kulihat kilasan gerhana di matamu di derap langkah kita di antara pematang sawah, aliran sungai dan pepohonan yang selalu berbisik-bisik menceritakan kisah lampau dirimu dan diriku serta semua senja yang pernah terbenam di pangkuanmu
sejenak kuhitung langkah kita yang tidak akan pernah cukup untuk kembali ke rumahmu saat kutanyakan ke mana rembulan menghilang malam itu sebelum tersesat dirimu menggengam tanganku di tengah udara dingin
sebuah pondok hangat dengan cahaya lentera berayun-ayun di atas bukit seperti melambai-lambaikan tangan kepadamu di kelam malam di antara mata serigala yang merah berkilat-kilat mengintai
kuingat tongkatmu sebatang ranting muda yang masih berpucuk dikau angkat tinggi-tinggi tatkala geramnya makin menggetarkan nyaliku
bilakah diriku akan kembali ke rumahmu dengan selamat tanyaku saat dirimu bertarung sengit melawan serigala-serigala itu
bilakah diriku akan beristirahat di rumahmu tanyaku saat dirimu berdiri di garis hidup dan mati
bilakah diriku akan menikmati kehidupan ini tanyaku saat dirimu tiada
malam itu, biarkan aku menjadi tamu di rumahmu...
No comments:
Post a Comment