biji sinapis, gandum, buah ara dan anggur tumbuh subur di tanahmu yang disiram cinta, keringat dan air mata. air mata itu telah menjadi mata air. setiap kali aku duduk letih di tepi sumur engkau menjerangkan air kendi ke kantong air yang selalu kubawa mengembara. tak pernah dirimu bertanya dari mana dan ke mana. karena musim selalu berganti dan diriku selalu kembali ke tanahmu
tanah selalu kaugemburkan dan kauberi rabuk dari sisa-sisa yang kutinggalkan setelah makan: remah-remah roti, tumpahan minyak zaitun, ataupun potongan daging lembu tambun yang dengan rakusnya kuambil namun tak mampu kuhabiskan. makanan bagi kehidupan selalu kausediakan. hidup bagi makanan itu yang selalu kucemaskan
duhai, semalam kami mengadakan pesta pora di halaman bersama. menghabiskan gentong-gentong anggur dan persediaan makanan di gudang. hingga tergeletak nyaris seperti orang dungu. membiarkan pagar terbuka hingga serigala, babi hutan, dan binatang liar mengoyak-ngoyak tanahmu. ternakmu binasa. kebunmu hancur. hatimu membara.
di tepi sumur itu dirimu membasuhku dan luka-lukaku. air matamu mengalir saat kusangka mata air telah mengering. kusesali ketololanku saat kukatakan hendak pergi. tak pernah dirimu bertanya apa dan bagaimana. karena musim selalu berganti dan diriku selalu kembali ke tanahmu
makassar, 090609
Tuesday, June 09, 2009
pada mulanya 4
jam 11:16:00 PM
Label: poems
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment