lagu itu mengingatkan pada seorang gadis kecil di tahun '70-an. Yoan Tanamal. dia melantunkan lagu yang menggambarkan kisah hidupnya dalam Seminar Penanggulangan HIV-AIDS di Makassar, 5 Mei 2008.
Yoan bukan lagi seorang bocah berwajah imut dengan suara khasnya. ia kini sudah sangat dewasa, berusia 35 tahun, pernah terjerumus ke dalam dunia narkotika sejak usia 14 tahun. ayahnya meninggalkan dia dan sang ibu. dia dibesarkan oleh sang ibu hingga sang ibu dipanggil sang Pencipta. dunianya runtuh. ia menjual semua barang miliknya untuk memperoleh narkoba. sempat hidup meluntang-lantung di stasiun kereta.
hingga Yoan ditangkap polisi saat membeli shabu seharga 'cuma' Rp 50.000,- (menurutnya apes sekali waktu itu). dia dijebloskan dalam tahanan LP Pondok Bambu. di sana dia menemukan Tuhan yang tidak pernah meninggalkannya. dia bertobat, meninggalkan dunia gelap narkoba dan sempat bersyukur tidak terjangkit HIV-AIDS yang adalah saudara kembar narkoba.
saat berkisah tentang kerasnya hidup yang dijalaninya, Yoan terdengar beberapa kali menarik napas. pandangan matanya kosong menerawang ke masa lalu. suaranya serak, namun dia tampak sangat tegar. dari warna suaranya orang akan salah mengira suara lelaki.
itulah potret seorang Yoan Tanamal. penyanyi bocah saat masa kecilku.
gambaran yang sangat manusiawi, termasuk saat ia menyanyikan kembali tembang itu: "aku sedih duduk sendiri, papa pergi, mama pun pergi..."
Saturday, May 10, 2008
"aku sedih duduk sendiri, papa pergi, mama pun pergi..."
Label: curhat
Subscribe to:
Posts (Atom)