seharian ini kami mengadakan acara di daerah Maros, sekitar 35 km dari Makassar. di sana kami disambut dengan tarian 'ganrang bulo' yang dimainkan oleh anak-anak. semangat kepahlawanan diperlihatkan dalam sajak yang dibacakan seorang anak memakai bahasa daerah setempat.
tempat ini indah sekali, sekelilingnya berdiri bukit-bukit batu dengan tanaman hijau. jadi terigat pada gambaran masa kecil saya. waktu itu setiap akhir siaran TVRI, diputar klip lagu: "di mana sawah luas menghijau, di mana pipit bernyanyi merdu... itu tanahku, tumpah darahku..." sambil diperlihatkan keindahan alam indonesia. sawah, hutan laut, rumah-rumah di desa. kesan indah itu masih tertinggal hingga sekarang.
selesai acara penanaman pohon dan hiburan bersama penduduk setempat (nyanyi, penyerahan bantuan), kami menuju ke Taman Nasional Bantimurung. satu hal yang kusesalkan: saya tidak membawa kamera dan pakaian ganti untuk berenang. padahal pemandangan di Bantimurung begitu indah, dengan air terjunnya yang amat menggoda. dan noraknya, saya pakai kemeja dan sepatu kerja (ada teman dengan teganya berkomentar: orang kota tapi ndeso... hahaha)
kami menaiki tangga di sisi air terjun dan berjalan menyusuri tepi sungai yang dipenuhi pepohonan serupa hutan hingga kami tiba di sebuah danau.
tempat ini pernah kukunjungi sewaktu masih kecil dulu, sekitar tahun 1980-an. kisah pusaran air yang kerap menelan korban masih tergambar jelas di benakku. sehingga pada danau yang kelihatan indah ini selalu musti diingatkan agar tidak seorang pun berenang, namun tetap saja korban pusaran air tercatat setiap tahun di tempat ini. konon tanah pasir di dasar danau sangat rapuh. tatkala dipijak oleh seseorang yang berenang di atasnya, maka ia akan longsor dan menyeret korban dalam suatu pusaran air... wuiih, serem sekali.
di tepi danau ada sebuah gua bukit karang. namanya Gua Jodoh. katanya orang-orang datang ke sana untuk memohon jodoh. dari luar, gua ini terlihat sangat gelap. butuh penerang berupa senter atau lampu petromaks. beramai-ramai kami menyewa lampu petromaks dan berjalan memasuki perut bumi.
pembawa petromaks sekaligus berfungsi sebagai pemandu. dia bercerita tentang dinding-dinding karang ada yang mirip kera, gajah. ya, tonjolan-tonjolan karang yang basah membuat aneka bentuk tampak di sana. bila mendongak ke atas, rasanya lebih eksotis lagi. ada celah dan cekungan. ada stalagtit yang selalu meneteskan air.
kami tiba sebuah celah, yang disebut oleh pemandu tempat untuk memohon jodoh. seseorang harus memanjat ke atas celah dan mengikatkan seutas tali sambil mengucapkan permohonan... tak ada dari rombongan kami yang mau melakukannya. gak tahu kenapa. hahaha... pada dinding banyak coret-coretan nama. mungkin pasangan itu mau mengabadikan nama di sini. tapi yang jelas telah merusak tampilan gua ini.
kami terus berjalan dan tiba pada sebuah lorong rendah dan ada sungai kecil. kepala harus ditundukkan rendah supaya tidak terbentur pada karang. lumayan sakit soalnya. aku sempat satu kali terbentur, untung gak terlalu keras. di seberang sana, ada tempat yang pernah dijadikan tempat bertapa para raja dahulu kala. ruangannya luas, ada tempat untuk bersila beberapa orang. namun ada juga tempat bersila yang hanya muat satu orang di pojokan dinding karang.
perjalanan dalam perut bumi kami selesai sampai di sini.
kami kembali ke tempat semula di tepi danau yang berbahaya tadi. kata pemandu, ada jalan kecil di samping danau menuju ke hutan. bila telah melewati hutan, maka akan ketemu sebuah danau yang lebih besar lagi. katanya turis-turis bule lebih suka berenang di sana.
kami menyusuri kembali jalan ke tempat air terjun sambil mengobrol.
celana panjang, rompi dan sepatu yang dikenakan tampak jelas penuh noda lumpur... tapi pengalaman berada dalam perut bumi tadi begitu berkesan. semoga kali berikut ada kesempatan lagi jadi "jejak petualang". tapi jangan pakai sepatu kantor dan kemeja kerja, ya.
Tuesday, June 19, 2007
perjalanan ke perut bumi
jam 11:33:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment