menusuk ke dalam kepala
hati gundah resah
: sudah hilangkah kebaikan dalam dunia?
dinda
aku menantimu
mencecap bahagia
yang belum habis di rindu
maria
duka anak, dukamu
dukaku, dukamu
lalu dukamu
kautanggung
kau agung
khianat
tusukan
tikaman
dari belakang
dendam berkalang
: semoga puas?
ojek
aku menjemputmu di halte mimpi dan membawamu dengan sepedaku melewati angin, jalan dan tikungan yang belum kita hapal. lalu kita berpisah di ujung jalan bernama keabadian
dik
hidup itu sialan
seharusnya kau tak perlu menaruh belaskasihan
namun dik,
hidup itu bukan semalam
maka seharusnya kaulupakan saja
semua amarahmu di pagi hari
kerasnya hati
luluh di tatapmu
termangu aku di cintamu
bulan
tolong pinjamkan aku
sayap-sayap malam
supaya dapat kubawa kekasihku
yang terlelap di tilam
capek aku
berkelindan amarah
dengan ketololan dunia
namun hadirnya
buatku gairah
tiada yang abadi
semua onggokan
kesia-siaan
kecuali
cinta tak tepermanai
kepada hatimu
kuikatkan hatiku
selalu
aku mencarimu dik
sebelum dunia diciptakan
di relung-relung fantasi
bahkan setelah dunia ditiadakan
di awan-awan surgawi
aku merindukan
saat-saat gelapku
dikau datang
tanpa kata
dan sabda
hadirmu
surya merembang
tidurlah kekasihku
wangi rambutmu
dapat kucium
dalam mimpiku
@toni, 240810
Wednesday, August 25, 2010
gelisah
Label: poems
Sunday, August 22, 2010
hampa
adalah kata
tanpa makna
diriku
tanpa dirimu
musafir
sejak lampau hingga esok
kita mengembara di padang tanpa nama
ketika esok berbelok
kita berjalan ke padang savana cinta
tidurlah
meski mimpi susah dijumpa
seribu malam tidaklah lama
matamu
bola hitam kelam berair teduh
berpendar oleh cahaya subuh
seumpama
aku tak menjumpaimu lagi
langit gelap, api mati
senyummu
di tikungan jalan
dinginkan gerah hari-hari sialan
lalu apa
setelah rupa
tiada?
aku memberkati
hari-hari
yang berhenti
serasa mati
dikau tak di sini
tinggallah bersamaku
hari telah senja
hantu-hantu mengepung malamku
di ruang hampa
bersama bayang-bayangmu
aku menyelam
ke dasar hatimu
dan kutemukan diriku
jauhkah
jarak sedetik
dengan setahun
air yang dari mata menitik
dengan kelopak bunga yang berembun
seandainya
kita bertemu
sepasang bayang cermin berpadu
angin mencarimu
wangimu kucium
tawamu kudengar
: dirimu di mana
senja mencarimu
laut kehilangan ombak
pantai kehilangan riak
malam mencarimu
bulan hilang
bayang hilang
gelap datang
@toni, 220810
jam 5:27:00 PM 0 komentar
Label: poems
Saturday, August 21, 2010
jarak
antara kita
ibarat ide dan kata
tahukah rembulan
malam ini pungguk tidak datang menjumpaiku?
diam-diam
cecak menghampiri nyamuk
aku terjerat di sarangmu
bergegas
aku berlari ke senyap
mengejar bayangmu lindap
berapa lama keabadian
sebuah kayuhan perahu
di sungaimu terus melaju
ijinkan
aku tertidur di tiap sabdamu
di tirus senyummu
wangi setanggi
rambutmu mayang terurai
matamu ratna baiduri
sepotong senyummu
kusimpan di dompet
supaya tiap saat dapat kucopet
perahuku
dilamun ombak
di lautmu tak beranjak
swarga loka
tempat kita bermimpi
setiap pagi
sekeping sedih
menetes di mata
berkelindan rasa
: rindu dinda
tolong
jangan bangunkan jasadku
dari mimpi-mimpi haiku
engkaukah
yang harus kutunggu
ataukah hantu halusinasiku?
perpisahan
kumainkan serenade senja mengantarmu pulang
dengan segaris senyum merembang
satu pertanyaan bodoh
: mengapa dikau harus pergi, malaikatku?
seribu perpisahan
tidak jua membuat satu ini lebih mudah
bekukan
hatiku di tumpukan gigil beku waktu
hingga “hai”-mu hidupkan diriku
malam-malam
kita menangis berdua
air mata menjadi mata air
menghidupkan jiwa
biarkan aku mengantarmu
hingga batas langit terjauh
tanpa salam perpisahan sedih
laksana kapal mengangkat sauh
kelak ia kembali merapat di dermaga ini
sering
rintik angin dan hembusan hujan bertanya:
: dirimu di mana
pada pucuk-pucuk padi
kusemat kenangan hutan, sawah, malam,
jernih sungai, pokok bambu, burung pagi,
jejak-jejak nan lebam
oleh rindu hati
@toni, 200810
Label: poems