pernah seekor ulat meminta kepada burung
untuk dapat meminjamkan sayapnya
ulat ingin melihat langit biru, lautan luas dan kebebasan
burung menertawainya
ulat menangis
kesedihan tersimpan di hatinya
'aku hanyalah ulat'
tiada yang dapat menghibur hatinya
ia menyepi, mengurung diri, membatin
lapisan kulitnya menggumpalkan serat
dia terbungkus sepenuhnya
dalam harapan, kesedihan, dan ketiadaan
hingga sesuatu merobek bungkusan itu
ia terjaga
melihat cahaya silau kemilau
dunia yang terang benderang
semua terasa ringan
yaaa... inikah surga?
inikah langit dan angkasa biru?
sepasang sayapnya berkepakan lincah
ia seekor kupu-kupu
bebas mencari kembang dan arah
berjumpa kumbang dan lebah
terlebih lagi, kupu-kupu pasangan hidupnya
mereka memadu kasih
semanis madu di sarang lebah
hingga sang burung datang
menyambar dan mematuk
kekasihnya, sebelah sayapnya
ibarat ikut terlepas
sang kupu-kupu tenggelam gulana
hujan membasahi dedaunan
airmatanya tak juga kering
ia terus berterbangan
ke sana kemari
setelah hujan, ia tahu
matahari akan bersinar cerah
hidup harus dimulai kembali
kupu-kupu terbang terus
kian kemari
di hatiku
makassar, 20 Januari 2009
Tuesday, January 20, 2009
kisah ulat
jam 12:00:00 AM
Label: poems
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment