua onggokan
kesia-siaan
kecuali
cinta tak tepermanai

kepada hatimu
kuikatkan hatiku
selalu

aku mencarimu dik
sebelum dunia diciptakan
di relung-relung fantasi
bahkan setelah dunia ditiadakan
di awan-awan surgawi

aku merindukan
saat-saat gelapku
dikau datang
tanpa kata
dan sabda
hadirmu
surya merembang

tidurlah kekasihku
wangi rambutmu
dapat kucium
dalam mimpiku

@toni, 240810

Sunday, August 22, 2010

hampa

adalah kata
tanpa makna
diriku
tanpa dirimu

musafir
sejak lampau hingga esok
kita mengembara di padang tanpa nama
ketika esok berbelok
kita berjalan ke padang savana cinta

tidurlah
meski mimpi susah dijumpa
seribu malam tidaklah lama

matamu
bola hitam kelam berair teduh
berpendar oleh cahaya subuh

seumpama
aku tak menjumpaimu lagi
langit gelap, api mati

senyummu
di tikungan jalan
dinginkan gerah hari-hari sialan

lalu apa
setelah rupa
tiada?

aku memberkati
hari-hari
yang berhenti
serasa mati
dikau tak di sini

tinggallah bersamaku
hari telah senja
hantu-hantu mengepung malamku
di ruang hampa
bersama bayang-bayangmu

aku menyelam
ke dasar hatimu
dan kutemukan diriku

jauhkah
jarak sedetik
dengan setahun
air yang dari mata menitik
dengan kelopak bunga yang berembun

seandainya
kita bertemu
sepasang bayang cermin berpadu

angin mencarimu
wangimu kucium
tawamu kudengar
: dirimu di mana

senja mencarimu
laut kehilangan ombak
pantai kehilangan riak

malam mencarimu
bulan hilang
bayang hilang
gelap datang

@toni, 220810

Saturday, August 21, 2010

jarak

antara kita
ibarat ide dan kata

tahukah rembulan
malam ini pungguk tidak datang menjumpaiku?

diam-diam
cecak menghampiri nyamuk
aku terjerat di sarangmu

bergegas
aku berlari ke senyap
mengejar bayangmu lindap

berapa lama keabadian
sebuah kayuhan perahu
di sungaimu terus melaju

ijinkan
aku tertidur di tiap sabdamu
di tirus senyummu

wangi setanggi
rambutmu mayang terurai
matamu ratna baiduri

sepotong senyummu
kusimpan di dompet
supaya tiap saat dapat kucopet

perahuku
dilamun ombak
di lautmu tak beranjak

swarga loka
tempat kita bermimpi
setiap pagi

sekeping sedih
menetes di mata
berkelindan rasa
: rindu dinda

tolong
jangan bangunkan jasadku
dari mimpi-mimpi haiku

engkaukah
yang harus kutunggu
ataukah hantu halusinasiku?

perpisahan
kumainkan serenade senja mengantarmu pulang
dengan segaris senyum merembang

satu pertanyaan bodoh
: mengapa dikau harus pergi, malaikatku?

seribu perpisahan
tidak jua membuat satu ini lebih mudah

bekukan
hatiku di tumpukan gigil beku waktu
hingga “hai”-mu hidupkan diriku

malam-malam
kita menangis berdua
air mata menjadi mata air
menghidupkan jiwa

biarkan aku mengantarmu
hingga batas langit terjauh
tanpa salam perpisahan sedih
laksana kapal mengangkat sauh
kelak ia kembali merapat di dermaga ini

sering
rintik angin dan hembusan hujan bertanya:
: dirimu di mana

pada pucuk-pucuk padi
kusemat kenangan hutan, sawah, malam,
jernih sungai, pokok bambu, burung pagi,
jejak-jejak nan lebam
oleh rindu hati

@toni, 200810