semesta berpendar di matamu senjakala matahari meledak dan melahirkan bintang baru saat kududuk di garis pantai yang pernah menghantam dan menyeret cakrawala masuk ke dalam pusaran gelap keabadian bersama sepotong bayangan yang mengajakku menari-nari
hari tlah tiada, malam tiada, pagi tiada, lalu apakah yang menetes di matamu itu?
noktah jingga berkedip-kedip memanggil-manggil berbisik-bisik bergemuruh dalam keheningan membangunkan kehidupan purba maujud sel abadi yang menetas dalam ingatanku
mengalir tanpa hembusan dan gravitasi, membuncah tanpa hambatan, melebur dalam samudera tak berbatas
kehidupan, aku mencintaimu meski aku tiada
No comments:
Post a Comment