politik Pilkada sedang berlangsung di Makassar. riuh rendah sejak lebih 6 bulan lalu. di bulan puasa Ramadhan bahkan diadakan pertemuan pasangan Amin Syam-Mansyur Ramly dengan masyarakat Tionghoa di hotel Clarion. ballroom luas hotel Clarion tidak terisi penuh para undangan.
ada tiga pasangan calon Gubenur dan Wakil Gubernur yang maju dalam Pilkada. Amin Syam-Mansyur Ramly maju sebagai kandidat no.1. Azis Khahar Mudzakkar-Mubyl sebagai kandidat no.2. Syahrul Yasin Limpo-Aus Arifin Nu'mang sebagai kandidat no.3.
tanggal 6 November nanti masyarakat akan memilih secara langsung. inilah pemilu pertama kali untuk memilih pemimpin daerah Sulawesi Selatan. semakin mendekat harinya, suhu politik terasa makin panas.
Rabu, 17 Oktober 2007 Syahrul mengadakan pertemuan bersama semua pendukungnya juga di hotel Clarion. suasana amat ramai, hampir-hampir ballroom Clarion tidak muat menampung luapan masyarakat yang datang. Syahrul sempat mengingatkan: Bila Curang, Pilgub Bisa Chaos.
pada acara malam itu, tampak hadir tokoh-tokoh lintas agama dan masyarakat Tionghoa. dari kalangan Katolik dan Kristen (para suster, tokoh umat) terlihat hadir. acara yang dikemas sebagai Halal bi halal Lebaran juga menghadirkan Emha Ainun Nadjib yang ditemani Novia Kolopaking, isterinya. Emha memberikan beberapa petuah bagi calon gubernur yang akan maju nanti dan bagi masyarakat untuk menjunjung pluralisme dengan mengingatkan amanat Piagam Madinah.
Sabtu, 20 Oktober, di koran lokal Fajar dimuat pernyataan pengurus FMKI Makassar dan dukungannya terhadap kandidat Amin Syam-Mansyur Ramly karena katanya visi-misi yang sesuai dengan umat Katolik. mereka mengklaim bahwa 120.000 umat Katolik Sul-sel juga mendukungnya. pertanyaan bisa disampaikan di sini: alasan bahwa visi-misi cagub Amin Syam yang katanya sesuai dengan aspirasi umat Katolik persisnya yang bagaimana? terkesan alasan yang kurang kuat karena kandidat lain juga tidak kalah indah visi-misi dan programnya.
Minggu, 21 Oktober, sekelompok umat dan Sekjen Keuskupan Agung Makassar (KAMS) ke kantor harian Fajar untuk meluruskan salah kaprah pernyataan FMKI Makassar itu. "Gereja tidak pernah memihak salah satu kandidat. Gereja sebagai lembaga harus memayungi seluruh umat dan tidak berpihak kepada salah satu kandidat", kata P. Frans Nipa, Sekjen KAMS sebagaimana termuat pada harian Fajar Senin, 22 Oktober 2007 berjudul "Keuskupan Agung Bantah Klaim FMKI".
hari ini terasa suasana tidak enak menyelimuti Gereja. akibat pernyataan pengurus FMKI itu, Gereja seolah terseret dalam kancah politik praktis. siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini? tidak jelas. karena pihak yang harus bertanggung jawab atas peristiwa ini belum membuat penjelasan resmi, apalagi permintaan maaf bila ternyata memang keliru.
beberapa umat sempat menyampaikan keberataan atas generalisasi dan politisasi umat yang dibuat pengurus FMKI Makassar. "angka jumlah 120.000 umat katolik KAMS siap mendukung salah satu kandidat itu didapat dari mana?"
"apakah Gereja sekarang bisa dipakai untuk tujuan politik praktis mendukung salah satu calon gubernur?"
"kalau dulu diberitakan Gubernur (Bpk. Amin Syam, red.) mengalahkan Kristus dalam Perayaan Natal 2006, sekarang 120.000 umat katolik di KAMS bisa dikalahkan oleh segelintir pengurus FMKI".
"ya aneh saja, ibarat di sana sedang berlangsung perang kampanye, kok di sini (Gereja, jemaat) yang terbakar?" tanya seorang umat secara kritis. kabar terakhir yang saya dapatkan dari sumber resmi, Gereja (KAMS) telah membuat pernyataan resmi mengenai hal ini dan akan dibacakan pada Minggu sebelum Pilkada diadakan.
kita tunggu saja kelanjutannya, karena tentu menarik untuk dikaji keterlibatan politis awam Katolik dengan wadah FMKI. "peristiwa ini suatu pelajaran politik yang mahal", kata seorang imam.
Tuesday, October 23, 2007
di sana perang kampanye kok di sini yang terbakar
jam 11:46:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment