Friday, September 25, 2009

poems on Mekong river

just a perfect day
along the mekong river
on shiny sunday
we've got a sailing
to somewhere we never
dream before
just take your seat
and let's make a perfect day

rowers
living on the water
life stops at full
nothing to be rushed
as she rows through

kutunggumu
di atas sampan
kujemput dikau
di batas sungai
rinduku

perahu
ingatkah dikau pada sungai dan ikan-ikan kecil yang pernah kita tangkap di dekat hutan tempat kita pernah tersesat mengejar capung dan pucuk-pucuk kelapa bernyanyi tentang suatu masa, suatu rumah kecil dengan lumbung padi yang tak pernah habis dan perahu sampanku yang tertambat di hatimu

aku mencintaimu
seperti perahu merindukan sungai
seperti sungai merindukan muara
seperti lumpur yang berlari bersama air
membentuk daratan di muara cintamu

mekong river, 200909

sang dewi

segelas minuman hangat kausodorkan
udara malam dingin menggigilkan hati
aromanya harum merebak, apakah itu melati,
frangipani, sandalwood, ataukah dirimu? di tengah
kuil, bau dupa dan mantra tak putus
dirimukah arca dewi yang tersenyum tulus di sana?

gemetar kuraih cangkir dan menyesapnya
rasa getir manis menghantam-hantam sukma
liku-liku jalan pengembaraanku berkilasan
mengantarku hingga ke tempat ini
duhai dewiku, hingga tetes penghabisan minumanku
kuabadikan citramu di kalbu

airasia mks-kul, 160909

sajak-sajak berangkat

berangkat 1
sudah kaubilang
hujan tak pernah punya warna
di pucuk-pucuk bambu
menyapu temaram saat senja
memanggilmu pulang

sudahlah habiskan
gigil dan sepi
yang kauhirup bersama
secangkir espresso
biar waktu terjaga selalu
di matamu

cgk, 170809

berangkat 2
kaupergi saat burung-burung besi masih tertidur, jauh ke negeri antah berantah dan di sini selalu kuterjaga menanti datangmu

cgk, 170809

berangkat 3
kuberi dikau sayap-sayap mimpi
tuk menyeberangi segara cinta
ingatlah pada langit biru
bila topan badai menghampirimu

cgk, 170809

berangkat 4
biarkan cinta terlelap di pangkuanmu
ia baru pulang dari kembara yang panjang
bertandang ke negeri-negeri yang tak pernah
dikau baca di peta
berdebu lusuh tadi ia tiba di pintu
tak mau ia membangunkanmu, jadi ia berdiri saja
ketika kaubukakan pintu untuknya
air mata mengambang di pelupuk matanya
ia sudah pulang di rumah

airasia mks-kul, 160909