berbeda dengan tahun lalu, 17-an (pesta kemerdekaan) tahun ini rasanya lebih senyap. tidak ikut upacara bendera di halaman gubernuran karena gak sempat ikut gladi bersih. pukul 7 pagi (itupun upacara dimulai ngaret 20 menit) saya ikut upacara bendera di kantor. ya astaga garing banget, pembacaan pidato gubernur oleh kepala kantor, habis itu bubar... kubilang pada teman, kantor kita ini tidak punya tradisi ramah tamah pada saat 17-an. dia tertawa setuju. mungkin karena bertepatan hari minggu, waktu untuk keluarga. jadi musti buru-buru pulang.
selesai upacara bendera, pukul 8.30 ikut misa di katedral. ini yang unik. seluruh bagian gereja dihiasi merah putih. lagu pembukaan sampai terakhir memakai lagu-lagu kebangsaan. "benar-benar nasionalis...", komentar sang romo yang memimpin misa.
tapi sungguh, misa ini sangat berkesan.
pertama, romo mengingatkan makna kemerdekaan sejati cirinya adalah memberi. meskipun orang sudah kaya, punya jabatan tinggi, tapi kalo masih menerima suap apalagi merampok, maka orang itu belum merdeka.
kedua, lagu-lagu jadul nasionalis tadi, antara lain lagu: "tanah airku indonesia, negeri subur pujaaan bangsa, pulau melati ... dst, dst" (tuh kan ketauan gak hapal liriknya!)
dan lagu kebyar-kebyar (apa gebyar-gebyar?): "indonesia, merah darahku, putih tulangku... kebyar-kebyar ke langit jingga..."
langit jingga? hahaha... jadi ingat pada seorang teman.
semalam bulan purnama sidhi.
17-an kali ini tanpa derap sepatu dan dentuman meriam.
Sunday, August 17, 2008
17-an kali ini
Subscribe to:
Posts (Atom)