sengaja kubiarkan lenteraku bernyala sepanjang malam karena kutahu dirimu akan datang meskipun gerimis mulai menitik angin kencang menggigilkan badan dan rembulan tak mau menampakkan wajahnya
di manakah dirimu tanyaku kepada setiap yang lewat
awan gelisah daun-daun dipermainkan angin
telah kusiapkan perapian serta air hangat untuk membuat sepoci teh wangi kesukaanmu
nyala lenteraku menari-nari mengikuti deru angin segera akan padam karena minyaknya tiada cukup lagi
akhirnya aku jatuh terlelap di pendopo rumah ketika subuh terjaga oleh kicauan burung-burung dan nyanyianmu
secangkir teh hangat dan senyum manismu sudah cukup menerbitkan sang surya pagi hari
makassar, 010709
No comments:
Post a Comment