kasus Prita yang beberapa hari ini menjadi sorotan media, mengantar ingatan saya kepada masa kelabu rezim Soeharto dan kekuasaannya. aroma ketakutan begitu tajam menusuk. pers dikendalikan. kebebasan bersuara dipasung. saya masih ingat, majalah Suara Independen, media bawah tanah yang diterbitkan dengan cara fotokopi dari satu tangan ke tangan lain menjadi artikulasi pembebasan informasi dari belenggu tirani. kebenaran pada waktu itu merupakan suatu kemewahan yang amat sulit diperoleh.
seorang ibu rumah tangga menuliskan pengalaman buruknya mengenai pelayanan yang diterima dari RS Omni. kemudian dia justru ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. apa yang tersirat dari peristiwa ini?
saya tidak tertarik menganalisa detil peristiwa yang dapat menjadi bahan studi kasus kedokteran dan hukum. namun jelas sekali, aroma ketakutan itu begitu tajam baunya kembali dihembuskan ke masyarakat. suatu tanda peringatan seolah ditunjukkan melalui pelajaran pahit bagi Prita sang ibu rumah tangga: penjara.
pertanyaan saya: seberapa Omnipotent-kah (mahakuasa) RS Omni itu? siapa tuan besar yang ada di balik RS Omni sehingga bisa menyuruh jaksa mengenakan tahanan penjara bagi Prita?
lalu babak berikut muncullah lakon cari muka politisi. beramai-ramai mereka menjadi tamu di halaman rumah Prita, seolah mereka pahlawan kesiangan yang membebaskan Prita. musang berkedok domba pun menyaru di antara pejuang rakyat.
rakyat jadi bingung diterjang hantaman pemberitaan beruntun: Rani, Manohara, Ambalat, dan terakhir Prita. kemudian tayangan kampanye Capres dan Cawapres mengajak untuk: "Lebih Cepat Lebih Baik, Lanjutkan... Pro Rakyat!"
di antara wajah-wajah kandidat yang tersenyum itu, ada wajah dari masa lalu dengan aroma ketakutan yang pernah menguar tajam. aktivis mahasiswa yang mati ditembak maupun diculik, para kyai yang dibantai ninja di Jawa Timur, korban kerusuhan di Ambon, Jakarta dan tempat lain di nusantara ini mengenalnya.
bila dia sampai di tampuk kekuasaan, saya amat yakin tidak hanya RS Omni menjadi Omnipotent, rakyat pun musti siap dibungkam... Prita-prita lain bersiaplah masuk bui.
akankah rezim totaliter kembali lagi ke bumi Indonesia setelah digulingkan gelombang reformasi?
saya masih ingat kalimat waktu itu: "hanya ada satu kata: Lawan!"
Taufik Wijaya - detikNews
Lampung Selatan - Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari mengaku pihaknya tidak ada urusan dengan kasus Prita Mulyasari dengan RS Omni International. Sebab, RS Omni merupakan RS swasta, sehingga dia tidak bisa menjewernya.
"RS Omni itu swasta, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan saya. Saya tidak bisa menjewer, saya tidak tahu," kata Siti saat ditanya pers mengenai kasus Prita Mulyasari ketika meresmikan Posko Kesehatan Pesantren Nurul Huda, Jalan Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Kamis (04/06/2009).
Siti mengatakan kasus itu bukan kasus pelayanan, melainkan kasus pencemaran nama baik. "Saya tidak tahu. Kasus itu bukan kasus pelayanan kesehatan. Itu kasus pencemaran nama baik. Kalau ada pelayanan kesehatan tidak baik, ada jalannya, bukan dilemparkan ke blogger," kata Siti saat ditanya soal kelanjutan kasus tersebut.
Siti juga menyarankan kalau ada persoalan kasus pelayanan kesehatan, harus disampaikan pada jalurnya bukan ke tempat yang tidak semestinya. "Menurut saya kalau ada keluhan terhadap pelayanan kesehatan, jangan melapor ke tempat yang tidak semestinya. Kalau melapor ya ke kepala dinas kesehatan. Gunakan jalur-jalur yang benar,” pinta dia.
--------------------------
http://adinfoserpong.blogs
2.6.08
Peresmian Omni International Hospital Alam Sutera
Sejak soft opening 8 Agustus tahun lalu, tanpa terasa Omni International Hospital Alam Sutera telah beroperasi selama delapan bulan. Dan pada Rabu, 30 April lalu, rumah sakit internasional yang satu ini secara resmi telah melakukan grand opening oleh Menteri Kesehatan RI.
Omni International Hospitas Alam Sutera yang mengusung konsep ‘hospital, hotel, and mal’ ini menghadirkan layanan kesehatan berkualitas internasional untuk masyarakat dengan menyediakan tenaga-tenaga medis yang handal dan peralatan yang canggih.
Dalam kesempatan ini, Menkes yang meresmikan Omni Hospital diwakili oleh Direktur Jendral Bina Pelayan Medik Departemen Kesehatan Dr. Farid W. Husain, Sp.B. Selain itu hadir juga Bupati Tangerang, H. Ismer Iskandar, dan perwakilan Gubernur Banten yakni Djaja Budisuharja, yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Banten.
Peresmian Omni International Hospital ini ditandai dengan pemotongan rangkaian bunga melati yang dilakukan oleh Direktur Jendral Bina Pelayan Medik Departemen Kesehatan. Selanjutnya persemian ini juga ditandai dengan pemberian piagam batu oleh Presiden Direktur Omni International Hospital, Dr. Sukendro kepada ketiga pejabat tadi.
Diposkan oleh majalah AdInfo SERPONG-KARAWACI di 09:05
No comments:
Post a Comment